7). Here Comes Trouble

Start from the beginning
                                    

"Tuh kan. Lo aja nggak percaya, apalagi gue? Yaaa secara muka gue lebih berkelas dari—–oke, oke. Bukan itu yang terpenting sekarang, sori. Intinya, Clara ngaku ke gue kalo dia sukanya sama lo. Gimana dong? Si Yoana mau lo kemanain?"

"ASTAGA! Yoga, lo mainin dua cewek?" tanya Ferdian dengan nada yang naik satu oktaf sementara Luna tampak berusaha untuk meresapi semua yang didengarnya. "Gila ya lo, sekalinya move on langsung dua cewek!"

"Kenapa jadi bawa-bawa gue?" Yoga bertanya. Kentara sekali kalau dia emosi, tetapi karakternya yang lebih matang dari usianya membuatnya tetap tenang secara menakjubkan. "Lagian, gue nggak ada hubungan apa-apa sama Yoana."

"Trus yang semalam apa?" Tristan balas nyolot. "Virga lapor ke gue, lo sama Yoana mabok bareng."

Satu kalimat yang sarat akan tuduhan, ambigu, dan kontroversi tentu tidak akan dilewatkan oleh seisi penghuni kelas.

Yoga yakin, keinginannya untuk hidup dengan tenang hingga wisuda tidak akan mungkin dikabulkan oleh semesta.

"Apa perlu bahas di sini?" Yoga bermaksud untuk tidak membesar-besarkan masalah yang tidak penting, tetapi tindakannya justru menjadi bensin di atas bara api yang berkobar.

Sama seperti aksi heroik Yoga semalam, keputusannya malah menimbulkan asumsi lain.

Yoga menjadi serba salah.

Tristan berdeham, mencoba untuk mengendalikan dirinya sendiri akan fakta yang tidak pernah dia prediksikan itu. "Intinya, di antara Yoana sama Clara, lo pilih siapa?"

"Gue aja nggak ada hubungan sama Yoana, kenapa lo bawa Clara?" tanya Yoga, menatap Tristan di hadapannya seakan dia yang terkena efek mabuk semalam. "Gue rasa pertanyaannya cocok buat lo."

"Tapi Clara sukanya sama lo." Tristan masih saja nyolot, bersikap seolah-olah Yoga menggantung dua cewek selayaknya seorang pro player.

"Ini ada apa, sih?" Ferdian tahu-tahu ikut nimbrung, kentara sekali keponya. Ditilik dari karakternya, bisa jadi dia tergoda untuk mencari celah supaya bisa menyerang mental Yoga.

Lumayan nih, sebagai simulasi penambah semangat pagi-pagi sebelum berkutat dengan jurnal keuangan.

"Oke, gue cerita. Sekalian minta pendapat lo juga, kali-kali lo bisa ngasih saran selaku senior yang udah punya pengalaman pacaran," kata Tristan sebelum duduk di bangku terdekat, disusul Ferdian. Luna awalnya ragu, tetapi pada akhirnya dia ikut mendekat dan mendengar dalam diam.

Posisi duduk mereka tidak jauh dari pintu kelas dan berdekatan dengan jendela yang terhubung langsung ke koridor. Mereka semua tidak sadar kalau ternyata sudah ada seseorang yang menguping mereka sejak tadi dari balik jendela.

Ternyata, jumlahnya menjadi dua karena Yoana menyusul kakaknya—–Clara.

Clara sebenarnya mencari Tristan dan dia berakhir di kelas Yoga setelah mendengar keberadaannya di sini. Kemudian tidak lama, Yoana menyusul.

Penampilan Yoana agak berbeda hari ini. Sebenarnya mungkin sama, hanya saja kacamata hitam yang dipakainya memberi kesan mewah seolah-olah dia adalah selebritis nyasar yang mampir ke kampus.

Benar saja, banyak tatapan tertuju padanya sekarang. Penampilannya jelas jauh berbeda dari Clara yang tampak kasual dengan kaus polosnya dan celana jeans, dilengkapi sneakers-nya seperti biasa.

Clara tahu kalau di balik kacamata kece itu, ada sepasang mata yang bengkak berkat pelampiasan emosi semalam. Lantas, ini jugalah yang menjadi pemicunya untuk menemui Tristan.

"Bukannya kamu ada kelas?" tanya Clara.

"Gue tau lo mau nemuin Tristan buat ngelabrak dia, kan? Gue nyusul lo karena mau ngehalangin rencana lo." Yoana berujar datar. "Kakak bersikap kayak biasa aja, nggak usah ikut campur."

Cross Over You • PHILIA [END]Where stories live. Discover now