"Arshaka."

Antariksa merasa kehilangan dunianya mendengar kata itu. Hidupnya seakan runtuh. Ia berakhir NT. Yola hanya menganggap semua perhatiannya itu sebagai seorang sahabat tidak lebih. Antariksa berusaha untuk tersenyum meski itu sakit, mendengar cewek yang kita cintai jatuh cinta dengan orang lain langsung dari mulutnya itu begitu menyakitkan. Ia seakan dipaksa untuk mundur dan berhenti memperjuangkan cintanya.

"Oh."

"Kok oh doang sih," Yola menatap Antariksa kesal.

"Terus gue harus apa, La? Gue nggak bisa bantu apa-apa."

"Lo bener, lagian gue sadar yang suka Arsha banyak. Apalagi akhir-akhir ini gue sering liat Kak Xena sama Kak Arsha. Kalau dibandingin sama gue, gue nggak ada apa-apanya?"

"Ngomong apa sih, La."

"Lo juga cantik kok, walaupun lo agak ceroboh tapi lo pinter unik dan juga selalu ceria walau banyak masalah, La. Nggak banyak cewek kayak lo."

'Dan itu alasan gue suka sama lo La.' Lanjut Antariksa dalam hati dengan pedih.

"Anta makasih ya." Setelah mengatakan itu Yola memeluk Antariksa dengan erat. Ia beruntung memiliki sahabat seperti Antariksa yang selalu ada untuknya. Ia memeluknya erat dibawah langit berbintang itu mendekapnya penuh kehangatan.

***

Tiga hari berlalu dengan cepat. Sekarang, Yola berada di dalam mobil Arsha. Cowok itu membawanya ke kantor penerbit. Lagi pula sekarang sudah hampir sore, kampus juga sudah sepi. Arsha menjemputnya menggunakan mobil sport dengan warna merah yang mencolok. Ia tidak percaya jika Arsha memiliki banyak mobil. Ia penasaran dengan koleksi mobil Arsha. Jujur ini begitu canggung, apalagi setelah konser itu Arsha seakan menghilang lalu tiba-tiba datang menjemputnya. Yola masih penasaran hubungan Arsha dengan Xena. Ada apa diantara mereka.

"Kak, kita mau ngapain ke kantor?"

"Perkenalan. Biar kamu tahu siapa saja karyawan saya."

Alis Yola bertaut. Apakah semua penulis juga begitu? Dikenalkan dengan semua karyawan penerbitan. Yola baru tahu mengenai hal ini. Ini pengalaman pertamanya menerbitkan buku. Jadi, ia tidak punya pengalaman sebelumnya.

"Memang, penulis harus kenal semua karyawan, Kak?" tanya Yola dengan ragu.

"Tentu saja. Karena sebentar lagi kamu akan menjadi...." Arsha terdiam sejenak dan tidak melanjutkan perkataanya.

"Jadi apa, Kak?" Yola penasaran dengan kalimat Arsha. Kenapa pria itu menggantungkan kalimatnya? ...

"Penulis. Biar kamu bisa lebih akrab dengan karyawan saya sehingga komunikasi lebih baik." Arsha mendesah, semoga saja Yola percaya dengan ucapannya.

Yola mengangguk dan tidak bertanya lagi. Ia menatap ke samping jendela, terlihat gedung-gedung pencakar langit nan tinggi, serta langit yang mulai mendung. Apa sebentar lagi akan hujan? Udara di dalam mobil juga begitu dingin. Awan di langit Jogja terlihat mendung.

Tetesan air langit tiba-tiba turun membasahi bumi. Yola menoleh, menatap rintikan air menetes di mobil Arsha. "Tunggu di sini sebentar," perintah Arsha setelah mobil berhenti di parkiran depan kantor penerbit.

Yola menuruti perkataan Arsha. Namun, anehnya Arsha malah membuka jaketnya, lalu menaruhnya di pangkuan Yola.

"Biar saya yang buka pintu." Arsha keluar dari mobil, membukakan pintu untuk Yola. Lalu, mengambil jaketnya yang berada di pangkuan Yola menutupi kepalanya.

"Ayo, kita masuk."

Arsha menyuruh Yola berdiri di dekatnya dan menutupi dengan jas pria itu. "Biar saya saja yang pegang." Arsha mencegah tangan Yola yang ingin membantu Arsha.

ARSHAKA - The Prince CharmingWhere stories live. Discover now