l i m a

134 25 4
                                    

--

Udah dibaca bukunya?


Satu pesan tertulis masuk ke dalam kotak pesan Taehwa. Menciptakan getaran di tengah keheningan suasana.

Langit jingga bercampurkan warna kuning-kemerahan membentang begitu indah di luar sana. Nampak sang surya tengah berbalik menuju singgasananya. Namun entah mengapa, Taehwa malah lebih memilih untuk menghabiskan waktunya berkutik dengan buku fisika di hadapannya.

Ujian akhir memang sudah dekat dan kini sang gadis tengah belajar mati-matian untuk menghafal Hukum Gravitasi Newton beserta teori-teori Impuls & Momentum. Jujur, otaknya serasa ingin pecah.

Saking sibuknya, pesan singkat dari lelaki bernama Juyeon itu 'tak turut ia gubris.

Beberapa jam telah berlalu dan kini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Waktunya perpustakaan kota untuk tutup.

Taehwa merapikan laptop kemudian melirik handphone-nya yang sedaritadi bergetar tak keruan. Yup, sang gadis sengaja menyetel mode getaran agar tidak menimbulkan kebisingan selama berada di tempat umum (yang mengutamakan ketenangan itu).

24 pesan masuk dan 5 panggilan tidak terjawab dari kak Juyeon.


"Lagi ada hal penting kah?" Batin Taehwa menerka-nerka.

Tidak biasa bagi sang lelaki yang lebih tua untuk bahkan menelepon sang gadis apabila tidak berkenaan dengan hal hal yang urgent. Malahan, kali ini diikuti dengan spam chat yang begitu banyak-- membuat ruang pesan sang gadis penuh.

Baru saja ia ingin membaca pesan masuk dari Juyeon, dirinya sudah terlebih dahulu ditegur oleh penjaga perpustakaan.

"Permisi kak, perpustakaan sudah harus ditutup sekarang. Mohon maaf kalau mengganggu, tapi kalau bisa, lebih dipercepat kak merapikan barang-barang nya," tukas baik seorang gadis berkacamata bulat. Dapat Taehwa baca dengan jelas namanya Junghwa.

"Oh iya... Maaf ya saya lambat," jawab Taehwa yang merasa tidak enak.

Gadis bernama Junghwa itu nampak lebih muda darinya, dan raut wajah lelah turut terpampang jelas-- membuat Taehwa semakin merasa tidak enak padanya.

"Iya gapapa, saya cuma mau mengingatkan saja. Kalau begitu saya pamit dulu," ujar Junghwa sebelum undur diri.

--


Setelah selesai mandi dan melakukan rutinitas skin care biasa, Taehwa mendesah hebat lantaran dirinya yang lelah batin dan mental.

Berkutik melawan ujian dan lembaran lembaran kertas memang sudah menjadi keharusan untuk siswa sebayanya. Melelahkan memang, namun Taehwa selalu bertekatkan kuat untuk memberikan yang terbaik agar bisa membanggakan kedua orangtuanya kelak.

Baru saja ia merebahkan diri di atas kasur dan memejamkan mata, gadis itu tiba tiba teringat dengan pesan pesan yang dikirimkan oleh kakak kelasnya, kak Juyeon.

Dengan cepat Taehwa segera menyambar handphone yang tergeletak diam di atas nakas.

Udah dibaca bukunya?
Kamu lagi sibuk?
Kok pesan dari aku gak dibaca?
Kamu gapapa kan?
Lagi sibuk uas?
Hwa? Kamu gapapa kan?

Kira-kira seperti itulah pesan pesan yang dikirim oleh Juyeon.

Jujur, gadis itu merasa bahagia mendapat pesan berisikan rasa khawatir dari sang lelaki, namun rasa benci turut terbesit di dadanya. Kata kata manis dan perbuatan hangat Kak Juyeon semakin membuatnya jatuh hati-- dan ia benci kenyataan itu. Padahal ia sadar, bahwasanya lelaki itu sudah memiliki gadis lain di pelukannya.

Taehwa bukannya ingin mematahkan hubungan persahabatannya bersama Kak Juyeon, hanya saja, ia tidak ingin terus-terusan berharap semu seperti ini.

Gadis itupun akhirnya memutuskan untuk menciptakan segelintir jarak diantara keduanya.

"Toh ini memang yang terbaik untuk kita berdua," pikirnya.




Kak Juyeon


Kamu kenapa gak angkat telepon aku?
10.35

Kak, gak usah sok peduli kayak gini. Aku gak suka.
Maaf, tapi rasanya aku gak
bisa deket lagi sama kakak.
Read


--

Throwback | Lee Juyeon [✓]Where stories live. Discover now