Tria tidak jahat

15.4K 2.3K 453
                                    

Sejak Tria menegasakan posisinya dalam hubungan ini, Gadis justru merasa semakin sulit membayangkan ketika harus melayani pria itu. Gadis berpikir akan lebih mudah menjadi simpanan pria yang tak memiliki pasangan dalam bentuk apapun. Nyatanya ia harus menjadi simpanan pria yang sudah memiliki calon istri.

Terbiasa hidup dengan peran protagonis yang teraniaya kini Gadis harus menjajal peran baru sebagai seorang antagonis. Tak tanggung – tanggung ia akan mengkhianati wanita yang mau berteman dengannya, Sella. Ia akan menjadi perempuan paling tak tahu diuntung. Ia harus siap jika suatu saat nanti hubungan ini terbongkar dan menerima kemarahan sekaligus kekecewaan Sella padanya.

Itu belum termasuk risiko atas perasaannya sendiri. Sebagai perempuan super biasa saja, Gadis tentu tidak kebal dengan wujud fana Tuannya; berwajah tampan dan memiliki tubuh atletis. Bagaimana jika ia jadi suka? Sejujurnya tidak sulit untuk menyukai pria seperti Tuannya—andai pria itu berbaik hati sedikit lagi saja, hati Gadis yang rapuh bisa dipastikan dalam bahaya. Tidak! Ia tidak ingin jatuh cinta. Tidak dengan pria yang memiliki pasangan.

Ciuman semalam saja sudah mempengaruhinya membuat Gadis tidak bisa tidur nyenyak hingga pagi menjelang. Ia seakan kehilangan rasa aman. Bertanya – tanya kapan Tria akan menuntut haknya—bukan berarti ia menantikan itu. Akan lebih baik jika kepala Tuannya terbentur dan ia kembali benci pada Gadis.

"Aduh!" Gadis menjerit spontan ketika merasakan pinggangnya dipeluk dengan erat dari belakang hingga tak mampu melawan. Tak sekedar memeluk, baju longgarnya ditarik hingga pundak mulusnya terlihat. Ia diendus dan dicium dengan paksa.

"Jangan-"

"Jangan apa, Dis?" bisik pria di belakangnya dengan suara serak, "Ini hak saya."

Gadis memalingkan wajah dan mendapati Tuannya bertelanjang dada memeluk dari belakang. Gadis berpegangan erat pada pinggiran meja di depannya, menahan diri agar tidak mendorong pria itu saat merasakan ujung kaosnya disingkap. Tangan dingin Tria begitu kontras dengan suhu tubuhnya yang panas, menjalar dari pinggang dan kini berniat menyelip ke balik branya.

"Jangan di sini, Pak," pinta Gadis, napasnya terengah saat Tria mengisap denyut nadi di lehernya, "Adiba baru aja tidur. Saya takut dia bangun dan lihat kita."

"Terus kapan saya bisa tidurin kamu, Gadisku?" Tria beralih menggigit rahang Gadis, "saya sudah beli tubuh kamu dan nggak sabar pengen pakai-"

Gadis menggeleng ketika kedua payudaranya diremas, "jangan, Pak... saya-"

"Ganti kata 'saya' dengan nama kamu sendiri, Dis. Itu aturan main pertama."

Bibir Gadis bergetar ketakutan saat merasakan nada dingin itu merambati tengkuknya.

"Jangan di sini, Pak..." suara Gadis gemetar ketakutan, "Ga-, Gadis takut Adiba-"

"Coba katakan kalau kamu mau saya, Dis."

Gadis mendadak kaku dengan kedua mata terbelalak. Satu per satu bulir bening jatuh seiring dengan hentakan di bokong. Pria itu sudah melakukannya dengan amat buruk. Walau menangis pun percuma tapi Gadis tetap memejamkan mata dan menangis karena disetubuhi dengan cara seperti ini.

Membuka mata dalam kamar yang gelap. Sekejap Gadis panik dan berlari ke luar mencari udara. Kecemasannya manjadi simpanan Tria terbawa ke dalam mimpi hingga buat Gadis sulit bernapas. Dalam keadaan panik ia kesulitan membuka pintu bahkan jendela sementara itu oksigen terasa semakin menipis. Tiba – tiba saja kedua lengan atasnya dicengkeram kemudian suara Tria menyusul.

"Gadis?"

"Jangan, Pak!" tubuh Gadis yang lemas berusaha menghindar.

"Gadis, kamu mimpi?"

Buat Gadis Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang