half destroyed (41)

Start from the beginning
                                    

Hoseok mengejek. Tidak tahu bahwa lirikan mata seperti elang menerjang dari punggung belakangnya. Ini bukan kiasan, melainkan ungkapan kejujuran. Hoseok merasa diam-diam Taehyung seperti peduli tapi enggan, memperhatikan Jungkook dengan wajah tampan tapi bodoh. Dia juga seorang kakak untuk sekarang dan seterusnya, satu kali menjadi anak tunggal.

Taehyung merasa bodoh dalam sekejap, di satu ruangan sekarang. Menatap punggung itu semakin nyalang bukan berarti dia pria tanpa senjata. Dia ahli dan bertarung dan melemahkan lawan, untuk membuat lawannya bungkam saja dia mampu.

"Kalau begitu kau menggunakan bekas. Bukankah Jungkook itu bekas? Bekas adikku, aku memberikan sumbangan untuk mu dan kau menerimanya. Apakah aku benar?"

Hoseok paling tidak suka jika ada menjelekkan nama adiknya. Satu tatapan nyalang penuh kemarahan ada disana. Dia tidak mampu melihat Taehyung berdiri lebih lama disana. Untuk itu dia menjatuhkan keranjang kotor itu secara sengaja. "Baiklah. Aku memang mendapatkan apa yang kau punya. Aku tidak merebut hal itu semua. Lagi pula, aku tidak pernah menyesal. Untuk apa? Aku hanya terlalu bahagia mendapatkan sumbangan kau berikan. Katakan saja kau iri." Ingin menjadi pemenang.

Taehyung mencekik leher itu tapi seseorang menahan perutnya dengan pisau dapur disana. Hoseok bisa saja membunuh seseorang dan itu manusia di depannya. Anggap saja dia seperti psikopat sekarang. Taehyung menunduk sebentar dan melihat bajingan tengik di depannya bermain-main.

"Owh... Sepertinya aku mendapatkan lawan yang kuat. Aku tidak akan mengampuni dirimu, ah... Ya aku akan membunuhmu juga hahahaha!" Taehyung menampilkan gigi putihnya. Wajah penuh ambisi dan Hoseok suka akan hal itu. Selama ini dia menunggu jiwa seseorang murka untuk menikmati permainan nya. "Kau tahu? Aku menunggu seperti ini. Berdua dan menghabisi mu. Kau penjahat dan aku tahu kalau kau pasti akan membunuh Jungkook juga tuan besar."

Percaya diri sekali. Taehyung ingin membuang perasaan loyalitas dari namja di depannya.

"Dunia ini tak sempit. Ada begitu banyak tak kau tahu. Kalau kau berfikir aku buruk, kau salah. Kau hanya belum sadar. Ayahku dia bukan orang baik! Aku tahu siapa dia, meski aku sudah mengatakannya tapi aku tahu kau saja tidak akan percaya."

Melepaskan cengkraman tangan itu, tapi dia sudah membuat wajah pengawal di depannya terasa sakit.

"Selamat kau sudah mendapatkan list kedua. Aku akan menjadikanmu target setelah pembunuh muda itu."

Memilih masuk ke dalam kamar, dia ingin beristirahat. Mencari tempat nyenyak untuk tidur. Terlalu banyak beban pikiran di dalam otaknya, dia ingin menyakiti dan membunuh seseorang agar puas.

"Bajingan." Umpat seseorang dari belakang. Menendang pisau tepat di samping kakinya. Tak ada yang lebih baik selain mengumpat di tengah keheningan ini.

Ponselnya bergetar di dalam saku. Ada yang masuk dan itu panggilan dari Jimin. Sesuatu buruk pasti telah terjadi.

.

Yoongi kembali pulang dengan wajah beringas, bukan karena dia sedang mengalami masalah ekonomi. Melainkan Wonwoo, yang dia tarik kuat kerah belakangnya sampai pemuda itu terjungkal. Membuat beberapa barang dari tangannya jatuh, menjadi pertunjukan bagi lainnya.

Dia merasa jijik pada seorang pengkhianat yang masih saja berada di dalam lingkungan nya. Bekerja di sini dalam waktu lama membuat dia hafal hampir seluruh ruangan disini. Satu lemari jatuh saat punggung itu menubruknya, berserakan segala dara dan berkas. Begitu juga satu komputer yang masih menyala layarnya. Pengawas wanita di dalam ruangan itu sampai bangun terkejut karenanya.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now