Hadiah untuk Gadis (21+)

28.7K 2.3K 460
                                    

"Udah tahu kesukaan cewek lo?" tanya Pandji iseng saat ia dan Tria memasuki lapangan futsal.

Tria mengedikkan alisnya penuh percaya diri, "udah."

"Ternyata apa?"

Tria menerima lemparan bola dari pemain lain lalu melakukan pemanasan, "cuma minta supaya gue nggak jahat aja."

Pandji merebut bola dari kakinya, "gitu doang? Lo yakin nggak sedang jatuh cinta?"

Mencebik, Tria gelengkan kepala. Nafsu yang tersalurkan dengan baik bukan berarti cinta.

"Dia yang jatuh cinta sama lo."

"Kita berdua sama - sama ngerti, teman tidur doang."

Pandji menendang bola keras - keras ke arah gawang lalu mengolok Tria, "berarti dia jatuh cinta sama burung lo. Burung lo mengalahkan kharisma lo. Keren juga."

Tria memutar bola matanya lalu berlari menjemput bola. Kan si Pandji emang bangsat dari sananya, nggak usah heran.

"Kalau memang cewek ini begitu istimewa seharusnya lo pertimbangkan dia buat gantiin Sella." Setelah mengatakan itu Pandji berlari menempati posisinya sebelum permainan dimulai.

Tria sempat tertegun beberapa detik sebelum menyusul. Nggak mungkinlah, jawabnya dalam hati.

Gadis terlalu fokus membayangkan pola dress Elsa yang ada di ponselnya hingga mengabaikan rasa tidak nyaman di tenggorokannya. Bahkan ia tidak mendengar Tria masuk ke dalam rumah dan berdiri di sisinya.

"Kok belum tidur?"

Gadis terkejut dan spontan menyembunyikan sketsa yang tengah ia gambar. Dengan cepat wajahnya memucat seolah tertangkap basah melakukan kejahatan. Tria memperhatikan itu, sikap Gadis yang seolah ingin membela diri bahwa dirinya tidak mencuri. Ia sadar, ada masalah dengan perempuannya-

Perempuannya... miliknya. Tria masih takjub dengan jalan hidup sejak bertemu Gadis. Perempuan yang dahulu ingin ia usir secepat mungkin dari rumah kini justru ia simpan untuk dirinya sendiri. Perempuan yang sempat ia rendahkan, kini tak pernah gagal memicu adrenalinnya. Outputnya, jika bukan marah - marah, tentu saja bergairah.

"Saya udah lihat gambar kamu kok."

Perlahan Gadis mengembalikan kertasnya ke atas meja sambil tetap memperhatikan wajah Tuannya.

"Saya nggak denger Bapak pulang."

"Karena kamu lagi fokus," ia berbalik menyimpan sepatu futsalnya, lalu kembali dengan sebotol air, "ngerjain apa sih?"

Gadis menunjukkan sketsa gaun putih milik Elsa dari Frozen II. Gambarnya cukup bagus, mendekati aslinya.

"Diba kepingin ini, Pak. Tapi... saya nggak bisa pecah polanya."

Tria berdecak walau ia tidak mengerti apa itu 'pecah pola' dan seberapa sulitnya.

"Katanya pecatan pabrik garment. Masa gini aja nggak bisa?"

Gadis hampir mendengus namun ia samarkan dengan membuang muka. "Nggak semua orang yang bisa menjahit juga bakat bikin pola, Pak. Ini ada ilmunya sendiri."

Tria mengedikan bahu lalu mengejek dengan santai. "Bakat kamu apa sih? Kamu yakin mau jadi penjahit?"

"..."

Gadis juga tidak tahu. Menjadi penjahit adalah keinginannya, sedangkan bakatnya... bikin kamu nafsu. Gadis menelan kembali kata – katanya.

Tria merunduk ke arah Gadis. Ujung hidung mancungnya menyentuh daun telinga Gadis, dan di sana ia berbisik pelan.

Buat Gadis Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang