Sana menegang, hatinya seperti diremas dan ditusuk ribuan jarum tajam. Sana tidak ingin berpisah dari anaknya "Nama yang bagus. Tapi, bolehkah aku membawanya pulang ke Jepang?"

Dahyun menaikkan sebelah alisnya, menatap tajam wanita didepannya "Apa kau bilang? Aku tidak salah dengar kan? Atau kau yang salah bicara? Kau ingin membawanya pergi? Hahaha... Sana Sana. Jangan bercanda" Kekehnya merasa lucu

Sana mendongak menatap sendu Dahyun sambil mengeratkan pelukannya kepada Zaki "A-aku ingin membawanya pulang ke Jepang. Apa kau tidak dengar?"

Dahyun menatap tajam Sana "Pulihkan dulu tubuhmu. Nanti kita bicara lagi. Aku mau tidur. Dan jangan coba-coba membawa kabur anakku. Atau aku akan membunuhmu!" Ancamnya lalu pergi tidur disofa

Sana menangis dalam diam, memeluk erat tubuh mungil Zaki. Sana benar-benar tidak ingin menjauh dari anaknya. Sana sungguh menyesali perkataannya yang akan meninggalkan Zaki kepada keluarga Kim's setelah melahirkan. Sekarang, Sana yang tidak bisa meninggalkan Zaki.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dahyun pasti tidak akan membiarkannya untuk membawa Zaki pergi. Sana harus mencari jalan keluar agar bisa terus bersama dengan anaknya.

Sekitar pukul 1 siang, Alexander dan Jennie datang menjenguk Sana dan cucu pertama mereka. Jennie terlihat sangat bahagia mengendong Zaki. Alexander juga tak kalah bahagia melihat tubuh mungil dan wajah tampan Zaki yang sangat mirip dengan Dahyun waktu Bayi.

Malamnya, Sana sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Andre.

Dahyun meletakkan Sana ditengah ranjang king size miliknya kemudian mengambil Zaki dari gendong Jennie dan menyerahkan kepada Sana.

Jennie duduk dibibir ranjang mengelus pipi tembem Zaki "Selamat malam, Cucu nenek yang sangat tampan" Katanya mengecup kedua pipi Zaki. Alexander juga maju mengecup pipi Zaki.

Dahyun pergi membersihkan badannya setelah menutup pintu kamarnya. Selesai mandi, Dahyun duduk dipinggir ranjang, menatap binar wajah tampan Zaki.

"Kau ingin Zaki tidur di sampingmu atau diletakkan di ranjangnya?" Dahyun menunjuk ranjang Bayi yang berada disudut kamar

"Di sampingku saja. Kau tidak keberatan kan?" Sana mengelus pipi tembem Zaki

Dahyun mengangguk, bangkit mengambil selimut, bantal dan guling kecil Zaki kemudian meletakkannya ditengah ranjang. Sana membaringkan tubuh mungil Zaki lalu ikut merebahkan badannya begitu pun dengan Dahyun.

"Dahyun, aku ingin bicara serius" Sana mendongak menatap sendu wajah tampan Dahyun yang sialnya sangat mirip dengan Zaki

"Tidurlah, Sana. Kau harus banyak istirahat. Jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting agar tubuhmu cepat membaik. Nanti saja kita bahas apa yang ingin kau bahas" Dahyun membalikkan badannya memegang tangan mungil Zaki. Matanya sudah tertutup rapat.

Sana mengepalkan kedua tangannya seraya menatap sendu Dahyun. Sebenarnya, Sana ingin membicarakan tentang hak asuh Zaki. Tetapi mungkin pria di depannya itu sedang tak ingin berdebat. Sana pun menghela napas kasar, ikut memejamkan matanya mengikuti Dahyun dan Zaki menuju ke alam mimpi.

*

1 Bulan kemudian.

Hari ini usia Zaki sudah genap 1 Bulan. Dan hari ini surat perjanjian diantara Dahyun dan Sana pun akhirnya genap 10 Bulan. Berarti Sana sudah siap untuk pergi meninggalkan Mansion Kim's dan juga Zaki.

Selama 1 Bulan yang lalu, Sana sudah berusaha untuk berbicara kepada Dahyun tentang hak asuh Zaki. Namun pria itu sama sekali tidak mau mendengarkan Sana.

"Dahyun, aku mohon. Biarkan Zaki ikut bersamaku. Aku tidak bisa berjauhan dengan Zaki" Sana terisak meremas telapak tangan besar Dahyun

Dahyun hanya diam berdiri dengan tangan kirinya yang berada disaku celana menatap datar Sana tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Sana akhirnya menangis karena tidak mendapat respon dari Dahyun. Tangannya melepas telapak tangan Dahyun. Dengan langkah gontai, Sana mendekati Zaki yang sedang tertidur pulas diatas ranjang bayi.

"Maafkan Mom yang tidak bisa bersamamu. Tapi, Mom janji akan datang kembali mengambilmu. Tunggu Mom, Okey Honey. Mom sangat mencintaimu, Zaki" Sana mengecupi seluruh wajah tampan Zaki membuat airmatanya semakin merembes keluar

Sana menoleh menatap tajam punggung kekar Dahyun "Aku pastikan hak asuh Zaki jatuh kepadaku" Ucapnya penuh kebencian

Sana mengambil tas sampingnya serta menyeret koper besarnya keluar dari kamar Dahyun dan memasuki lift.

"Honey" Tzuyu memeluk tubuh Sana setelah Tunangannya keluar dari lift

"Dia tidak mau memberikan Zaki kepadaku, Hiks. A-aku tidak bisa berjauhan dengan Zaki. Tzuyu, lakukan sesuatu. Aku mohon!" Rengek Sana kembali menangis

"Don't cry, Honey. Aku pasti akan membantumu mengambil hak asuh Zaki. Sekarang kita pulang dulu ke Jepang, okey" Tzuyu menghapus airmata dipipi Sana

"Sayang, Apa kau benar-benar akan pergi?" Jennie datang memeluk Sana

"Mom, maafkan aku. Bisakah Mom membujuk Dahyun agar memberikan Zaki kepadaku?" Sana menatap mohon Jennie

Jennie menghela napas "Maafkan Mom, sayang. Mom tidak bisa berbuat apa-apa jika Dahyun sudah bersikeras mempertahankan miliknya. Tetapi, Mom akan berusaha membujuknya nanti. Jangan menangis, okey" Ucapnya menghapus air mata Sana

Sana mengangguk kembali memeluk erat Jennie. Sana berharap Dahyun mau menyerahkan Zaki setelah Jennie membujuk pria keras kepala itu. Sana bergantian memeluk Alexander tak lupa meminta bantuan pria paruh baya itu untuk ikut membujuk Dahyun.

"Honey, Ayo. Sopir sudah menunggu. Uncle, Aunty. Kami permisi pulang" Ucap Tzuyu merangkul bahu Sana.

Dua Bodyguard datang mengambil koper Sana, membawanya masuk ke bagasi mobil yang akan membawa Tzuyu dan Sana pergi ke Bandara.

Semua Maid menunduk sedih melihat kepergian Sana. Mereka bersedih akan ditinggal pergi oleh Moodbooster mereka selama 9 bulan.

Sana dan Tzuyu masuk ke dalam mobil. Sana menyembulkan kepalanya, menatap satu persatu semua orang yang berdiri didepan pintu Mansion. Sana terkekeh melihat wajah sedih para Maid yang sudah menemaninya selama 9 bulan. Sana pun melambaikan tangannya ke arah Alexander dan Jennie.

Tatapannya terarah ke lantai dua dan melihat Dahyun yang sedang melihatnya juga. Sudut bibir Sana bergetar menahan tangisnya. Sana seakan-akan merasa tidak rela untuk meninggalkan Dahyun.

Mobil pun perlahan-lahan mulai berjalan meninggalkan area Mansion Kim's. Tatapan Sana tak lepas dari lantai dua sampai matanya tak lagi melihat tubuh kekar Dahyun. Air mata pun akhirnya menetes melewati pipinya.

"Good bye, Kim Dahyun"

"Good Bye, Minatozaki Sana"

💚
💚
💚

TAMAT

Masih mau lanjut?

Jangan lupa VOTE!!!

Depend On YouWhere stories live. Discover now