d u a b e l a s

106 20 0
                                    

--

Taehwa duduk termagu dengan pipi yang merah dan basah. Ia baru saja dibuat menangis sesegukan dengan jilid-an buku yang ternyata dibuat sendiri oleh Kak Juyeon.

Kata-katanya mungkin 'tak seindah novel novel di luar sana, namun oleh sang penulis 'tak sekalipun momen indah keduanya terlewatkan. Mulai dari awal pertemuan Taehwa dan Juyeon hingga akhir ucap hubungan keduanya. Juyeon tidak lupa menuliskan itu semua.

Sekali lagi, momen-momen indah itu mengalir pada memori sang gadis. Ingatan yang sangat ingin ia hapus, entah kenapa menjadi terasa begitu berharga sekarang. Taehwa tidak ingin lepas dari ingatan itu-- sungguh.

Kini Taehwa tahu alasan Juyeon untuk pergi melanjutkan pendidikan di Jerman.

Di dalam buku bersampul merah itu disebutkan jikalau sang lelaki jatuh cinta dengan dunia kepenulisan. Ia ingin menulis dan hanya itu satu satunya tujuan dia ke Jerman. Namun apadaya kedua orangtua Juyeon 'tak pernah setuju akan impiannya. Oleh karena itu, masa depannya pun turut terkena imbas.

Sekarang Juyeon hanya bisa berpasrah. Mengemban beban di dalam sekolah medis sesuai dengan keinginan sang ibunda. Juyeon ingin pulang, ia tidak ingin berada di Jerman seorang diri. Terlebih lagi tanpa seorang Taehwa dan tanpa cita-cita semasa kecilnya.

"Tenang aja, aku akan selalu berjuang untuk hal-hal yang aku cintai. Termasuk kamu."

Dan kini Taehwa berharap sang lelaki benar benar menjaga ucapannya. Taehwa harap Juyeon 'tak akan melepas bakat menulis-nya.

Secarik kertas cokelat seketika menarik perhatian Taehwa. Dengan perlahan, ia ambil benda tersebut. Amplop tua yang nampak 'tak kusam dimakan waktu.

Gadis itu membaca surat tersebut dalam hati dan pada detik itu juga ia terenyuh kembali.

Salam hangat teruntuk Taehwa-ku,

Hai, bagaimana kabarmu?
Apakah kamu masih mengembara; mengelana mencari arti cerita kita?
Tak perlu dicari, jawabannya akan ada disini. Percayalah.
Aku rindu dirimu, ketahuilah itu; hanya itu.

Bila setelah ini kamu semakin bertanya-tanya apa cita-citaku, maka aku 'tak akan menjawab "menjadi penulis" seperti yang kutuliskan di buku atau bahkan "menjadi seorang dokter" seperti apa yang selalu mamaku harapkan dari sosokku.

Kini aku akan menjawab bahwa cita-citaku ialah berbahagia dengan Kim Taehwa-- dan hanya Kim Taehwa seorang. Bisa membangun rumah tangga berdua denganmu diiringi oleh tawa malaikat malaikat kecil yang akan dianugerahkan kepada kita berdua nantinya. Namun kini, rasanya hal tersebut mustahil dengan adanya jarak ratusan kilometer diatara kita.

Maka biarlah aku mengubah cita-citaku yang ingin "berbahagia bersamamu" menjadi ingin dan akan "membahagiakanmu." Karena sekalipun kalimat kalimat gombal dan perbuatan manis ini 'tak bisa menaruh status pada hatimu, biarlah tulisanku yang melekat daripadamu. Biarlah paragraf paragraf ini hinggap dan tertulis bagaikan prasasti bersejarah di dalam ingatanmu. Sehingga engkau akan tahu selalu kalau suatu saat nanti, aku akan berpulang ke dalam pelukanmu.
Karena tatkala fajar tengah bersinar dan senja kembali ke peranakannya, aku berjanji kita akan kembali bertemu.

-dari titipan hati seorang Lee Juyeon

--

Throwback | Lee Juyeon [✓]Where stories live. Discover now