SISTA 9 ㅡ Ditelpon Sama Mama

1K 183 117
                                    

Rin..

..tunggu sebentar..

Pria yang baru saja turun dari moge itu belum bisa menghentikan Arianne dengan panggilan suara langsung. Hubungan mereka sedang dilanda pertengkaran dingin semenjak restu tak kunjung turun dari Domas. Ditambah, kemarin Arianne memergoki pacarnya itu makan siang dengan perempuan lain. Padahal sebelumnya, saat Arianne janjian makan siang, 'Besok aja, ya, Sayang. Kantor Papa aku lagi masalah' begitu dalihnya.

"Namanya Jeselyn. Kami teman SMP, memang dekat. Memang makan bareng. Tapi, kebetulan."

Sontak Arianne membelalakan mata. Kebetulan yang manis kalau begitu pikirnya. "Kamu, capek? Berhubungan seperti ini?"

"Rin... kita udah lama pacaran."

"Ya, itu. hubungan kita gak baru lagi. Aku jadi maklum dengan semua. Jenuh, bosan."

Kedua tangan Arianne digenggam olehnya. Meyakinkan, bahwa semua akan baik-baik saja dengan kebersamaan mereka tua, sampai ajal menjemput.

Seratus persen tidak untuk Arianne sendiri. Ia merasa semua mendekati kata halusinasi.

Sebelum meninggalkan sang kekasih. Dengan mulut tertutup masker dia menatap wajah kekasihnya dengan gemetaran di bibir. Meski hanya nampak mata saja, kekasihnya ini juga tersiksa batin dengan restu Papa Arianne. "Misal, hubungan ini nggak tuntas seperti angan-angan manis kita berdua. Jangan sedih, ya? Kamu lelaki baik. Pasti banyak disukai perempuan." Kata Arianne dengan serak di tenggorokan.

Ia kemudian pergi masuk ke tempat kerjanya dengan mengusap setetes air mata yang berhasil luruh dari wanita berparas dingin ini.

Rin.. tapi aku cuma mau kamu.

°°°

"Assalammualaikum Arin."

Sibuk dengan tugas dari atasan. Hingga baru 2 menit kemudian membuka suara. "Kenapa?"

"Salam." Tegur teman kantor sekaligus tetangga sekomplek dengannya.

Hembusan napas Arianne diikuti putaran bola mata jengah melengkapi balasan salam yang diminta. Salah satu tetangganya memang seperti ditakdirkan bersama dengannya. Sejak SD sampai naik ke jenjang SMA selalu satu sekolahan. Dengan total 9 kali menjadi teman satu kelas.

"Ini rendang. Ibu sengaja nitip bekal buat kamu, Rin." Berbicara sambil menyodorkan kotak bekal warna marun.

"Gak dulu, diet." Fokus Arianne masih pada layar komputer. Setiap bobotnya naik sedikit, sang kekasih selalu tahu dan menyindir halus supaya dia menjaga berat badannya.

Sayang, kamu yang giat olahraga supaya lebih sehat, gitu.

Cewek itu gak cantik, cantikan kamu. Cuma dia lebih kecil, ya?

Pacar temen aku kemarin ikut ke gym. Kamu mau ikut gak, Sayang?

Begitulah berbagai sindiran dari pacar Arianne. Terkadang, rasanya risih. Namun, positifnya dia lebih sehat dalam mengonsumsi sesuatu.

"Allah menciptakan manusia bukan untuk menyiksa, Rin." Bantah tetangga Arianne itu.

Menyiksa? Arianne justru merawat tubuh dengan baik. Jika kelebihan berat badan lalu sampai amit-amit obesitas begitu, siapa yang susah? Apalagi itu rendang dengan banyaknya penjahat penimbun lemak.

"Ridho. Bisa keluar?" Arianne bangkit dari kursi kerjanya.

"Bisa, gampang. Yang susah supaya kamu makan. Ibu kemarin lihat kamu kecapekan pulang kerja,. Dulu, waktu kecil kamu suka masakan rendang Ibu. Sampai Tante Jeseeca cemburu, anaknya lebih suka masakan temen arisan ternyata."

"Makan, ya, Rin? Ibuku khawatir. Lagipula, laki-laki tidak menilai semua perempuan atas dasar bentuk tubuh. Pacarmu juga, kan, Rin? Kalau sampe iya, bilang aja disuruh Ridho."

Entahlah, Arianne tidak bisa menjawab. Sampai Ridho keluar dari ruangan kerjanya pun, dirinya masih terdiam mematung. Menatap menu rendang buatan Ibu Ridho yang menggugah selera makan Arianne.

Layar ponsel pintarnya menyala, menampilkan profil Mamanya. Mungkin rindu? Tidak biasa menelpon sebelum Arianne pulang kerja.

"Halo, Ma?"

°°°

Setiap Cici dan Mbaknya keluar. Apalagi kerja! Dalam masa pandemi, Jean selalu susah hidup berdua dengan adiknya begini. Bayangkan bagaimana jiwa 'santuy' Cheril keturunan Domas dan Jeseeca ini melakukan pembelajaran daring dengan bersandar pada punggung Jean yang masih berkomunikasi dengan editor konten videonya.

Katanya takut suara Jean tertimbun sewaktu-waktu dengan gurunya, tapi Cheril sendiri yang menempel pada Jean selalu. "Kak, Dedek nanti malam ulang tahun."

"Oh." Singkat Jean. Padahal dia sudah hapal ulang tahun setiap keluarganya. Termasuk adik paling menyebalkannya itu!

"Dedek minta sepatu."

"Minta siapa?" Tanya Jean yang masih sibuk memperhatikan editornya menjelaskan bagaimana konsep projek Jean selanjutnya. Seperti tidak peduli dengan ocehan adiknya saja.

"Uler tangga! Ya, Kak Jean, lah!" Seru Cheril dengan nada ketus!

Asal minta, kebiasaan! Tapi, memang Jean yang paling sering memberi kado sesuai kemauan Cheril. Siapapun juga suka. Pada dasarnya, Cheril suka menerima hadiah di hari ulang tahunnya. Itu seperti, Cheril disayang banyak orang.

Dan sangat kebetulan. Jean juga memesan sepatu melalui koneksi teman Mamanya.

"Kakak! Mama telpon! Kakak aja yang jawab!" Dengan gembar-gembor Cheril menyodorkan ponselnya kepada Jean sangat dekat sekali dengan wajahnya. Mata Jean menatap jengah kelakuan adiknya, seharusnya yang menjawab itu pemiliknya sendiri bukan?

"Ih, Adek tau. Pasti gara-gara telpon Papa nggak Adek terima, Papa pake hape Mama. Adek masih marah! Papa belum pulang."

Ada-ada saja kelakuan Cheril. Satu usapan Jean untuk menjawab ponsel berdering itu. "Iya, Ma?"

"Jean.. kebetulan kamu yang jawab. Mama hubungi, gagal terus."

Benar, ponsel Jean sejak pagi belum dibuka dan dalam keadaan dimatikan.

"Hari ini, akhirnya kami pulang... Kakak sama Adek yang sabar, ya? Allah lebih sayang Papa."

Tunggu? Bagaimana maksud perkataan Mamanya itu? Jean belum siap mendengar kabar jika itu hal yang mampu mengguncangkan hatinya.

"Ma?"

Sontak seluruh pandangan Jean mengabur akibat linangan air mata. Kala mendengar kabar yang terlalu tiba-tiba bagi siapa saja. "Papa.. Papa meninggal, Kak."

▪︎
▪︎
▪︎

To be continued 🎫

"Gimana? Pulang😮?"

Jangan lupa dukungan kalian 🌼 Readers-nim.
Add to reading list 🧺 and your library 🛒
Comment 🧩 so much
FollowㅡEgyGom : kangseulgissi

Thanks for reading 🎠 dan maaf masih banyak kesalahan penulisan 🗑

See you

SISTA | Red VelvetOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz