Guru Baru Adiba!

56.9K 2.8K 453
                                    

"Kamu harus ketemu Adiba," pria itu melepaskan dasi yang sepagian ini mencekik leher layaknya tuntutan atasan, "siap nggak siap. Dia bakal jadi anak kamu."

"Bagaimana kalau dia nggak suka aku, Mas?"

Perempuan di seberang telepon terdengar cemas, takut jika jumpa pertama mereka justru menjadi akhir hubungan mereka karena alasan sang anak tidak suka padanya.

"Kan belum dicoba," Tria mengintip ke ruang belajar Adiba, mengernyit saat melihat seorang perempuan duduk di sisi putrinya sambil mengajarkan cara mengeja suku kata, benaknya bertanya – tanya. "Kalau nggak suka, kita buat dia jadi suka."

"Kamu harus belain aku ya. Kamu tahukan gimana menggilanya anak kecil ketemu calon ibu tiri?"

Sebenarnya Tria juga tidak tahu, ia tidak punya ibu tiri dan ini adalah pengalaman pertamanya membawa seorang calon ibu tiri untuk sang anak. Itu artinya ia juga sedang belajar bersikap adil dan bijaksana menyikapi kedua perempuan miliknya saat ini.

Setelah mencoba meyakinkan Sella sekali lagi Tria mengakhiri panggilan. Hampir enam bulan ia menjalin hubungan dengan pemilik toko bunga yang cantik, aktif, dan selalu membawa aura positif lewat senyum dan suaranya. Karena alasan itulah ia memilih Sella untuk menjadi istri sekaligus ibu bagi putrinya. Ia berharap kekosongan dalam rumah tangganya diisi dengan keceriaan.

Sekarang sudah saatnya ia memperkenalkan Sella pada Adiba. Di usianya yang tidak lagi muda Tria cenderung menjalani hubungan yang berorientasi pada masa depan—menikah, itulah sebabnya ia menghindari jenis hubungan kasual dengan teman kantor atau wanita – wanita muda yang masih dalam pencarian.

Isyana dipanggil Sang Pencipta melalui komplikasi kehamilan setelah akhirnya berhasil melahirkan seorang putri cantik dengan kulit bersih kemerahan bernama Adiba.

Sifatnya yang pantang menyerah sempat buat Tria khawatir. Walau beberapa kali keguguran, Isyana percaya bahwa dirinya bisa menjadi istri yang sempurna dengan memberikan Tria seorang anak. Kisah Aisyah istri Rasulullah yang Tria contohkan pun tak buat Isyana berhenti mencoba sekalipun berisiko bagi dirinya sendiri—oh, Isyana mengerti agama namun ia belum siap dipoligami, walau yah, ia tahu bukan itu maksud suaminya.

"Aku bisa kan, Mas?" ujar Isyana saat tengah dirawat, "sekarang cewek dulu. Nanti kita kasih dia adik cowok. Sabar ya..."

Pada akhirnya Isyana berhasil, tapi pada akhirnya pula ia pergi.

Hidung Tria perih setiap kali mengingat saat terakhir kebersamaannya dengan sang istri. Semakin sakit ketika ia akui pada diri sendiri bahwa Isyana tidak mampu memiliki seluruh hatinya. Entah kenapa, Tria sulit jatuh cinta setelah hubungannya dengan Kumala benar - benar kandas. Bagi Tria, cinta pertama bukan sekedar istilah.

Ada perasaan bersalah setiap kali Isyana sadar bahwa Tria hanya 'mencoba' menjadi suami yang baik. Bukankah dalam rumah tangga setiap insan akan menjadi diri sendiri, mengenal pasangannya—baik sekaligus buruknya? Seolah tiada batasan di antara mereka? Seharusnya seperti itu, tapi entah kenapa selalu ada batasan di antara mereka dan Isyana tak pernah berhasil melewati itu.

"Bukan begitu, Sayang," suara lembut itu singgah ke telinga Tria, begitu tenang, sabar, dan menyejukan, "A. D-I dibaca DI. B-A dibaca BA. Jadi, A-DI-BA."

"Itu aku," anak itu tersipu malu dan perempuan di sisinya tersenyum. Mereka masih belum menyadari kehadirannya di luar pintu.

Sontak Tria merasa gerah, ada sekelebat bayangan yang mengganggunya setelah melihat senyum perempuan itu. Ia pun beranjak dari sana dan mencari ibunya.

"Ma!"

Panggil Tria setelah menemukan sang ibu sedang sibuk dengan gawainya di teras belakang yang memiliki akses langsung ke taman.

Buat Gadis Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang