PERTEMUAN DIRENCANAKAN TUHAN

Mulai dari awal
                                    

“Ucapan yang mana yah?” tanya Mia menggaruk kepalanya sambil mikir.

“Maaf ya guys, ini semua gara-gara gue harusnya gue sendiri yang kena hukuman,” ucap Renjana menunduk menyesal.

“Ah, bukan kamu yang salah, aku yang punya ide ini semua, kitakan satu kelompok,” kata Refizky menenangkan Renjana sambil menebar senyumannya.

“Eh, harusnya bersyukur kita bisa ditempat teduh kek gini, iya sih ada bau-bau yang tidak sedap. Tapi liat deh masih mending kita gak panas-panasan seperti mereka, dijemur kek ikan asin noh, bisa-bisa kulit putih aku luntur,” tunjuk Ramadhan sambil mengelus kulit tangannya.

Mereka bersamaan melihat ke arah lapangan. Tapi tidak dengan Mia yang malah terfokus terhadap Ramadhan.
“Kamu benar juga, tapi ada sedikit kejanggalan dibagian kulit putih itu, mana kulit putihnya?” Mia kembali mengulang perkataan Ramadhan sambil mengecek tangan laki-laki itu.
Mengundang gelak tawa mereka.
Memang betul diantara mereka berempat hanya Ramadhan yang memiliki kulit yang berbeda, tepatnya hitam-hitam manis. Sedangkan Mia memiliki kulit kuning langsat, kecuali Renjana dan Rafizky yang memang memiliki keturunan kulit pulih bersih seperti orang China saja.

Sudah tiga jam waktu berlalau, tiba saatnya Rasyid mengecek mereka apakah mereka melakukannya dengan baik atau hanya main-main saja agar terhindar dalam kegiatan MOS.

“Gimana apakah semuanya sudah beres?”

“Sudah hampir siap Kak,” jawab Ramadhan.

“Oke, Eh kamu ngapai di sana?” tunjuk Rasyid terhadap Renjana.
“Ini Kak kain pelnya tersangkut di pintu,” Renjana berusaha melepaskan dengan cara menariknya.

Rasyid langsung menghampiri Renjana dan berusaha membantunya. Mereka sama-sama mencoba menariknya tangan Renjana yang di himpit oleh tangan Rasyid tanpa sengaja. Mereka tidak menyadari akan hal itu sampai seketika kain pel itu terlepas dan Renjana terpeleset dengan sigap ditanggap oleh Rasyid. Kedaan seolah hening, teman-temannya juga tak berkutit kecuali Rafizky yang tidak mau berdiam diri saja melihat keromantisan itu terjadi lama di depannya.

“Renjana,”

Rafizky langsung mengambil ahli tempat kakak seniornya itu. Hingga membuat Rasyid dengan terpaksa melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu. Membuat Renjana jatuh ke lantai menghantam pantat terlebih dahulu untungnya tidak tempat basah.

“Aduh kasihan lantainya,” kata Ramadhan berusaha memecahkan suasana.

“Kak gak kenapa-kenapa ‘kan?” tanya Mia khawatir terhadap Rasyid.

“Aduh... yang jatuh gue, yang ditanya dia,” rengek Renjana kesakitan sambil mengelus pantatnya.

“Oh iya, aku khilaf,” Mia jawab dengan polosnya.

Tanpa sepatah katapun Rasyid langsung meninggalkan mereka. Laki-laki itu hemat sekali bicara, ramah, tidak bersikap dingin-dingin amat, suka membantu, perkatanya pun sangat lembut tetapi sedikit aneh.
Rafizky langsung membantu Renjana untuk berdiri membawanya keluar dari tempat sempit itu disusuli oleh Mia dan Ramadhan.

***

Terik matahari siang makin menganas, tampaknya bakalan luntur betulan warna kulit Ramadhan. Bukan, bukan kulit laki-laki itu tetapi kulit dua R siapa lagi kalau bukan Renjana dan Rafizky. Coba saja ketua OSISI-nya tidak menghampiri mereka, pasti masih sempat untuk beristirahat sebentar menghela nafas agar lelah hilang walaupun sedikit. Setidaknya bisa waktu untuk minum seteguk.
Gadis itu menyipitkan matanya sebab cahaya matahari yang menusuk. Dari pengeras suara berbentuk trompet itu menjelaskan akan di adakan suatu perlombaan antar kelompok, sambil mendengar arahan dari kakak-kakak OSIS Renjana sudah mengeluh kehausan. Ia tidak bisa keluar dari barisan hanya untuk izin beristirahat sebantar untuk minum sebab waktunya tidak ada lagi. Tadi saat waktu istirahat Renjana bukan memanfaatkan waktu dengan baik malah asik bercerita dengan Mia.
Wanita kalau sudah bergosip lupa waktu.

Rela Atas KepergianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang