⸙ᰰMenanti Pelangi

5 0 0
                                    

"Iya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Iya. Hari ini dia belum muncul juga." Airish menjawab pertanyaan lawan bicaranya lesu.

"Lagi?" terdengar sindiran dari balik sambungan telephone.

"Aku bilang juga apa, daripada kamu mikirin dia mendingan juga ngehaluin cogan 2D walaupun beda dunia senganganya mereka ga bakalan nyakitin kamu dan kelakuannya lebih manusiawi ketimbang cowo soft boy tukang ghosting." omel Labiru dalam sambungan telephone.

"Hadeuuh... gimana mau nyakitin nyata aja engga, udah deh jangan ngehalu siang bolong." balas Airish.

"Ya ya ya, terserah deh, udah cepetan pulang, ga usah nungguin laki laki ga guna itu!" Ah, sepertinya lawan bicaranya sudah mulai kesal, terdengar dari nada bicaranya yang mulai meninggi.

"Hmm... yaudah nanti aku balik jam satu-an."

"Gilak ya lo! Cepetan pulang sekarang! Lo tuh udah di bandara dari shubuh juga. ga ga ga lo harus pulang sekarang, SE.KA.RANG!" jika Labiru sudah menggunakan kata 'gw-lo' bisa dipastikan wajahnya sekarang sudah merah padam dan berasap.

Baiklah, karena sudah begini mau tak mau Airish harus kembali.

○○○

"Gimana? Jadi tahun ini dia belum pulang juga?" tanya gadis itu kesal kepada sahabatnya yang kini sedang ia interogasi.

Ya, disinilah Airish berada, dibawah tatapan tajam dan todongan pertanyaan seorang Labiru. Airish hanya bisa diam membisu jika sudah dihadapkan dengan Labiru-nya yang tengah marah.

Labiru Thalassa Ananta, teman masa kecilnya yang sekarang merangkap menjadi sahabat karib Airish.

Airish hanya bisa menggeleng lemah, dia lelah, dia kebingungan, dia bimbang.

Labiru menatap Airish dalam. "Kamu itu bagaikan menanti pelangi ya Ai. ga jelas kapan dia datangnya." katanya tiba-tiba.

Mata Airish terangkat menatap wajah Labiru, wajah sahabatnya nampak menyendu, terlihat sahabatnya juga ikut bersedih. "Atau jangan-jangan lo menanti dia bagai menanti komet ikeya saki ya?" ya, walaupun nada bicaranya sedikit nyinyir.

"Ha?" Tanya Airish dengan kedua alis bertaut tak mengerti.

Labiru hanya mendengus kesal.
Dia tau, pasti sahabatnya ini tak mengerti apa yang dia katakan, sama seperti para pembaca'kan?

"Aissh..." dengus Labiru lagi, "Astaga... itu lho komet yang katanya bakalan mendekati bumi sebelum tahun 2565." jelasnya.

Airish berpikir sebentar untuk mengerti maksud dari perkataan Labiru.

"Yeuh, ya mana aku tau hal-hal kaya gitu, makanya bi kalau ngomong tuh jangan tinggi-tinggi udah tau otak sahabat lo pendet begini." tangkas Airish.

"Omongan do'a ya Ai, jangan lupa." Airish hanya bisa merengutkan bibirnya mendengar perkataan sahabatnya. Dalam hati dia merutuki perkataannya sendiri. "Ya Tuhan tolong cancel pernyataan hamba yang tadi ya." Batinnya memohon penuh harap.

"Jadi kamu bakalan tetap dateng ke bandara setiap hari rabu? kamu udah ngelakuin semua hal itu dalam kurun 3 bulan Ai, lo udah ngabisin biaya berapa banyak buat ke bandara setiap pekan hah? rumah lo kan bukan tinggal ngesot aja dari bandara Aii, lo ngabisin waktu, tenanga, uang buat nunggu dia yang ga pasti datang di hari rabu." tanya Labiru kembali ke topik awal.

Airish bingung menjawab pertanyaan Labiru, hatinya benar-benar sedang bimbang menimbang. Haruskah dia berhenti datang ke bandara setiap rabu dan juga menghentikan harapannya kepada sang kekasih atau tetap datang kesana dan setia menunggu dia kembali. tapi, Cenna sudah janji padanya katanya 4 tahun lagi ia akan kembali ke indonesia di hari rabu bulan kedelapan, karena kata Cenna ia ingin kepulangannya sama seperti waktu ia menyatakan cintanya, hari rabu bulan kedelapan. Walau perkataan itu ia ucapkan dua tahun lalu.

Labiru yang melihat sahabatnya tenggelam dalam kebingungan-pun akhirnya bersuara. "Yaudah Ai, coba nanti aku bantu tanya sama teman-temanku yang juga lulusan Glasgow, pernah denger nama itu vangke ga." Baiklah, Labiru akan mulai mencoba meluaskan radar pencariannya membantu temannya menemukan sampah beruntung yang diberikan wujud manusia itu.

Oh jangan lupakan, sampah itu bahkan mengambil banyak waktu berharga sahabatnya demi untuk menunggunya merealisasikan janji dan sumpah manisnya yang sekarang sudah terasa anyir, kecut, pahit—bagi Labiru dan mungkin tak lama lagi Airish akan ikut menyetujui.

"Sayaaaaang itu ada telepon masuk diangkat donk sayang, oke sayang. Love you,muach"

Kedua wanita yang berada di dalam ruangan itu segera menoleh ke arah sumber suara, sebuah gawai yang tergeletak di atas meja.

"Damn! bisa bisanya aku lupa rubah settingannya sebelum kesini" Airish menengguk salavinya, ah sial dia lupa mengganti nada dering panggilan masuk gawainya.

"Bukannya udah gw suruh ganti ya sayang?" Kini Labiru menatap Airish dengan mata berapi-api yang ditatap hanya bisa menegang ditempat.

"Eungh...e—"

Labiru yang melihat lawan bicaranya itu tak bisa berkutik mendengus kasar, ya, mungkin dia sudah keterlaluan, tapi...

Gimana mau move on kalau semisalnya nada dering panggilan masuknya masih suara itu bwajingan?

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: May 02, 2023 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Gadis Pemeluk JanjiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora