Chapter 5

16.3K 3.7K 692
                                    

Yuhuuuu! Update lagi😍😍😍😍

Yoook vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘🤗 aku suka nih kalo aku rajin update, kalian rajin komen😍😍

Yoook vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘🤗 aku suka nih kalo aku rajin update, kalian rajin komen😍😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

#Playlist: Andmesh - Cinta Luar Biasa

Hal yang tidak pernah Sani sangka ketika Angan datang menghampirinya di kantin tidak membawa apa-apa. Brownies yang dia berikan sebanyak delapan puluh kotak tidak tampak di tangannya.

"Hai, calon gebetan," sapa Angan sambil tersenyum ramah. Juga, melempar kedipan genit pada Sani.

Sani mengabaikan soal kedipan itu. Yang dia pertanyakan ke mana hilangnya brownies yang dia berikan?

"Om, browniesnya mana? Ditinggal di mobil? Selama saya kuliah, Om jualan atau nggak?" tanya Sani.

"Browniesnya habis. Ini uangnya ada di dompet saya," jawab Angan.

"Om nggak beli semua pakai duitnya, kan?"

"Nggak. Saya bilang kan mau bantuin kamu."

"Beneran laku itu delapan puluh kotak? Bohong ya?"

"Beneran, Sani. Masa saya bohong." Angan mengeluarkan dompetnya, kemudian menyerahkan uang dari hasil penjualan brownies tadi. "Berarti sisa dua puluh kotak lagi. Sisanya masih ada di mobil saya."

Siang ini Angan menjemput Sani di rumahnya, membantunya membawa seratus kotak berisi brownies. Karena dia sudah menyuruh Sani membuat brownies sebanyak itu jadi merasa bertanggung jawab untuk menjemputnya. Selama Sani masuk kuliah, Angan menjual brownies yang ditentukan Sani sebanyak delapan puluh. Sisanya ada pesanan milik teman-temannya Sani. Semua yang dijual Angan habis dalam sekejap. Tentunya dia menggunakan strategi marketing versinya sendiri.

Sweety bertepuk tangan pelan. "Luar biasa. Kak Angan pinter jualan juga."

"Penuh strategi," ucap Angan.

Iya, strategi yang mumpuni banget. Dia menawarkan senyum dan rayuan manis versinya. Padahal dia tidak bergombal ria––kecuali dengan Sani tentunya. Mantan-mantannya tidak perlu dia rayu sudah jatuh cinta duluan. Sebagian pembeli minta nomor teleponnya. Namun, Angan menolak soal nomor telepon jadi menggunakan siasat lain  membiarkan mereka foto bersamanya. Angan tidak suka selfie dengan orang asing, tapi demi pedekate dengan Sani apa pun dia lakukan.

"Pakai strategi apa, Om?" tanya Sani ingin tahu.

"Rahasia perusahaan dong." Angan bertopang dagu, memandangi Sani sambil senyam-senyum.

"Om ngapain sih senyam-senyum? Liatin siapa?" Sani menoleh ke belakang, tapi di belakangnya kosong. "Om bisa liat hantu? Apa hantunya cantik makanya senyam-senyum?"

La La You (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now