19. Seseorang Yang Selalu Ada

508 106 6
                                    

"Dewi!"

Lamunan Sudewi terbuyarkan. Ia tersenyum mengangguk. Ingatan itu membuatnya untuk tidak takut dengan hal apapun karena ada Abimana di sampingnya.

Ia beranjak dari tempat duduk dan turun ke kolam sagaran.

Abimana yang tadinya berada di tengah kolam kini berjalan menuju tepi kolam untuk membantu Sudewi turun.

Setelah masuk ke dalam air, Sudewi memegangi bahu Abimana. Ia takut terpeleset dan berakhir tenggelam karena air setinggi bahunya. Air kolam yang sangat segar membuat Sudewi sedikit gemetaran. Abimana yang melihat raut wajah Sudewi itu hanya terkekeh.

"Kau melihat apa?" tanya Sudewi kesal mendapat tatapan dari Abimana.

Laki-laki itu hanya memggeleng. Namun, tatapannya tak teralihkan juga ke tempat lain.

Sudewi mengalihkan pandangannya ke samping. Mendadak ia merasa aneh. Jantungnya juga berdetak tak beraturan.

"J-jangan menatapku seperti itu!" ucap Sudewi sedikit gugup. Pandangannya masih ke tempat lain.

"Kenapa memangnya?" tanya Abimana sambil menaikkan sebelah alis.

"Intinya jangan menatapku seperti itu!"

"Tatapan yang bagaimana?" tanya Abimana dengan raut menggoda yang membuat Sudewi ingin menampar laki-laki itu.

Belum sempat tangan kanannya benar-benar menampar pipi Abimana, laki-laki itu segera menariknya ke dalam pelukan yang membuat Sudewi terbelalak.

Ketika Sudewi hendak menjauhkan diri, Abimana malah semakin mempereratkan pelukan.

"Aku masih merindukanmu."

Sudewi hanya terdiam mendengar ucapan Abimana. Kedua tangannya masih di udara, belum membalas pelukan laki-laki itu.

Sudewi mengernyit saat merasa jantungnya berdebar-debar. Karena tak mau Abimana merasakannya, ia langsung menjauhkan diri.

Namun, karena terlalu kuat, ia menjadi terdorong ke belakang yang membuatnya tercebur ke air.

Dengan cepat, Abimana meraih pinggang Sudewi dan menariknya sehingga kembali berdiri.

Sudewi yang sudah basah kuyup kini terengah-engah. Ia merutukki kecerobohannya. Untung saja laki-laki di depannya dengan sigap menolongnya tadi.

"Kau tidak papa?" tanya Abimana yang merasa cemas.

Sudewi menggeleng.

"A-aku mau kembali ke istana," ucap Sudewi yang kemudian berjalan menuju tepi kolam.

Abimana yang melihat tingkah aneh Sudewi hanya menyernyitkan dahi. Ia segera menyusul gadis itu, dan membantunya naik.

Setelah berhasil naik, Sudewi langsung pergi meninggalkan Abimana tanpa mengucapkan sepatah kata.

Hanya satu kata yang ada di pikiran Abimana sekarang.

Aneh.

***

Sudewi masuk ke istana Majapahit melewati gapura belakang. Ia tidak mempedulikan prajurit yang sedang berjaga menatapnya kebingungan karena kembali ke istana dalam kondisi basah kuyup. Namun, mereka segera menjaga pandangan karena menatap terlalu lama tidak sopan.

Sepanjang perjalanan menuju kamar, Sudewi terus berpikir. Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa jantungnya tiba-tiba berdebar kencang tadi? Ia menyentuh dada bagian kiri, tepat ke jantung. Detak jantungnya sudah mulai normal, tidak secepat tadi.

PadukasoriWhere stories live. Discover now