23 || Datang Kembali

Start from the beginning
                                    

Lingga yang menata makanan ringan di meja hanya tersenyum sekilas dia sudah tau, karena Lingga sendiri yang mengantar Ketika Iky ingin mencukur rambutnya kemarin.

Erlang, Bara dan Zevan yang baru masuk juga ikut tersenyum senang. Melihat Iky terlihat antusias menceritakan keadaanya kepada Saga dan Genta.

Yang dimana juga Erlang telah lebih dulu memberitahu jika dia harus berpura-pura seperti habis pulang kampung dan untungnya sakitnya itu memang kenyataan karena hampir seminggu lebih Iky dirawat.

"Si Iky berasa spesial, dateng-dateng dibuat beginian"

Bara dan Zevan mengangguk setuju.

"Iya lah pastinya"

Jawab mereka, yang juga ikut terkekeh geli begitu Iky kini menangis haru begitu Lingga menyodorkan bolu selamat datang kepadanya dan meminta untuk Iky segera memotongnya karena Genta sudah lapar dan mendesaknya.

Lingga yang kini sudah duduk dan menikmati kuenya, diam-diam juga ikut merasakan senang karena bukan hanya Iky yang merasa diterima, Lingga yang dulu pernah meragukan kini merasa. Jika dia juga diterima apalagi melihat sikap saudaranya akhir-akhir ini.

Tapi mendadak Lingga melunturkan senyumnya dia teringat sesuatu.

Tidak seharusnya Lingga terlalu berharap akan perasaan ini kekal selamanya, karena suatu saat itu akan menenggelamkannya.

Dan pada akhirnya meninggalkan Lingga sendirian di dasar-dasar.

Penuh dengan kekecewaan.

*****

Tara menghampiri Pele yang sedang makan kacang di bangkunya ditemani seorang perempuan cantik yang duduk di atas meja di kelas Pele yang kosong, sembari tangan lentiknya mengelus-elus kepala Pele. Semenjak kejadian malam itu Tara merasa canggung mendekati Pele. Dia tau pada malam itu Pele marah padanya.

Pele yang melihat Tara mendekat, menyuruh Wanda untuk pergi dari mejanya.

Wanda anak kelas 12 yang juga sekelas dengan Bara, mengangguk mengerti.

Dia lalu beranjak dari atas sana dan begitu melewati Tara. Wanda berhenti sebentar menatap Tara yang juga kini menatapnya dengan wajah melas. Wanda terkekeh lucu melihat pacarnya seperti itu dia langsung saja mencium pipi Tara dan berucap pelan "Semangat Darl"

Setelah itu Wanda pun pergi ke luar bersama kedua temannya yang berada diluar.

"Yo. Apa kabar Tar?"

Sambut Pele begitu Tara duduk di bangku kosong depannya.

Tara menggelengkan kepala merasa tak setuju melihat sikap Pele yang biasa saja.

"Gue mau bahas soal malam itu, bukan pengen ditanya kabar" ungkap Tara.

Pele tersenyum miring "Emang apa yang perlu dibahas Tar?"

Tara yang sedari tadi tidak berani menatap Pele akhirnya memberanikan diri. Menengok ke samping ,memperlihatkan wajah frustasinya pada temannya yang sudah sebulan ini ia hindari.

"Gue mau minta maaf, udah bilang begitu. Gue udah sotau banget. Bara udah cerita kemarin kalo alesan Lo butuh kita adalah buat ngedukung supaya seolah-olah penangkapan itu dilakukan secara kebetulan bukan disengaja, biar si penjahat itu gak ngejar Iky dan bales dendam ke dia. Dan soal pertemuan itu sebenarnya Lo juga gak tau kalo Iky ternyata terlibat karena Lo sama manajer itu baru ngerencanain pemantauan dan juga waktu itu cuman jadi utusan bapak Lo dan tindakan Lo ini tanpa sepengetahuan bapak lo , benar bukan pel?"

Pele tidak menjawab dia malah terkekeh merasa terkesan karena Tara tahu banyak sekali,maka untuk menghargai usaha Tara Pele menjawabnya "Ya rencana gue itu semuanya di luar sepengetahuannya. Makanya sekarang dia lagi ngeblokir kartu kredit gue karena udah nyentuh kerjaannya. Mana kartu Lo?"

Tara langsung mundur dan menyilangkan tangannya "Mau apa Lo?!"

Pele tersenyum lebar.

"Gue bakal maapin Lo, dengan satu syarat kalo Lo ngasih pinjem kartu ke gue"

Sekali lagi Tara yang melihatnya dibuat takut ,jika sudah seperti itu pasti selalu tidak mengenakkan karena firasat Tara mengatakan itu.

*****


Suatu siang di jam istirahat kedua,

Gara yang habis buang air besar berjalan kembali ke kelas dengan tampang lesunya. Habis sudah makanan yang dia makan di istirahat pertama terbuang sia-sia mana sekarang perutnya menjerit keroncongan sekali ditambah uangnya hanya tersisa seribu untuk bayar parkir.

Gara langsung mendengus, jika tau begini. Gara tidak akan bayar uang kas tadi.

Tapi begitu sampai di pintu, seolah melihat air di Padang pasir. Gara langsung berlari dan mendekap sekotak Bento dari HokBen dengan haru di mejanya.

"Anjirlah tau ajah gue kelaparan"

Gala yang juga baru masuk langsung menatap kembarannya jijik "Gar biasa ajah makannya gak ada yang mau minta juga kali kek gak pernah makan ajah loh!" Ucap Gala dengan sinis begitu melihat Gara memakan sambil mendekap erat kotak makanannya dan matanya memicing waspada ke sekitar.

"Heleh Iri bilang Boss!" Gara membalasnya seraya mengangkat dagunya sombong sekali rupanya.

Gala langsung mengangkat alis merasa aneh dengan jawaban kembarannya itu.

"Ngapain gue iri. Bukan Lo ajah kali, yang dikasih HokBen. Anak-anak yang ikut tawuran semuanya dapet. Pas Lo lagi Boker satu mobil besar nganterin kemari. Gue malah dapet dua, tapi satu udah gue kasih ke Gama"

Gara langsung manggut-manggut Di sela-sela menyuap nasi ke dalam mulut Gara berkata "Gak terkejut lagi sih. Tapi tetap ajah rasanya wow gila mengiri, gue neraktir ajah gak mampu, ini bisa-bisanya ngasih makan sekampung, mana makanan mahal lagi!!"

Gala yang biasanya tidak selalu sependapat dengan Gara untuk kali ini ia mengangguk setuju  "Bener banget, gila. Anak-anak sekolah sebelah tajir -tajir anjir!"

Tak tahu saja mereka di dalam restoran khas makanan Jepang itu.

Tara sedang dalam keadaan menangis sambil terus menatap kartunya iba yang baru saja habis ia gesek.

"Uang jajan gue!"

Ratapnya.




Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now