7). Here Comes Trouble

76 24 51
                                    

Heart is throbbing
You come towards me
-Y.Z.

*****

"Kenapa muka lo sepet gitu?" tanya Ferdian pada Yoga yang baru saja masuk kelas. Sebenarnya bukan sengaja sih berhubung dia tidak pernah memberikan perhatian khusus, bahkan lebih seringnya dia menganggap Yoga bagian dari benda mati di sekelilingnya. Hanya saja melihat wajah pucat Yoga yang sangat berbeda dari biasanya, mau tidak mau membangunkan jiwa kekepoannya.

"Mabuk semalam gegara ngelindungin Yoana." Alih-alih Yoga, salah satu teman kos Yoga menyeletuk sambil lalu.

"Bener. Jadi ksatria baja hitam buat Yoana," timpal yang lain, mengabaikan pelototan penuh peringatan dari Yoga.

Namanya juga satu kos, pasti ada beberapa yang satu jurusan dan setingkat dengan Yoga. Lagi pula jangankan yang selevel, mahasiswa yang lebih tinggi tingkatannya saja bisa ikut nimbrung kalau ada hal yang berkaitan dengan Yoga.

"Cewek yang di kafetaria waktu itu ya, Ga? Serius?" Luna bertanya.

"Udah makin aktif aja, ya." Ferdian meledek, sukses melengkapi kekesalan Yoga. "Bagus deh, jadi lo bisa jauh-jauh dari Luna-nya gue."

"Yan." Luna menegur setelah mengalihkan atensinya pada sang pacar. "Perlu gue ingetkan sejak lo pindah ke Trisakti, Yoga udah lama nggak berinteraksi berdua sama gue."

"Bagus."

"Lah trus, yang tadi tuh apa?" tanya Luna tidak terima. "Kesannya kayak gue ngelakuin something affair, padahal aslinya nggak gitu."

"Pokoknya, gue nggak akan tenang sebelum Yoga dapet pacar baru, titik. No debate!" Ferdian berujar lugas. "Bocah satu itu nggak pernah tau aja gimana rasanya jadi gue setiap lihat interaksi kalian."

"Emang gimana rasanya?" Alih-alih Luna, malah Yoga yang bertanya karena tiba-tiba saja merasa kepo, tetapi ekspresinya berubah menjadi datar ketika mendengar alasan Ferdian.

"Pernah nggak, lo lagi asik-asik trus ada lalat nging-nging-nging-nging? Nah, lo kayak gitu setiap kali di deket gue, terutama kalo lagi sama Luna."

"Astaga, Iyaaan...." Luna menggeleng-gelengkan kepalanya sementara Yoga memilih untuk menapaki tangga kecil menuju salah satu bangku. Desainnya estetik, mirip tribun penonton di bioskop yang semakin ke belakang semakin tinggi. Satu-satunya yang menjadi pembeda adalah, bangku di kelas sudah sepaket dengan meja di depannya masing-masing.

Berdebat dengan Ferdian bukanlah prioritas utama Yoga sekarang, apalagi efek mabuk semalam benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman.

Namun sayangnya, seakan ingin menambah penderitaan Yoga dengan cara lain, kehadiran Tristan yang tidak diharapkan untuk muncul harus menguji kesabarannya.

"Ga, kita harus ngomong. Ini penting lebih dari kata penting." Ekspresi Tristan serius, meski efeknya malah menghadiahkan semacam firasat buruk pada Yoga.

Entahlah, Yoga merasa jalan hidupnya sudah berpindah haluan sejak keterlibatan dirinya di kafetaria setengah bulan yang lalu. Sama seperti posisinya yang menyalip di antara Tristan dan Yoana, sepertinya ada benang tak tampak yang menghubungkan ketiganya.

Atau mungkin lebih dari itu.

Benar saja, Yoga kaget sekaget-kagetnya mendengar pernyataan Tristan.

"Gue udah tau siapa yang Clara suka. Lo orangnya, Ga."

"HAH?" Yoga juga mangap semangap-mangapnya.

Cross Over You • PHILIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang