18 || Rokok Pele

Mulai dari awal
                                    

Diingatkan kembali Bara jadi terkekeh geli. Pikirannya pun kembali mengawang memutar kembali memori setahun lalu itu.

Tapi tidak jadi, karena suara keras Zevan lebih dulu mengintrupsikannya membuat Bara kembali.

"Eh tapi ya Bar. Menurut Lo gak apa-apa, biarin adik Lo gantiin posisi Iky?"  Tanya Zevan tiba-tiba.

Bara tidak langsung menjawab ia malahan bangkit dari kursi dan berjalan mendekat ke arah jendela besar yang ada di ruang itu. Membukanya lebar-lebar.

Bara tersenyum senang, begitu dia merasakan sepoi-sepoi angin sejuk menerpanya, membuat rambut lurusnya juga ikut berterbangan.

Setelah itu Bara pun menengok ke arah Zevan dan tersenyum lebar.

"Santaii. Tara dan gue berbagi ikatan yang sama. Jadi gue yakin tuh anak bisa dipercaya"

*****

"Lingga" Panggil Pele yang baru melepaskan helmnya.

"Iya kak" Jawab Lingga yang sudah turun dari motor sedang menungguinya. Pele mengambil jeda sebentar menatap kosong pandangan di depannya sebelum akhirnya kembali lagi menatap Lingga dengan serius.

"Berhenti cari Iky. Karena semua usaha Lo buat nyari Iky itu percuma dia ada di tempat yang gak bisa Lo jangkau"

Lingga terhenyak mendengar itu. "Maksud kakak gimana?!"

"Iky gak bisa Lo jangkau, Lingga"

Lingga langsung mundur, mendadak kepalanya pusing dan tubuhnya melemas. Pele yang melihat itu langsung loncat dari motor, memegang tangan Lingga sebelum anak itu goyah dan terjatuh.

"Lingga. Lo oke?"  Tanya Pele memastikan.

"Gila panas banget Lingga. Lo demam" Pekik Pele begitu menaruh tangannya di dahi Lingga. Tanpa banyak bicara lagi Pele langsung menarik Lingga dan menaruhnya di punggung.

"Gue bawa Lo ke UKS"

*****

"Capek banget sial. Encok lama-lama gue lari  lima putaran tiap hari mana luas lapangan gak wajar lagi"

"Heleh ngeluh Mulu Lo kek betina"

"Dih suka-suka gue. Dong Lo jug- ANJING "

"Kenapa Lo- ASTAGHFIRULLAH"

Kedua siswa itu langsung kaget begitu pun murid-murid lainnya yang berada dibelakangnya yang baru masuk ke dalam kelas. Para murid pria langsung mematung tidak bisa berkata-kata lagi sedangkan para murid perempuannya mendadak lemas ditempat.

Dan juga dua siswi yang baru masuk langsung terkejut . Bahkan siswi disampingnya menjatuhkan HP-nya saking kagetnya.

"KAK ARDYY!"

Teriak histeris siswi yang menjatuhkan hp itu yang tak lama kehilangan kesadaran di tempat. Beruntung teman di sebelahnya dengan sigap langsung kembali tersadar dan mencegah temannya itu terjatuh ke lantai.

Dari teriakan itu orang-orang langsung tersadar kembali dan panik seketika, kemudian berlarian keluar. Beberapa ada yang tetap tinggal mencoba membantu siswi yang pingsan itu. Satu murid dari pertama yang menemukan lantas pergi melapor ke guru. Dan yang lainnya dari luar menatap dengan tak percaya  dengan apa yang mereka temukan di kelasnya.

Begitu mereka melihat secara langsung seorang siswa yangtak sadarkan diri dengan muka yang penuh lebam, dan berdarah di sudut bibir, seragamnya juga tampak kotor seperti habis diinjak-injak.

Kemudian siswa itu diikat pada kursi yang dihadapkan langsung ke arah pintu masuk. Dan dilantai sekitarnya terdapat cairan merah menyala berceceran yang rupanya adalah sebuah cat karena baunya yang begitu menyengat.

Yang juga cairan cat merah itu tampak ikut serta menghiasi papan tulis yang terdapat tulisan. Diam Karena Kami Mengawasi . Yang ditulis dengan spidol permanen, dengan ukuran sangat besar sampai menghabisi papan tulis itu.

*****

Lingga mengerjapkan matanya, berusaha bangun.

"Gak usah bangun. Tidur lagi ,bentar lagi bel pulang"

Lingga yang mendengar itu seketika saja melihat ke arah samping dan menemukan Tara disana tengah duduk dengan wajah yang tertekuk di sampingnya sambil bersilang tangan.

"Kak Perdi dimana?" Tanya lingga mengabaikan mood Tara yang selalu jelek saat berada di sekitarnya.

Tara berdecak menatap kesal ke arah Lingga tadinya ia tidak berniat menjawab tapi melihat wajah kuyu Lingga Tara pun mendengus sebelum akhirnya benar-benar menjawab. "Pele lagi ada urusan. Lo pulang sama Bara ntar tuh anak kemari pas bel. Makanya Lo tidur lagi!" Paksa Tara yang meskipun begitu tangannya bergerak menyelimuti Lingga dengan benar dan kembali lagi duduk.

Lingga menurut tidak ingin membuat Tara menjadi lebih marah. Tapi sebelum memejamkan matanya. Lingga bertanya lagi kepada Tara yang kali ini tidak ada decakan maupun dengusan dari kakaknya itu.

"Menurut kakak. Kak Iky masih bisa dijangkau, enggak?"

"Gak tau. Gue belum dikasih tau lebih jelas sama si Pele, tapi tuh anak udah tau. Jadi tunggu ajah"

Lingga ingin menyakini ucapan Tara yang memintanya untuk menunggu. Meski dia sendiri sudah tau dan Pele sendiri memintanya untuk berhenti.













Btw Mo Pamer anak baru
.
.
.
.

Nyari tur kehidupan?, Tenang Jingga dan kawan-kawan akan jadi tur guide baik buat kamu mengenal mereka yang berselimutkan duka dan bermahkotakan kesedihan, dengan singgasana ketegaran sebagai puncaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nyari tur kehidupan?, Tenang Jingga dan kawan-kawan akan jadi tur guide baik buat kamu mengenal mereka yang berselimutkan duka dan bermahkotakan kesedihan, dengan singgasana ketegaran sebagai puncaknya.

Karena hidup bukan hanya tentang bagaimana caranya bisa bahagia.

Tapi,

Hidup juga tentang bagaimana caranya tegar dan bersyukur atas setiap kejadian.

Jadi ayo! pilih tur guidmu dan rasakan lonjakan emosional yang ada.

Jingga dan kawan-kawan menantimu 👀

Rumah Untuk Lingga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang