Bagian Ketujuh; Ragu Mengungkap Kebenaran

81 11 16
                                    

"Syuting hari ini bungkus yah," teriak Adnan "Terimakasih semangatnya, Rating kita makin naik kalau semuanya semangat."

Saat semua orang dipenuhi jiwa semangat membara, tidak begitu dengan Renatta. Seminggu sudah Renatta menjalani kehidupannya tanpa Rendi yang tengah menyelesaikan segala urusan bisnisnya di Bali. Ia hanya duduk kelelahan setelah seharian syuting di dalam mobil sambil sesekali men-scrol layar telepon genggamnya sendiri.

"Ren, ga semangat banget sih beberapa hari ini," tanya Abimana

"Heem," jawab Renatta singkat dengan hanya berdehem mengiyakan

"Rendy?" Tanya Abimana

"Iya Bi, Rendy kalau sudah urusan pekerjaan susah banget dihubungi, sekalinya bisa sebentar banget. Ini aja aku kirim pesan masih belum centang biru, belum dibaca," Renatta akhirnya tak mampu untuk menahan tak bercerita.

"Bagus dong, berarti kan Rendy sedang fokus dengan pekerjaannya," Abimana berusaha menghibur Renatta. Walaupun dipikirannya tahu bisa saja Rendy mengulangi apa yang ia lihat tempo hari.

"Iyah, Rendy bekerja keras sekali agar aku tak merasa kekurangan satu apapun, dia pernah bilang bahwa aku bisa fokus dengan karirku, bisa memilih-milih acara apa yang bagus untukku gak perlu ambil semua acara," Ujar Renatta

"Oh begitu," ujar Abimana. "Ngapain masih galau Renatta, kan kamu sendiri yang bilang Rendy Cuma seminggu, hari ini dia balik kan ke Jakarta?" lanjut Abimana

"Iya, hari ini katanya dia balik, tapi aku belum dapat kabar dia mau naik pesawat jam berapa? Aku kan juga mau jemput dia ke bandara," jawab Renatta

"Ren, aku mau nanya, Rendy sendiri ke Bali?" tanya Abimana

"Iya sendiri, karyawannya sudah ada yang kesana terlebih dahulu memastikan proyeknya berjalan lancar," jawab Renatta. "Aturan kalau ga ada syuting, aku dah ikutan kali, lumayan kan liburan tipis-tipis. Eh emang kenapa Bi?" lanjut Renatta

"Enggak nanya aja," Abimana menghentikan keingintahuannya, ia masih ragu menceritakan apa yang pernah ia ketahui. "Ren," ujar Abimana namun tiba-tiba lidahnya tercekat. Seakan ada yang menahan dirinya untuk melanjutkan kalimat. Abimana tahu benar bahwa ia masih menyimpan rasa dengan Renatta. Abimana juga yakin Renatta tidak tahu akan hal ini. Kalau saja Abimana menceritakan apa yang pernah ia ketahui tentang Rendy, bisa saja Renatta mengira kalau ia sedang mengada-ngada. Bahkan bisa lebih buruk. Renatta bisa mengira Abimana sedang berusaha merusak hubungannya dengan Rendy.

"Hey, Abi, kok malah ngelamun!" Renatta membuyarkan lamunan Abimana

"Eh, maaf, maaf," ujar Abimana

"Ada apa Bi, mau ngomong apa? Kok ga dilanjutin," Renatta penasaran mengapa Abimana tidak melanjutkan ucapannya.

"Enggak Ren," Abimana kembali memberi jeda untuk melanjutkan kalimatnya. "Aku seminggu yang lalu liat Rendy ada di dekat tempat kita syuting." Abimana mencoba mengumpulkan segenggam keberaniannya untuk bercerita kepada Renatta.

"Terus," Renatta menatap Abimana. Wajahnya terlihat lebih serius dari sebelumnya. Sejalan dengan wajah Abimana yang sebelumnya santai, namun sekarang berubah lebih serius seperti ada sebuah informasi penting yang akan ia sampaikan.

"Mba Ren, Mba Ren, maaf yah Mas Abimana ganggu bentar, itu dah ada banyak wartawan, mereka mau wawancara, acara kita sukses banget, mereka pengen ngobrol-ngobrol sama Mba Renatta. Mereka sudah nunggu loh, ayo Mba Ren," ujar Adnan tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan antara Renatta dan Abimana.

"Sebentar lagi bisa gak Mas Adnan? aku lagi ngobrol sama Abimana," ujar Renatta

"Udah-udah kamu temui wartawan dulu, nanti dilanjut lagi," Abimana meminta Renatta mendahulukan wartawan yang sudah menunggunya. Di lain pihak ia ingin mengulur waktu sampai ia siap mengatakan hal sebenarnya kepada Renatta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Reality Show of LoveWhere stories live. Discover now