Apa mereka sepatuh itu?

Sepertinya aku terlalu kejam kepada mereka, padahal aku tidak tahu apa yang mereka alami tapi berbicara seolah-olah aku tahu dan merendahkan mereka.

"Maafkan aku karena terbawa emosi dan berbicara tidak sopan kepada kalian padahal aku tidak tahu apa yang kalian alami." Aku menatap satu-satu orang yang tertunduk itu.

Mereka perlahan mengangkat wajah mereka dengan ragu.

"Tidak nona, tidak apa-apa kami sudah terbiasa."

Benarkah? malangnya~

"Jika nona ingin membuang kami, kami akan menerimanya dengan lapang dada." Ucap Erroll yang seperti ingin menangis.

Sepertinya aku memang keterlaluan.

"Baiklah mari kita diskusikan ini." Aku memberi kode karena aku lelah berdiri terus.

Caesar memimpin jalan ke tempat yang katanya adalah ruang rapat.

"Ayo."

Mereka mengikuti instruksiku tanpa mengatakan apapun.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? jika aku membuang mereka, aku takut mereka menjadi pemberontak dan lagi aku tidak yakin bisa merekrut karyawan baru karena seperti keterbatasan biaya.

Haruskah aku merekrut mereka tanpa bayaran?

Ruang rapat ini sepertinya sering di gunakan dan terawat sangat baik padahal yang aku lihat sepanjang perjalanan tidak menemukan satupun pelayan yang bekerja di kastil ini, itu artinya dua belas selir pria dan tiga selir wanita itu yang mengerjakannya.

"Carel, dimana tiga selir wanita yang kau sebutkan itu? Dan lagi sepertinya hanya ada sebelas orang pria disini, mana yang satunya?" Aku bertanya kepada Carel yang tengah duduk di bangku sebelahku.

"Mereka sedang pulang ke rumah mereka masing-masing nona dan untuk pria yang satunya dia kabur entah kemana."

Aku mengangguk mengerti.

"Baiklah, aku sudah memutuskan nasib kalian semua," mereka semua menatapku yang duduk di tempat paling berbeda dengan mereka.

Seperti tempat seorang pemimpin.

"Aku putuskan nasib kalian akan ditentukan oleh kalian sendiri." Ucapku yang tidak sadar tersenyum kecil.

Mereka tampak tidak mengerti tapi tidak berani untuk bertanya.

"Kalian boleh tinggal bersamaku di kastil ini asalkan kalian bekerja dibawah pimpinanku," aku menjelaskan.

"Kalian akan di beri gaji setiap bulannya, makan dan tempat tinggal dengan status seorang bawahan bukan seorang selir ataupun budak." Aku mengakhiri ucapanku sambil menatap mereka yang sedang memutuskan.

Setidaknya aku butuh satu orang dari mereka untuk menjadi seorang pemandu dan guruku di tempat ini.

"Saya akan bekerja untuk nona." Ucap Carel dengan penuh tekad.

Akulah Sang Perdana MenteriWhere stories live. Discover now