Tertangkap Basah (B)

18K 2.3K 599
                                    

"Kamu harus belajar kendarai motor," usul Tria saat sarapan di Minggu pagi ini, "jalan kaki pulang pergi ke tempat kursus lumayan jauh lho."

Gadis menyuapi Adiba sebelum menjawab, "sekalian olahraga, Pak."

"Saya nggak menyarankan itu. Terbukti kamu capek banget, kan?"

Iya, pulang kursus seharusnya saya istirahat tapi Bapak kaya nggak rela saya tidur sebelum buat Bapak puas, andai aku berani mengatakan itu...

Tapi... Tria yang begitu kuat tak pernah tidak memuaskanku. Selain merasakan dirinya di dalam tubuhku, sorot mata mendambanya buatku merasa jadi wanita paling cantik. Setiap ia genggam tubuhku, aku seperti miliknya. Dia posesif dan aku menyukainya. Dan setiap kali ia klimaks di dalam diriku, ia selalu memelukku dengan erat. Aku membayangkan lelehan itu memenuhi rahimku dan aku sama sekali tidak keberatan. Aku tahu aku sudah di tahap akut.

Begitu sadar ia mendapati Tria menangkap basah dirinya sedang melamun hingga wajahnya memerah. Karena malu ia pun berpaling pada Adiba, "ayo makan lagi, Sayang!"

Gadis merasa semakin gugup saat pria di seberangnya masih diam memperhatikan, apa dia tahu?

Kemudian ia mendengar sebuah usul tak terduga. "Saya ajarin naik motor, Dis."

Hah, motor? Oh iya, dia tadi sedang bicara soal motor.

Kata orang, galau adalah salah satu gejala jatuh cinta. Gadis sedang galau sekarang, tapi itu karena ia tidak ingin dituduh sedang jatuh cinta. Ia sedang mati – matian menghindari kemungkinan itu. Andai ia bukan properti milik seorang Tria Hardy mungkin akan lebih mudah untuk menghindar. Tapi dia milik pria itu, menghindar—dari kemarahannya, dari perhatiannya, kepeduliannya, pesonanya—adalah sesuatu yang mustahil.

Saat menerima tawaran menjadi guru temporer untuk Adiba, Gadis tidak menduga tampang seorang duda beranak satu akan seperti itu. Terlihat matang, tampan, sehat, dan seolah memiliki sertifikat jaminan rasa aman jika di bawah lindungannya. Gugup yang dirasakan Gadis bisa jadi karena memandang pria itu sebagai majikan yang protektif terhadap putrinya, atau memandang pria itu sebagai pria dewasa seutuhnya.

Tapi kemudian semuanya terasa jelas saat mereka bicara. Tria terang – terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Gadis, merendahkan, bahkan berniat menjauhkan dia dari pekerjaannya dengan berbagai alasan masuk akal. Pria itu hanya berusaha menyadarkan Gadis akan posisi mereka yang tidak setara, sesuatu yang sudah Gadis sadari sejak mengenal dunia.

Sejak saat itu Gadis tak lagi menduga – duga sikap majikannya. Jika pria itu bersikap baik tentu didasarkan pada rasa kasihan seperti memberi Gadis steak daging sisa Adiba, misalnya. Rasa gugup Gadis tentu sebagai orang yang diberi tanggung jawab atas Adiba.

Gadis mulai meragukan perasaannya saat pria itu menyelamatkannya dari ibu – ibu kosan yang main hakim sendiri. Repot – repot melaporkan mereka ke polisi jelas tidak ada kaitannya dengan Adiba sama sekali. Pria itu bisa saja tutup mata jika ia mau, tapi reaksinya ketika kecewa pada Gadis yang mengambil kembali tasnya memang tidak biasa. Tria lebih dari peduli.

Saat menciumnya di klub, Gadis tahu pria itu berusaha merendahkannya sehingga ia balik merendahkan pria itu. Tapi reaksi Gadis setelah itu menyalahi niat semula, ia... berdebar.

Puncaknya, Gadis sadar bahwa Tria Hardy memang memiliki ketertarikan padanya walau hanya sebatas fisik setelah pria itu menebusnya dari Bos Galih. Tria tetap tidak menganggap mereka setara, ia hanya barang yang dipakainya untuk memuaskan diri. Sebatas itu nilai Gadis di matanya.

Lantas, harus disebut apa kursus modiste cuma – cuma dan dia yang repot – repot memasak untuk Gadis sepulang kerja? Masihkah Gadis hanya sebatas barang? Ataukah dia sudah menjadi sesuatu yang lebih berarti?

Buat Gadis Jatuh CintaWhere stories live. Discover now