24

1.5K 192 21
                                    




-

Kecanggungan tidak serta membawa Sunoo- ia melupakan apa yang baru saja terjadi. Membiarkan kenangan ciuman pertamanya dengan Jay untuk ia ingat sendirian. Merasa senang fakta bahwa ciuman pertamanya adalah Jay yang mengambilnya. Pria yang selalu ia cintai- pria yang dengan mudahnya membuatnya terjatuh berulang kali.

Sunoo mengaitkan tanggan-nya, menarik Jay dari satu tempat ke tempat lain. Benar-benar ingin menghabiskan malam dengan Jay.

"Hyuunggg!" Rengekan itu terlontar darinya- sedang Jay sudah menggeleng sedari tadi.

"Enggak ada! Udah malem, nanti kamu sakit" katanya sebagai jawaban.

"Sekali ini aja kok, lagi pula cuma satu" katanya kembali merayu. Jay menghela nafas, pada akhirnya menurut membawa pria imut itu pada stand yang menjual es-cream beraneka rasa.

Es-cream strawberry menjadi pilihan.

"Hyung tidak mau?"

"Gak usah, kamu saja"

"Yakin Hyung? Ini enak tahu"

"Hyung tidak suka es-cream sayang" katanya lembut, Sunoo mengangguk mendengar itu- menarik Jay untuk duduk di kursi yang tersedia disana.

"Kenapa kamu makan es-cream dicuaca dingin seperti ini sih, benar-benar cari penyakit"

"Cuma satu ini" rengutnya, Jay terkekeh menjawil pipi Sunoo yang memerah. "Jangan bertingkah imut seperti itu" katanya

"Hyung.. Aaaa...." Sunoo menyodorkan sesendok es-cream pada pria itu. Jay menggeleng menolak.

"Satu suap saja.. buka mulutnya.. Aaaa" kembali gelengan di dapatnya.

"Hyung! Sunoo marah nih!" Rengutnya lucu. Jay memutar bola matanya jengah, tetapi pada akhirnya membuka mulut.

Rasa dingin dan manis melumer dibibirnya.

"Lagi Hyung"

Jay menggelang.

"Hyung gak suka manis" debatnya, pada akhirnya Sunoo mengangguk. Memilih menghabiskan es-cream itu sendirian.

"Hyung... Makasih yah buat kencannya. Hyung senengkan?"

Kata itu tiba-tiba terlontar dari Sunoo, sisa es-cream yang mencair diabaikannya.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" Tangan Jay merapikan rambut Sunoo. Lalu beralih membersihkan tangan Sunoo dengan tisu. "Kamu kaya bayi, makan aja belepotan" katanya terkekeh.

Sunoo tersenyum, memandang teduh pada Jay.

"Enggak apa-apa. Sunoo seneng Hyung"

Sisa malam mereka dihabiskan dengan kebersamaan. Sunoo benar-benar mencari cara untuk bisa lebih lama berdua dengan Jay.

Lalu saat ia sadar kini tengah berada di mobil pria Jay untuk mengantarnya pulang. Untuk saat itulah rasa sakit menyelinap tanpa tahu malu.

Sunoo memandang Jay yang fokus dengan kemudinya. Jay hyung-nya sangat tampan, dan dia akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya kemudian hari.

Sunoo sudah merasa dicintai oleh pria itu-- tetapi hati kecilnya menolak. Berpikir bahwa pria itu mungkin sedang menanggung rasa bersalahnya, bersikap baik padanya karena rasa bersalah pria itu. Yah-- Sunoo akan bersyukur jika itu yang terjadi sebenarnya. Karena itu artinya Jay tidak akan tersakiti saat ia memutuskan hubungan mereka, biar hanya Sunoo yang merasakan sakit itu.

Dan saat mobil itu mengerem, saat itulah Sunoo semakin ingin lari. Ingin menghentikan waktu. Ingin egois.

Jay melepas Seatbeltnya, menatap Sunoo yang masih terdiam dengan pandangan kosong.

"Sayang?" Panggilan itu masuk pada Indra pendengar Sunoo, sadar bahwa Jay kini tengah melepas Seatbeltnya. "Kita sudah sampai" katanya.

"Hyung?" Sunoo memanggil ketika pria itu akan turun membukakan pintu untuknya. "Hm?"

"Boleh peluk?" Jay terdiam singkat, sebelum mengangguk pelan. "Tentu, kemarilah"

Sunoo menubrukan tubuhnya. Mendekap Jay erat, membaui aroma tubuh Jay, meremat jaket kulit yang dikenakan pria itu. Seakan itu adalah kali terakhir Sunoo bisa melakukannya. Dan memang begitu kenyataannya.

Jay tersenyum, balas memeluk rengkuhan itu, tangannya mengelus lembut Surai pacarnya.

Lalu Sunoo melepas pelukan mereka.

"Terimakasih Hyung" katanya singkat. Jay mengangguk, sebelum mengambil langkah untuk membuka pintu mobilnya. Turun untuk membukakan pintu bagi Sunoo-- tapi sebelum itu terjadi pria imut itu sudah membuka pintu itu sendiri lalu turun dari mobilnya.

Mereka berdiri berhadapan. Sunoo mendongak untuk menatap Jay yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Jay hyung... Kita putus saja yah" dan kata yang terlontar dari Sunoo membuat Jay mematung.

"Apa?" Jay bertanya memastikan, membalas tatapan Sunoo yang ia sendiri tidak ketahui artinya.

"Iya.. kita putus saja, Sunoo cuma balas dendam kok. Sunoo ingin membuktikan pada Jeara noona kalau Sunoo bisa membalas perbuatan Jay hyung" katanya dengan sekali tarikan nafas.

Jay merasakan dadanya sesak, menatap bola mata jernih milik Sunoo yang seakan menikamnya dengan lontaran kata jahat.

Kepalan tangan disamping tubuhnya benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.

"Bohong" katanya lirih. Sunoo menggeleng, buliran dipelupuk matanya ia hapus terburu. "Enggak Sunoo gak bohong. Sunoo cuma taruhan sama Jeara Noona" katanya dengan nafas pendek.

Kecewa, amarah dan rasa malu menguasai Jay. Tetapi yang lebih mendominasi adalah perasaan kesal karena diremehkan. Perasaan kesal karena hatinya tidak bisa berbohong. Jay patah hati.

Jay mendongak setelah dirasanya pasokan udara disekitarnya menipis. Lalu saat dirasa ia sudah bisa menguasai diri, Jay menatap Sunoo tajam. Jenis tatapan mengintimidasi yang jauh dari kesan ramah.

"Kalau kamu kira aku sudah jatuh cinta sama kamu. Atau kalau kamu kira kamu berhasil nyakitin aku-- kamu salah besar Noo. Aku enggak punya perasaan apa pun sama kamu" katanya penuh penekanan.

Pria itu berbalik, masuk kedalam mobilnya. Lalu melaju begitu saja- meninggalkan Sunoo yang berjongkok menangis sesenggukan.

"Bagus kalau Jay hyung gak punya perasaan apa pun sama Sunoo. Setidaknya cuma Sunoo yang ngrasain sakit ini. Setidaknya Jay hyung baik-baik saja"

Menekan dadanya kuat-kuat Sunoo menangis sendirian malam itu.








SAY GOODBYE - JAYNOO√Where stories live. Discover now