~
Dibalik senyum manis Naya terdapat kerapuhan yang mendalam.
Bagi Naya, setiap senyum orang adalah dusta. Ia tak percaya senyum.
Senyum hanyalah topeng semata untuk menutupi betapa laranya luka.
~
Menurut Attharazka kehancuran dikeluarganya adalah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini, Naya tidak akan masuk sekolah.
"Naya, kenapa gak masuk sekolah?." Tanya Bunda tirinya, pasalnya pagi ini Naya mengenakan pakaian rapi, tetapi bukan seragam sekolah.
"Kerja." Jawab Naya singkat, dengan senyum tipis
Bunda angkatnya, Mayang, tersenyum dengannya.
"Hati-hati, ya." Pesan Mayang, diangguki oleh Naya dan senyuman.
Naya meraih tangan Mayang, dan menyaliminya.
"Assalamualaikum Bun."
"Wa'alaikumussalam."
Naya menaiki motor ojek online yang ia pesan tadi.
Kantor cabang adalah tujuannya, ia ingin mengecek lahan dimana ia akan membangun sebuah hotel dan rumah makan.
"Makasih pak."
"Iya, jangan lupa kasih bintang lima ya mbak."
"Iya." Kata Naya dengan senyum tipis sembari memberikan helm.
Naya menatap kantor cabang ini dengan sinis, ia berjalan dengan senyum.
"Pagi." Sapa Naya pada para karyawan yang sudah melaksanakan pekerjaan masing-masing.
"Pagi." Sapa balik karyawan tersebut.
Langkah kaki Naya menuju kantin karyawan.
Ia memesan kopi hitam tanpa gula, setelah membayar dan mengambil pesanan ia duduk disalah satu kursi disana.
Tidak ada yang menemaninya, sendiri lebih nyaman.
Ringtone handphonenya berbunyi.
"Iya, selamat pagi."
"..."
"Saya masih dikantin."
"..."
"Sepuluh menit."
Panggilan terputus, hanya panggilan yang terputus bukan hubungan.
Naya berdecak sebal, kopinya masih panas. Sementara ia harus cepat-cepat menemui rekan kerjanya.
Dengan meniup-niup kopi tersebut, berharap agar lebih cepat dingin.
Dua menit, kopi tersebut habis.
Segera ia menuju toilet karyawan, sampai dibilik toilet wanita.
Naya mengeluarkan baju yang sempat ia bawa tadi, segera ia mengganti bajunya.
Yang awalnya seperti pegawai biasa, kini sudah tampil dengan sangat elegan. Naya keluar dari bilik tersebut, ia berhenti sejenak menatap dirinya dicermin. Senyum sinis kembali terpancar.
Ada salah satu karyawan yang masuk, ia melihat Naya yang tersenyum sinis didepan kaca menelan ludahnya, ia takut melihat senyum itu. Senyum yang menyimpan segala arti bagi para karyawan, dan biasanya senyum yang akan mendatangkan sebuah permainan.