One

1.4K 156 4
                                    

A   B R O T H E R

Sudah terpatri kuat dalam benak Itachi untuk senantiasa melindungi adiknya, menjaga mereka dan menyayangi keduanya dengan sepenuh hati. Lima tahun perbedaan usianya dengan adik pertamanya. Dalam lima tahun hidupnya, untuk pertama kalinya ia tidak merasa kesepian. Setiap pulang sekolah akan ada sosok bayi mungil yang menyambut kepulangannya dengan cengiran lebar dengan gusi merah. Tidak peduli seberapa buruk harinya, saat melihat senyum sumringah yang ditampakkan sang adik, suasana hatinya langsung membaik.

Setahun kemudian, keluarga Uchiha kembali diberkahi dengan kehadiran anggota terbarunya. Kali ini Itachi dianugerahi dengan adik perempuan. Walau masih sangat kecil untuk dipastikan, tapi Itachi yakin adik bungsunya akan mirip dengan Ibu mereka. Diberi tanggung jawab sebagai kakak dari dua adik, Itachi sama sekali tidak kesulitan. Kini tidak hanya satu senyuman saja yang menyenangkan hatinya, tapi ada tawa lain yang mampu menariknya dari kesedihan.

Uchiha Sasuke dan Uchiha Akemi.

Ketika adik bungsunya lahir, nasihat sang Ibu didengarkan dengan lebih serius. Setiap kali merasa jengkel dengan tingkah kedua adiknya—baik itu mengganggu waktu tidurnya atau mencoret buku tugasnya, Ibunya selalu sabar menanggapi.

"Sasuke dan Akemi masih belum paham," ucap ibunya saat itu. "Mereka hanya ingin bermain dengan nii-san. Sasuke dan Akemi rindu padamu karena kau seharian berada di akademi. Maafkan mereka, hm?"

Mendengar perkataan ibunya dibarengi dengan usaha berbicara menggemaskan kedua adiknya, Itachi tidak pernah marah terlalu lama. Bahkan, jika mereka menghampirinya dengan wajah ingin menangis sembari berbisik takut 'maafkan aku niichan', Itachi luluh seketika.

Saat kedua adiknya bersikeras untuk masuk sekolah agar seperti Itachi—juga agar tidak kesepian karena terus ditinggal oleh kakaknya, baik ayah dan ibunya semakin gencar berpesan bahwa ia yang harus menjaga kedua adiknya dengan baik.

"Sasuke dan Akemi memang semakin besar, tapi kau lebih banyak tahu dari mereka," pesan ayahnya. "Tuntun mereka dengan baik, Itachi."

"Nii-san sayang pada Sasuke dan Akemi, kan?" Itachi mengangguk. Ibunya tersenyum lembut lalu membelai kepalanya penuh sayang. "Itu sudah cukup."

Awalnya, Itachi tidak mengerti maksud dari pesan orangtuanya. Kenapa ia harus menuntun adik-adiknya? Mereka juga pintar kok. Lalu, kenapa ibunya berpikir hanya dengan menyayangi mereka berdua maka sudah cukup?

Pertanyaannya terjawab saat suatu hari ia menjemput kedua adiknya dari akademi, Itachi mendapati Akemi tengah menangis tersedu dalam pelukan Sasuke. Adik perempuannya hampir tidak pernah menangis, bahkan ketika sepupu mereka, Shisui, menjahilinya, Akemi akan balik mengerjai Shisui.

"Ada apa?" Itachi berjongkok di hadapan keduanya. Ia mengusap punggung Akemi dengan gestur menenangkan. "Sasuke, kenapa Akemi menangis?"

"Ada anak laki-laki di kelas kami yang menjahili Akemi," Sasuke melepaskan pelukannya pada Akemi, membiarkan si bungsu menghambur pada kakak sulungnya. "Anak-anak perempuan yang bercerita padaku kalau bocah itu menaruh serangga di tas Akemi, menuang tanah dan kerikil di sepatunya, bahkan merusak prakarya yang kami buat siang ini."

Itachi berpaling pada Akemi. Isakannya mereda saat ia mengecup puncak kepalanya. "Benar begitu, Akemi?"

Akemi mengangguk lemah. Ia menarik diri, merogoh selebaran kertas yang sudah lusuh lalu memberikannya pada Itachi. "Aku buat tiga bunga untuk Nii-san, Ayah dan Ibu, tapi semuanya sudah rusak. Maaf Nii-san."

Itachi berdecak seraya mengambil bunga kertas yang terjulur padanya. "Tidak apa-apa. Karena Akemi sudah membuatnya, aku senang sekali."

"T-tapi sudah rusak..." isak Akemi lirih. Suaranya parau akibat menangis.

Ia menangkup wajah adiknya hati-hati, ibu jarinya mengusap sudut mata Akemi yang memerah. "Biarpun rusak, tapi tidak mengurangi keindahannya. Sesuatu yang dibuat karena rasa sayang tidak akan terlihat buruk sama seperti panekuk setengah gosong yang aku buat, apa Akemi ingat?"

