Teman

9 3 9
                                    

Typo bertebaran....

*_**_*

Setelah mandi dan berpakaian jingga masih berada di kamarnya. Masih merasa malu karena kejadian tadi yang tidak pernah ia alami. Dipeluk laki-laki selain dari keluarganya.

Di depan cermin Jingga menatap bayangan tubuhnya. Jingga masih merasakan bagaimana tubuh besar itu melingkupi tubuh kurusnya. Rasa hangat dari tubuh besar itu otomatis menyebar ke seluruh tubuhnya dan bahkan hatinya.

Bahkan anehnya setelah jingga mandi dan berpakaian rasa hangat seakan masih menempel.

Tok tok tok

"Sayang," panggil Monica dari balik pintu. Monica khawatir karena anaknya tak juga turun kebawah dari dua jam setelah pamit ke kamar.

"Iya Ma," sahut Jingga dan mengalihkan perhatian dari cermin.

"Pintunya bisa dibuka dulu gak?" Jingga mendekat ke arah pintu dan segera membukanya. Dan Monica berdiri dengan wajah khawatir.

"Kamu gak apa-apa? Kok gak turun-turun sih dari tadi." ucap Monica tanpa mengubah posisi berdirinya.

"Ini juga mau turun." bahkan jingga tertegun setelah sadar bahwa ternyata dirinya terlalu lama berada di kamar.

"Turun ya, gak enak masak ada tamu kamu ngurung di kamar terus. Tadi juga belum sempet nyapa kan?" Nasehat Monica karena kali ini bukan seperti tamu-tamu yang lain. Sahabat lama Monica saat smp sampai sekarang.

"Mama duluan aja, aku bentar lagi turun." Ucap jingga karena dirinya masih membutuhkan waktu untuk menenangkan yang sejak tadi akan meledak. Jantungnya.

"Jangan lama-lama." pesan Monica lalu turun ke lantai satu tempat tamu mereka.

Melihat mamanya sudah pergi jingga langsung menutup pintu kamar.

Karena tak berhasil menenangkan juga akhirnya Jingga memutuskan turun saja. Toh dia akan menghindar kalau laki-laki itu memeluknya kembali.

"Jingga, sini nak." ucap Vero yang pertama kali menyadari jingga sudah turun. Lalu jingga berjalan mendekat dan duduk di samping papanya yang tadi di duduki mamanya.

"Wah jingga cantik banget. Pangling deh Tante, ya kan pa," puji wanita yang seumuran dengan Monica.

"Iya, walaupun dari kecil sudah cantik gedenya malah tambah cantik aja." balas laki-laki yang dipanggil 'pa' oleh wanita tadi.

Mendengar dirinya dipuji, jingga menyinggungkan senyum tipis andalannya ketika dipuji teman-teman orang tuanya.

Jingga lalu melihat ke arah laki-laki yang tadi memeluk dirinya tengah melihat ke arah dirinya dengan senyum yang membuat Jingga bergidik sendiri.

"Ya bisa diliat sih dari papanya yang ganteng ini." Vero dengan membanggakan diri. Walau memang benar Vero berparas tampan.

"Kayaknya kalo dilihat-lihat muka Lo biasa aja. Lebih mirip Monica banget ini." ucap Sena tak terima.

"Si.." Vero mengurungkan umpatannya mengingat ada Jingga dan itu membuat Sena tertawa. Beginilah Vero di keluarganya ia tak akan pernah mengumpat walau sekesal atau beradu mulut dengan jingga, Vero tak akan pernah sekalipun mengumpat. Di depan keluarganya Vero harus berucap lembut berbeda dengan di luaran sana Vero akan mengumpat bebas seakan umpatan adalah hal biasa.

"Ehm, oh iya Jingga kenalin mereka ini temen-temen Papa dan Mama waktu sma dulu, Om Sena dan Tante Karin." Vero mengenalkan mereka ke jingga karena jingga pasti tidak tahu.

JINGGAWhere stories live. Discover now