Suatu Hal Yang Baru

26 28 17
                                    

Kyilla pelan-pelan membuka mata saat cahaya matahari menyilaukan dirinya. Ternyata pingsan semalam membuatnya juga sampai ketiduran, tubuh Kyilla kini sudah berubah menjadi posisi duduk, ada beberapa debu yang menempel di kedua tangannya. "Gila banget si Elvi, ngebiarin gue tidur semalaman di gudang kayak gini," gerutu Kyilla sangat emosi.

Setelah beberapa menit mengumpulkan nyawanya, Kyilla segera berdiri sambil mengusap-usap kasar celananya yang juga ada banyak benda kecil yang menempel.

"Gak bisa nih gue disini aja!" Kyilla berjalan kearah jendela yang posisinya lumayan tinggi.

Kedua kaki Kyilla naik keatas benda kayu berbentuk kotak, agak gemetar. Dia berusaha membuka jendela tersebut yang pengaitnya sudah berkarat. "Sialan susah banget!" umpatnya kesal.

Kyilla turun lagi, setelah itu mencari sesuatu yang kuat untuk membantunya membuka pengait jendela. Sudah dicari kesana-kesini tetapi hasilnya nihil, Kyilla menyudahi pencariannya dan duduk di senderan pintu, matanya kembali panas dan tak lama aliran air dari matanya menetes. Dia menenggelamkan wajahnya di lutut kaki, menahan isakan tangis dengan kuat, jahat sekali Ibu tirinya itu.

Ide di pikiran Kyilla muncul seketika, dia ingat masih ada ponsel di saku celanannya walaupun mungkin baterainya tinggal sedikit, kenapa dia sampai lupa akan benda multi fungsi itu? Kyilla buru-buru mencari kontak nomor Arshen, hanya pria itu yang bisa dia andalkan. Telfon sedang menyambung, Kyilla berdoa dalam hatinya agar Arshen segera mengangkat Telfon darinya.

____________

Arshen masih menunggu Bundanya yang sedang di priksa, tubuhnya sedari tadi mondar-mandir dengan perasaan tidak enak. Ini kesalahan Flavia, hantu satu itu yang langsung menyerang tanpa di setujui dirinya, entahlah sejak dia memarahi Flavia dia tak memikirkan apapun tentang wanita itu. Mau pergi sekalipun, Arshen tidak perduli.

Nada dering ponsel Arshen berbunyi, menampilkan nama Kyilla disana, Arshen mengangkat telfon tersebut dan meletakkannya di telinga.

"Arshen tolong aku!! Aku di kurung di gudang di dalam rumahku, dari semalam. Aku takut, aku gak bisa keluar dari sini, tolong bantu aku Arshen!" suara di sebrang sana terdengar sangat memohon, Arshen pun heran kenapa bisa Kyilla di kurung di dalam gudang.

"Tapi-" Arshen ingin menolak karena dia harus menunggu dokter yang belum keluar saat sedang memeriksa Bundanya.

"Aku mohon, aku takutttt Arshen... cuma kamu yang bisa aku-" sebelum Kyilla menyelesaikan kalimatnya, telfon itu tiba-tiba terputus begitu saja.

Arshen geram, dia memijat pelipisnya sedikit frustasi, mana pilihan yang benar? Kyilla atau Jeni-Bundanya?

Kebetulan ada satu suster yang melewati Arshen, dia menghentikan suster itu dengan mendekatinya. "Maaf suster, saya mau minta tolong"

Suster itu berhenti berjalan, dia menoleh kearah Arshen, "Iya mas, minta tolong apa?" suster itu bertanya.

Tangan Arshen menunjuk ruangan yang di tempati Bundanya, lalu menjawab "Kalo pasien yang namanya Jeni udah sadar, tolong telfon nomor ini ya" Arshen mengeluarkan nomor ponselnya yang sudah dia catat.

Suster tadi menerima kertas yang berisi nomor telfon milik Arshen, "Ohiya mas, baik!"

Arshen berlari keluar dari rumah sakit untuk pergi kerumah Kyilla, menolong temannya itu.

_____________

Flavia duduk di atas pohon yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Arshen, bisa di bilang ini adalah hutan dan posisi Flavia di tengahnya. Dia sedang menangis atas kecerobohannya terhadap Bunda Arshen, bukan niatnya ingin menyakiti, tetapi dia tidak mau ada orang yang melukai Arshen. Hanya itu alasannya.

FLAVIAWhere stories live. Discover now