Adik perempuannya mengangguk lagi ketika berhasil menggali memorinya tentang sarapan yang mereka santap beberapa hari lalu. Ia hanya pasrah saat Akemi kembali menghambur padanya. Merasa kalau adiknya sudah cukup menangis, Iatchi menangkup wajah Akemi, memberi ruang di antara mereka agar ia bisa menatap Akemi.

"Sudah dulu nangisnya," kata Itachi pelan. Ia menyingkap rambut Akemi yang menutupi wajahnya, kemudian tersenyum kecil. "Aku rindu senyummu. Akemi mau tersenyum untukku?"

Mendengar bujukannya, Akemi memamerkan senyum dengan pandangan yang masih berkilau dengan air mata. Hatinya menghangat seketika. Tidak peduli umurnya baru beberapa bulan atau lima tahun, senyum Akemi masih memiliki pengaruh hebat pada suasana hatinya.

Di belakang Akemi, Sasuke berdiri sambil menendang kerikil pelan. Adik laki-lakinya berjalan mendekat saat Itachi memberi gestur dengan tangannya.

"Maafkan aku Nii-san," cicit Sasuke lirih. Ia menunduk, takut berhadapan dengan amarah Itachi. "Maaf karena aku terlalu asyik bermain dengan teman-temanku sampai tidak memperhatikan Akemi. Bahkan aku juga terlambat tahu ada yang menjahili Akemi. Maaf."

Itachi terkekeh pelan. Ia tidak marah pada Sasuke. Ia maklum jika Sasuke terlalu antusias untuk bermain dengan bocah sebayanya sampai lupa untuk mengawasi Akemi seperti pesan ibunya.

Itachi mengusak kepala Sasuke gemas lalu mengetukkan dua jarinya pada kening Sasuke. "Minta maafnya jangan padaku, tapi pada Akemi."

Sudut bibir Itachi tertarik lebih dalam saat Sasuke membisikkan ucapan maaf yang dibalas dengan anggukan dan pelukan besar Akemi. Namun, momen itu hanya berlangsung sebentar. Kewaspadaan Itachi meningkat saat tatapan tajam Sasuke berpusat pada satu titik.

"Itu bocah yang menindas Akemi?" tanya Itachi memastikan.

Sasuke mengangguk. Ia melepas pelukan Akemi yang sudah berhenti menangis dan berniat untuk menghampiri bocah yang menjahilinya, tapi Itachi menahannya. Itachi menggeleng pelan saat Sasuke memberengut tidak suka seolah keberatan tidak mendamprat orang yang membuat adiknya menangis.

"Aku punya cara lain Sasuke," Itachi berusaha menenangkan adiknya. "Ikut aku."

Ia menggamit tangan Sasuke dan Akemi, lalu menuntun keduanya untuk kembali masuk ke akademi. Dulu, ia juga pernah bersekolah di tempat ini dan semua guru menyukainya. Ia kenal dengan beberapa guru yang tidak segan menghukum anak-anak yang melanggar aturan, termasuk menindas dan memeras anak lain. Itachi yakin gurunya akan melakukan sesuatu setelah mendengar berita ini.

Hari itu ia memahami maksud orangtuanya. Sasuke dan Akemi memang sudah besar, tapi ia yang lebih tahu bagaimana menghadapi masalah dengan lebih tenang agar tidak berujung panjang. Rasa sayangnya yang mendorong untuk tidak membiarkan penindasan ini berlangsung lebih lama. Rasa sayangnya pada Sasuke dan Akemi yang membuatnya ingin menjaga mereka.

Hari itu, sisi protektifnya bangkit.

Tidak hanya dirinya. Alih-alih tenggelam dalam rasa bersalahnya, setelah sampai di rumah Sasuke langsung meminta pada orangtua mereka untuk ikut kelas bela diri. Heran juga bingung tampak jelas di ekspresi kedua orangua mereka, tapi sang Ayah mengiyakan.

Belakangan, Itachi tahu alasan Sasuke ikut kelas bela diri sejak dini adalah untuk melindungi saudara-saudaranya. Nii-san memang lebih pintar dariku, tapi aku bisa lebih kuat untuk menjaga Akemi dan mendukung Nii-san suatu saat nanti.

Sedikit rahasia, bunga pemberian Akemi sebagai prakarya pertamanya masih disimpan baik oleh Itachi hingga bertahun-tahun kemudian. Bunga kertas berwarna merah itu terpajang manis di tempat alat tulis Itachi di meja belajarnya.

Update perdana guys!!

Jadi cerita ini memang aku bikin karena kangen banget sama Uchiha bersaudara ini dan karena aku ngerasa udah jarang juga yang bikin ff Uchiha sebagai keluarga. Jadi ff ini tujuannya sebagai pelampiasan aku aja sebenernya.

Sebagai disclaimer aja, mungkin ada beberapa dari kalian yang nantinya ngerasa kalau Sasuke atau Itachinya OOC, tapi ini pandanganku kalau mereka gede di keluarga yang utuh dan modern. Gak ada pembantaian, gak ada dendam, gak ada label pengkhianat. Sekali lagi, ini pandanganku pribadi tentang hubungan persaudaraannya mereka.

Hope you guys like it. Happy Reading!!

The Uchiha's FamilyWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu