Blasteran Bidadari dan Malaikat?

69 71 5
                                    

"Aku ikut yah, biar aku gak nakal lagi" pinta Flavia memaksa.

"Iya boleh tapi jangan usil," ucap Arshen memperingatkan.

Flavia tertawa bahagia akhirnya dia bisa ikut bersama Arshen. Sebenarnya Flavia hanya sedikit penasaran apa kerjaan Arshen sebenarnya, yang kelihatannya sibuk sekali.

"Arshen ini apa?" tanya Flavia yang terus mengikuti langkah kaki Arshen, mereka berdua sudah sampai di Universitas Perkuliahan di Jakarta.

"Ini gedung," jawab Arshen.

Arshen masuk kedalam ruangan khusus para dosen untuk mengambil buku-buku keperluannya saat mengajar.

Mata Flavia menyapu bersih pandangannya keseluruh penjuru ruangan, mereka semua pada sibuk dengan leptop dan catatan. Flavia sama sekali tidak mengerti, yang dia tau sekarang hanya Arshen yang sangat tampan.

"Wah" Flavia melongo ketika seorang pria mendekat kearah Arshen.

"Semangat Shen!" katanya begitu, setelah itu dia pergi dan tak menampakan diri lagi

"Hem, Arshen, kasihan yah pria yang tadi," ucap Flavia matanya berkaca-kaca.

Arshen menghentikan Aktifitasnya lalu beralih menatap Flavia, "Kasihan kenapa?"

"Kepalanya bentol besar banget, digigit berapa nyamuk ya?" jawab Flavia datar.

"Dia botak bukan bentol, Flavia," ujar Arshen dengan berat.

"Kata Arshen kalo yang bulat begitu tandanya di gigit nyamuk"

Arshen menggaruk keningnya yak tak gatal, mungkin Flavia salah mengertikan ucapannya semalam.

"Hey Arsheno yang ganteng!!" triak Kyilla memanggil, buru-buru dia masuk keruangan dosen.

"Ngapain sih!" Grutu Arshen malas meladeni Kyilla

"Arshen," Kyilla langsung memeluk Arshen. "Gue gak mau tunangan sama Nizar. Gue mau nya sama lo"

Arshen menahan marah dan malu, untung saja ruangan sudah sepi semua pergi ke kelas masing-masing.

"Gak usah konyol. Saya bukan siapa-siapa kamu!" kata Arshen setelah itu mendorong Kyilla kasar.

"Plis Arshen, lingdungin gue, gue suka sama lo dari dulu," lirih Kyilla matanya sudah menangis.

Tak mau ambil pusing, Arshen keluar duluan dari ruangan di buntuti Flavia yang sedari tadi diam tak mengerti percakapan kedua makhluk tersebut.

Arshen kembali duduk setelah memberikan pelajaran kepada mahasiswa kelasnya. Bukan duduk santai ya, tangannya kembali lanjut menulis di sebuah kertas selembar.

"Kamu lagi apa?" Flavia bertanya

"Lagi nyalin soal, kenapa?"

Flavia menggeleng kepala tidak mau mengganggu Arshen saat ini. Dia berjalan dengan hati-hati, melihat buku yang sedang di coret-coret semua mahasiswa. Raut wajah mereka beragam, ada yang pasrah, sedih, pusing dan santai. Flavia tertawa melihat nya sangat lucu.

Mata Flavia beralih pada seorang mahasiswi yang sedang Asyik bervidio call dengan pacarnya. Flavia tau ini di larang saat jam pelajaran, ingin mengadu kepada Arshen tetapi tangannya sudah geram dan mengeluarkan cahaya berwarna gold. setelah itu dia hempaskan tepat di handphone mahasiswi yang tak menaati aturan.

Prakk!!

Semua yang ada di sekeliling terkejut dan mata mereka menatap Hani-mahasiswi tadi dengan aneh. Arshen juga ikut menatap Hani dan ternyata ada Flavia di sebelah orang itu.

"Hey ponsel ku kenapa bisa hancur berkeping-keping begini" Hani tentu terkaget-kaget, kalau jatuh biasanya hanya lecet tidak hancur seperti di injak mobil.

Flavia memberi kode agar Arshen kesini, tentu saja Arshen menuruti, setelah itu Flavia memberitahu hal ini kepada Arshen.

"Aku gak sengaja lihat dia lagi vidio call sama orang, ini 'kan masih jam pelajaran gak boleh mainin ponsel. Jadi aku hancurin ponsel dia sampai begitu," ujar Flavia menjelaskan.

Arshen percaya dengan ucapan Flavia, lalu dia berkata "Saya sudah sering bilang, ketika jam pelajaran saya tidak ada yang boleh memainkan ponsel, ini akibatnya!"

"Maaf Pak, aku janji gak lakuin itu lagi," jawab Hani sambil menunduk.

"Ikut saya," ucap Arshen pelan kepada Flavia.

Arshen mengajak Flavia keluar dari kelas. "Makasih udah bantu saya menyelidiki mahasiswa yang gak menaati peraturan."

Seulas senyum manis terlihat jelas di bibir Flavia, "Demi Arshen, kita 'kan harus selalu sama-sama"

"Ohiya Arshen, aku boleh keliling gedung besar ini? Aku penasaran banget, tapi aku janji kok gak bakal usil! Bolehin yah?" pinta Flavia sambil memohon.

"Gak capek kalau keliling jalan kaki?" tanya Arshen tidak yakin.

"Aku bisa melayang, Arshen. Kamu lupa?" Flavia menjawab.

"Yaudah sana, jangan jauh-jauh"

Flavia menerbangkan tubuh nya, mulai bersiap memenuhi rasa penasarannya.

"Dedemit yang lucu"

_______________

Flavia tak henti-henti nya kagum dengan pemandangan Perkuliahan ini. Ada taman yang sangat luas dan indah, Di tengah kekaguman Flavia ternyata ada sosok anak kecil yang menangis di ujung gedung ini. Flavia mendekat kearah anak kecil itu lalu menyapanya, "Hay kamu"

"Kakak siapa?" Dia bertanya

"Kata Arshen nama aku Flavia Lashena, kalo kamu?" Flavia berbalik tanya.

"Aku Mianra"

Flavia mengangguk setelah itu tersenyum, "Kamu kenapa nangis?"

Tangan Miarna menunjuk ke arah kelas yang tempatnya paling ujung. Lalu mulutnya berkata, "Pemakaman Ibuku tertindih bangunan itu"

"Sabar ya Miarna,"ujar Flavia menenangkan Miarna.

"Aku hanya ingin melihat Roh-Ibuku, walaupun hanya sekali" Miarna kembali menangis

Flavia tidak tega, dia juga merasa sangat sedih. Flavia memejamkan matanya, kembali menyatukan kekuatan hati dan pikirannya. Dia memohon kepada Tuhan untuk membantunya mengabulkan permintaan Miarna. Kedua tangan Flavia mengeras dan bergemetar, cahaya Double Gold, red, white menyatu dan Flavia melemparkannya tepat ke ruangan yang Miarna sebut. Kekuatan itu belum berhenti, Flavia terus mendorong dengan sekuat tenaganya, perlahan Asap berwarna putih keluar dari dalam tanah. Sosok Roh berkelamin perempuan sudah terlihat jelas.

Miarna terkejut mulutnya sampai terbuka, buru-buru dia mendekat kearah Sang-Ibu yang juga tersenyum kepadanya.

"IBUUU!!" Miarna berteriak kakinya terus melangkah cepat.

Flavia membuka matanya, pemandangan di depannya sangat hangat sekali. Flavia ikut senang bisa membantu orang lain.

"Terimakasih sudah membantuku untuk bangkit dari ragaku," ucap Ibunya Miarna, dia masih menangis merindukan Miarna.

"Aku senang Miarna bisa tersenyum," sahut Flavia ramah

"Kamu adalah persantuan Bidadari dan Malaikat"

"Hah? Mana mungkin, aku hanya hantu biasa,"  ujar Flavia tidak percaya dengan ucapan Ibunya Miarna.

"Kebaikanmu yang menunjuk 'kan itu semua".

"Kak Flavia terima kasih yah,"

BERSAMBUNG....

Budayakan setelah membaca vote dan komen❤️

FLAVIADonde viven las historias. Descúbrelo ahora