Four

661 82 0
                                    

Udara mulai menghangat. Salju sudah lenyap sejauh mata memandang berganti dengan kehijauan samar. Pucuk bunga malu-malu menyembul dari persembunyiannya. Semilir angin yang masuk melalui jendela membawa aroma harum. Alam memberitahu bahwa musim dingin telah berganti, kini musim semi menanti.

Di salah satu komplek perumahan di Tokyo, berdiri kediaman Uchiha. Dari luar kediaman itu tampak megah dengan gaya Palladian yang diberi sentuhan modern. Seluruh dinding di cat krem, begitu juga pilar yang berada di bagian depan rumah. Taman yang ditanami beberapa bunga kesukaan Nyonya pemilik rumah mulai menampakkan warnanya. Walau begitu, interior rumah jauh lebih minimalis.

Rumah Uchiha hanya terdiri dari dua lantai. Lantai pertama diisi dengan ruang tengah dan ruang makan yang tidak diberi sekat sehingga memberi kesan luas, juga ruang baca tempat biasa kepala keluarga bekerja. Lantai dua hanya terdiri dari lima kamar, empat di antaranya telah dihuni, masing-masing kamar memiliki kamar mandi dalam. Ada juga satu kamar mandi luar. Furnitur yang digunakan hampir semua berwarna monokrom, baik dinding maupun sofa. Hanya beberapa peralatan yang berwarna untuk membedakan kepemilikan.

Kini, rumah besar itu kelihatan sepi. Hanya ada dua orang yang menghuni. Keduanya berada di ruang tengah. Itachi tengah duduk di sofa empuk yang berbentuk huruf L berwarna abu-abu, sedangkan Sasuke menyamankan diri di karpet berbulu halus yang berwarna senada dengan sofa. Sesekali ia meraih camilan yang di tempatkan di atas meja kayu, sementara tangannya sibuk memegang konsol game.

Bunyi notifikasi mengalihkan perhatian Itachi dari buku yang ia baca. Enggan meninggalkan bacaannya barang sebentar, namun tahu bahwa nada dering yang muncul adalah nada khusus, Itachi mengambil ponselnya dari meja.

Senyum tipis terukir di wajahnya. Pesan datang dari adik bungsunya. Ia mengirimkan foto dirinya dan Shisui yang sedang berjalan-jalan di taman bermain. Sepupunya mengajak Akemi pergi karena mendapatkan dua tiket gratis dari temannya. Percaya pada sepupunya, juga fakta bahwa Itachi terlalu lelah untuk menemani Akemi sementara Sasuke tidak suka keramaian, ia mengizinkan Akemi pergi.

Berhati-hati di sana. Jangan jauh-jauh dari Shisui. Jangan lupa makan siang dan jangan terlalu lelah, pesan Itachi pada Akemi.

Dari sisi meja yang lain, Itachi juga mendengar ponsel Sasuke berbunyi menandakan pesan yang ia dan Akemi kirim ke grup berisikan mereka bertiga telah terkirim.

Senyum Itachi lenyap kala melihat kalender digital di ponselnya. Ia memiliki kebiasaan untuk mencatat semua hari penting di kalender agar tidak lupa jika ada event penting. Kalender bulan ini menunjukkan bahwa ia hampir melupakan satu hari penting.

"Ada apa?" menyadari perubahan aura kakaknya, Sasuke menghentikan permainannya sejenak.

"Ulang tahun," gumam Itachi. "Ulang tahun Akemi minggu depan. Aku belum membeli hadiah."

Sasuke mendengus kecil. Ia kembali melanjutkan petualangannya dalam game, acuh pada panik yang mulai menyelimuti kakaknya. Suara tembakan juga percakapan dalam bahasa inggris kembali memenuhi ruangan. Sementara Itachi gelisah dengan dua fakta, ia hampir melupakan hari lahir adik bungsunya dan belum terpikir untuk memberi hadiah apa.

Memberikan hadiah di hari ulangtahun bagai tradisi di keluarga Uchiha. Setiap tahun mereka selalu merayakannya. Tidak perlu mahal atau mewah, sesuatu yang sederhana seperti surat yang Akemi berikan pada Itachi pun cukup membuatnya bahagia.

"Kau sudah ada ide?" tanya Itachi. Bukunya terlantarkan, pikirannya sibuk mencari jawaban.

"Belum," Sasuke mengangkat bahu santai. Pandangannya masih belum lepas dari layar televisi. "Nanti juga terpikirkan."

Itachi mati-matian menahan keinginan untuk memukul kepala Sasuke dengan buku. Itachi sangat sayang pada kedua adiknya, tapi tetap ada momen dimana ia menjitak keduanya. Momen ini adalah salah satunya.

The Uchiha's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang