Hey Stupid, I love you

947 105 4
                                    


Klik!

Hinata mematikan ponselnya. Wajahnya terlihat murung seketika. Keceriaannya langsung saja lenyap.

"Kenapa?" Sakura jelas menangkap wajah sedih gadis di sampingnya. Namun, gelengan kepala yang menjadi jawaban jelas tak membuat si gadis musim semi puas.

"Aku tahu kau sedang berbohong, Hinata," lanjutnya. Mata emeraldnya masih fokus pada Hinata, mengabaikan Karin juga Ino yang baru saja ikut bergabung di meja. Ya, mereka sekarang sedang berada di kafetaria kampus. Keriuhan kafetaria yang penuh obrolan semangat para mahasiswa/i tak membantu perasaan Hinata membaik.

Karin juga Ino yang baru bergabung dan disambut wajah sedih Hinata hanya mampu menatap Sakura, meminta penjelasan. Tak biasanya Hinata menampilkan raut sedih yang amat kentara.

Mereka bertiga lebih memilih diam, mencoba menghargai Hinata yang mungkin belum mau bercerita.

15 menit berlangsung, mereka makan dalam diam. Waktu yang singkat sebenarnya, namun terasa lebih lama. Suasana canggung jelas terasa.

Ino yang sudah mulai tidak bisa berlama-lama dalam kecanggungan mulai membuka mulut, namun segera terkatup ketika Hinata mulai bersuara. "Sasuke-kun tadi menghubungiku." Dan semua atensi 3 orang berbeda warna rambut mengarah pada Hinata.

"Bukankah itu bagus?" Karin mengangkat alisnya, merasa heran karena yang ia tahu memang Sasuke sering menghubungi Hinata.
Mengingat mereka berdua telah berpacaran sejak 3 tahun yang lalu.

"Tidak untuk kali ini. Dia mengatakan bahwa aku tak boleh melihat hasil pemotretannya kali ini-" Hinata mengambil jeda. Ditariknya napas, mencoba mencari kesegaran udara musim semi.

"-tapi karena penasaran, aku mencoba melihat hasilnya lewat majalah elektronik." Lalu bibir penuh Hinata mencebik. Tak melanjutkan ucapannya dan lebih memilih menunjukkan halaman website lewat ponselnya.

Pekikan Ino dan Karin adalah hal pertama yang menjadi respon disusul Sakura yang merampas ponselnya. Yah, disana terpampang Sasuke dengan pose yang sangat dekat dengan partner kerjanya. Bisa dilihatnya wajah Sasuke yang hampir mencium leher Shion, si model wanita. Jangan lupakan tangannya yang melingkari tubuh Shion.

Duh, Hinata jadi ingin menangis kan. Iya sih, kemarin Sasuke sempat menelponnya. Ia mengatakan bahwa akan melakukan pemotretan karena dimintai tolong oleh Jugoo, teman lamanya yang merupakan seorang fotografer. Namun, Sasuke juga menjelaskan bahwa ia tak tahu menahu mengenai posenya. Ia juga masih ingat penolakan Sasuke tapi Jugoo sangat membutuhkan bantuan karena model pria yang sebenarnya tiba-tiba mengalami patah tulang tepat di hari H.

"Apa-apaan ini!" Sakura menatap nyalang. Hampir melemparkan ponsel digenggamannya sebelum dicegah Karin.

"Sudahlah, Hinata-chan. Kau percaya pada Sasuke bukan? Kau harus yakin jika ini adalah tuntutan pekerjaan. Bagaimana kalau kutraktir es cream kesukaanmu?" Ino mencoba menghibur. Dia mungkin tak tahu persis perasaan Hinata saat ini tapi yang pasti ia juga percaya pada Sasuke. Bisa diingatnya bagaimana usaha pria itu mendapatkan perhatian dan juga rasa cinta Hinata. Dulu, saat mereka masih bersekolah di Konoha High School, Sasuke merupakan idola sekolah. Sedangkan Hinata adalah murid yang tak cukup menonjol. Si anak populer yang suka pada anak yang biasa saja. Klise. Tapi itu benar adanya.

"Tid-"

"Aku mau!" dan detik selanjutnya, Karin menyentil dahi Sakura. Hei! Ino itu sedang menghibur Hinata. Kenapa pula Sakura yang bersemangat?

"Diamlah, forehead!"

"Pokoknya kau haru mau! Okay? Sekarang kita let's go!" tanpa ba bi bu, Ino dan Sakura menarik Hinata. Dibelakangnya Karin berjalan santai sembari menenteng binder milik si gadis indigo.

SASUHINA : OUR SONGWhere stories live. Discover now