Bagian Keempat; Cinta Lama Belum Kelar

69 13 14
                                    

Abimana gontai berjalan menuju pintu apartemen tempat ia tinggal dan biasa melepas lelah sepulang Syuting. Tenaganya sudah habis untuk membela batinnya sendiri atas ujaran menyakitkan dari Rendy.

Setelah berhasil masuk ia langsung menuju ruang tengah apartemennya. Dimana ada sebuah sofa besar untuk tiga orang. Cukup besar bagi seseorang yang tinggal sendirian. Bukan hanya sofa, ukuran apartemen tempat ia tinggal saat ini pun terlalu besar sebenarnya bagi Abimana. Ia harus menerima kenyataan bahwa usahannya sekarang menyetarakan diri dengan Renatta berhasil.

Matanya menyisir seluruh ruangan tempat ia hinggap saat ini. Ia perhatikan di dinding ruangan ada banyak sekali foto dan penghargaan yang di bingkai manis. Penghargaan atas kemampuannya menjadi Pembawa acara dan Aktor papan atas. Bukan hanya yang tertempel di dinding saja, bahkan sampai ada lemari khusus yang menegaskan bahwa dirinya memang sudah mencapai hal-hal terbaik dalam karirnya. Piala-piala penghargaan tertata rapi berkilauan.

"Apalagi sih yang kurang? Bukannya ini impian semua orang?" Abimana bertanya sendirian atas apa yang telah ia capai dalam kehidupannya. "Termasuk impian Renatta andai saja ia bersabar denganku sejenak."

Ia lalu berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan menuju jendela apartemennya. Ia geser tirai jendela apartemennya hingga terbuka sepenuhnya. Ia lihat pemandangan jalanan kota thamrin yang seolah tidak pernah sepi dalam dua puluh empat jam. Banyak kendaraan roda empat saling melambat satu dengan yang lainnya. Bukan karena mereka tidak bisa memacu kendaraannya dengan kecepatan maksimal. Namun karena di jam-jam seperti saat ini semua orang berlomba-lomba untuk pulang kerumah, Padat sekali.

"Sekarang aku sepenuhnya sadar, Kalau kita bisa mendapatkan semua ini sendirian, untuk apa kita harus memiliki pendamping?" Tanya Abimana dalam hati kepada dirinya sendiri. Ia rupanya masih terselip kesal atas apa yang dikatakan Rendy. Ingin rasanya ia berkata menggunakan kata paling kasar dimuka bumi tepat diwajah seorang Rendy ketika tiap kali ia datang selalu membahas secara implisit kemenangannya mendapatkan hati seorang Renatta.

Abimana bingung dengan keadaannya saat ini. Kenapa ia dengan mudah memiliki segalanya ketika Renatta benar-benar pergi dari kehidupannya. Abimana bukan tak bersyukur atas apa yang ia capai hingga saat ini. Ia hanya dipenuhi sejumlah pertanyaan tentang mengapa orang-orang disekitarnya merasa dirinya belum sepenuhnya bahagia. Menurut Abimana, Ia sudah sangat bahagia. Namun orang-orang disekitarnya selalu mengukur kebahagiannya kalau ia sudah memiliki pendamping hidup dan menikah.

Bunyi telepon genggam mengacaukan renungan Abimana atas segala pencapaiannya. Ada sebuah pesan masuk di telepon genggamnya melalui aplikasi whatsapp. Terlihat jelas pesan dari siapa itu, Pesan dari ibundanya Abimana, Ibu Dibyo. Ia tahu segalannya mengenai hubungannya dengan Renatta. Karena tepat enam tahun lalu ketika Renatta mengucap putus adalah saat yang penting dalam kehidupannya. Malam sebelumnya ia meminta restu ibundanya untuk melamar seorang Renatta.

"Abi, Kamu sehat toh, kok jarang nelpon ibu, ibu telpon juga kadang kamu nggak ngangkat. Ibu liat di tivi dimana-mana ada kamu Le, Ibu seneng." Sebuah pesan singkat dari ibu Dibyo kepada Abimana.

Abimana langsung mengarahkan layar telepon genggamnya dengan jemarinya mencari nomor ibundanya.

Seketika ia tempelkan di telinga

"Halo, Halo Le," Cepat sekali Ibu Dibyo mengangkat telepon Abimana

"Halo, Ibu, Asalamulaiakum, Bagaimana bu, sehat toh bu?" ujar Abimana

"Waalaikumsalam Bi, Alhamdulilah sehat to le, Kamu bagaimana Bi, maaf tadi ibu menghubungi kamu le," ungkap Ibu Dibyo "Lagi sibuk ya Bi, pasti kamu banyak syuting toh Bi, Ibu nonton kamu ada dimana-mana, Iklan ada kamu, sinetron ada kamu, trus yang itu apa namanya? yang acarane bantuin istri-istri mergoki suamine? Iku loh sing sama nak Renatta"

"The Truth About Marriage," Ujar Abimana memotong kebingungan Ibundanya

"Ya bener itu, itulah namanya,bagus itu, lebih bagus dan seru dari sinetron. bikin deg-deg kan gitu ceritanya," Lanjut Ibu Dibyo

"Alhamdulilah Bu, Abimana lagi banyak dipercaya tampil," Abimana mengucap syukur

"Iyo Le, ini mimpi mu toh, sing penting kamu jalaninya seneng," Ujar Ibundanya "Eh Renatta wes nikah toh, Uwes ojo di tunggu-tunggu maneh, wes eneng sing duwe," Bu Dibyo menambahkan.

"Gak kok bu, wes ikhlas, kita sekarang jadi partner kerjaan aja, cukup bu," Ujar Abimana

"Ibu ngerti watakmu Bi, kamu itu susah ngelupain apa yang harusnya kamu miliki, susah ngelepas, Ibu inget dulu kamu pengen banget punya sepeda, udah kamu incer, eh sepedanya di beli orang, kamu sedihe berminggu-minggu le," Ibu Dibyo mengingat kejadian masa kecil Abimana

"Ah Ibu masih diinget-inget Ae, Yowes bu, Abimana barusan pulang, Abimana mau bersih-bersih dulu ya bu, keringetan,"

"Iya Bi, ya sudah, nanti kalau kamu ada waktu sesekali telpon ibumu iki yo, semenjak bapakmu meninggal, ibu dewean," Minta Bu Dibyo

"Siap bu, Abi telpon tiap hari nanti," Guyon Abimana "Ya sudah bu, Asalamualaikum."

"Waalaikumsalam," ujar Bu Dibyo mengakhiri telepon

Tidak seperti apa yang ia katakan kepada ibundannya, Abimana tidak langsung pergi mandi. Selepas telepon dengan ibundanya berakhir, Abimana menempelkan kepalanya pada jendela kaca apartemen di sebelahnya. Sorot gemerlap lampu iklan videotron dan lampu lalu lintas seakan menyatu dan berpendar di pipinya.

Dalam hatinya ia telah membohongi ibundannya. Benar apa yang dikhawatirkan ibundannya, Ia memang belum bisa move on dari hubungannya dengan Renatta. Tidak salah, Abimana memang bukan sosok yang mudah melepaskan sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Renatta sosok yang ia sudah mantapkan sebagai pendamping hidupnya. Ia ingat ia meminta restu ibundanya untuk mengikat Renatta pada sebuah keseriusan hubungan. Pikirannya terlempar jauh kala ia memilih dengan cermat cincin yang akan ia sematkan pada saat ia memberikan kejutan lamaran di Café enam tahun lalu.

Abimana mempersiapkan semuannya sempurna, Ia pilih tempat ia mengucapkan janji sucinya dengan penuh keyakinan. Namun apa yang terjadi kemudian, Semua rencananya hancur sia-sia. Bukannya kalimat "Iya Aku menerima menjadi Istrimu," yang diucapkan Renatta. Malah kalimat ia ingin "Putus" karena merasa keadaannya tak seimbang dengan seorang Abimana didunia Entertaintment.

Belom sempat Abimana mengucapkan janji sucinya, Cincin yang seharusnya ia berikan kepada Renatta masih nyaman berada disakunya. Begitu Renatta pergi Abimana dipenuhi kesal yang teramat sangat. Bagaimana tidak sosok yang awalnya baik-baik saja justru menjadi begitu angkuhnya.

Namun bukan Abimana kalau kesal itu kemudian kalah dengan perasaan sayangnya terhadap sosok Renatta. Kalau tidak Ibu Dibyo tak mungkin mewanti-wanti Abimana kalau Renatta sekarang telah dimiliki orang lain. Ibu Dibyo sebagai ibunda mengerti benar sifat dasar anak laki-laki satu-satunya. Benar, Abimana masih setia menunggu seorang Renatta. Seseorang yang akan ia nanti sepanjang hidupnya. Abimana masih percaya Renatta kelak pasti akan menjadi miliknya. Keyakinan itu yang kadang terselip ditengah hubungan professional dirinya dengan Renatta di lokasi syuting The Truth About Marriage. Sebuah keyakinan menyelesaikan cinta lamanya yang menurut Abimana belum kelar. Abimana akan tetap berada pada posisinya saat ini, menanti sosok Renatta yang ia yakini akan menjadi pendamping kehidupannya dimasa yang akan datang.

.......................................

Selamat Siang 

Perjalanan Abimana akhirnya Up, Maaf sudah menunggu, Biasa bantuin Abimana move on itu agak susah, jadi harus sabar nunggu dia mau cerita.  Yuk dinikmati curhatan Abimana nya.

Semangat kawan-kawan. Dukung terus dan Vomennya yah biar bisa lanjut terus.

Semangat!!!!

#Membatik #Batikpublisher @BukuBatik #CLBK

Reality Show of LoveWhere stories live. Discover now