Bab 9 - Serangan Kurma Terbang

Începe de la început
                                    

Benny merampas kertas izin Cinia dan merobek-robek kertas itu menjadi serpihan kecil dan dilempar ke wajah gadis itu.

"Belajar aja yang bener! Nanti kalau kamu sudah kerja, bayar semua uang yang udah Bapak keluarin buat kamu!"

"Kalau mau dicicil dari sekarang juga boleh, Pak." Cinia tiba-tiba mendongak. Hatinya mendadak terasa begitu nyeri. Sudah tidak pernah mendapat makanan layak, uang sekolah semasa SMP saja segitu perhitungan. Padahal, semua uang selama SMA, Cinia sendirilah yang sudah banting tulang.

"BERANI NANTANG?!"

Saat itu Cinia sadar, tak seharusnya dia angkat bicara.

Hari Minggu itu, baik Aran maupun Cinia sibuk berdiam di rumah masing-masing

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Hari Minggu itu, baik Aran maupun Cinia sibuk berdiam di rumah masing-masing. Keduanya sibuk berjibaku dengan pikiran yang terus menggerus relung hati.

Untuk apa sebenarnya mereka terus hidup?

Untuk apa sebenarnya mereka terus hidup?

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Aku nggak pesan jaket, ya. Tapi, aku ikut, kok pikniknya." Cinia mengangsurkan surat izinnya pada Erina pagi-pagi sebelum kehebohan di kelasnya mulai. Erina yang sedang sibuk mencatat pembayaran mendongak. Surat baru yang baru dicetaknya tadi pagi ketika Benny sudah lagi-lagi menghilang untuk dinas kantor. Pria itu tak lupa meninggalkan luka memar di beberapa bagian tubuh Cinia.

Cewek itu sudah membubuhkan tanda tangan palsu. Selama ini juga begitu. Namun, entah kenapa, sisi lain hatinya sungguh-sungguh ingin mendapatkan restu dari Benny. Seolah menyiratkan kalau masih tersisa secuil kasih untuknya dari pria itu. Akan tetapi, semua tampak sia-sia belaka. Benny tak memiliki apa pun untuk Cinia.

Tiada harta maupun cinta.

Nihil.

Cinia berusaha tidak terlalu memedulikan nyeri yang tercipta setiap kali dia bergerak. Cewek itu hendak mengeluarkan berapa ratus ribu rupiah dari dompet hasil tabungannya satu semester terakhir.

"Kamu nggak usah bayar apa pun." Erina menahan gerakan Cinia dan mendorong lembar uang itu kembali. "Jaket dan biaya piknikmu udah lunas." Erina tersenyum riang.

"Lho? Kenapa? Aku bahkan belum bayar!" Cinia terdiam ketika Erina memberikan kwitansi pelunasan biaya pada Cinia.

"Ada yang bayarin."

Magicamore Arancini (Edited Version)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum