"Biar gue jelas anggap Lo kawan apa lawan. Karena mulai sekarang gue tamengnya Lingga. Jadi kalo Lo mau nyakitin dia, langkahin dulu mayat gue"

*****

Lingga menatap tembok di kamarnya, memperhatikan semut-semut yang berjalan dengan tertib. Semut-semut itu jadi mengingatkan Lingga pada kejadian di siang hari, jika diingat-ingat kembali Lingga telah bermain dengan delapan orang. Bahkan Lingga berpikir jika dia mengatakannya ke Juna mungkin anak itu akan mentertawakan karena tak menyangka ataupun menganggap Lingga sedang membual, karena Lingga yang suram sekarang sudah bisa bersosialisasi.

Tapi kemudian Lingga berguling berbalik ke sisi kanan ranjang. Dan menatap datar jendela di depannya.

Lingga lupa , dia bahkan tidak tau apa orang-orang itu menganggapnya atau tidak.

Tapi perlakuan dan ucapan Erlang dan yang lainnya membuat Lingga jadi berharap lebih.

*****

"Bagus, baru pulang. Darimana kamu?!"

"Maen lah, apalagi?"

Perempuan yang bertanya itu langsung berkacak pinggang, marah. Mendengar jawaban acuh dari orang di depannya.

"Bagus ya. Dikasih hidup enak sama orang tua malah ngehambur-hamburin uang. Gak tau kerjanya kayak gimana!"

"Kakak sendiri,tumben pulang?. Kenapa? disakitin lagi ya sama cowo bule. Lagian jadi cewe kok murahan. Entar ditinggal lagi, nyusahin orang tua lagi. Gak kasihan apa sama anak-

Plak.

"Cukup Saga!"

"Mamah?!"

Mengetahui jika Mamahnya lah yang menampar pipinya. Saga tertawa pendek,, lagi-lagi selalu seperti ini.

Saga memegang pipinya yang masih terasa panas bekas tamparan, lalu menatap Mamahnya yang kini juga menatapnya dengan penuh emosi. "Loh, mamah udah pulang? Saga pikir masih kerja. He-hhehe iya, Saga lupa sekarang kan acara rutin. Pantesan pada pulang. Maaf ya mah Saga lupa tanggal, ya udah karena mamah juga udah disini. Sekalian Saga pamit"

Bahkan ketika tangan Saga sudah menciumnya ,tidak ada ucapan atau sambutan sama sekali dari perempuan tua itu bahkan anak perempuannya juga ikut diam .

"Mah Saga pergi, Salam ke Papah juga". Ucap Saga sedikit melirik ke dalam melihat siluet papahnya yang sudah lima bulan Saga tidak lihat. Ada di ruang makan sedang duduk , tidak terusik.

Saga pun segera kembali menaiki motor ninjanya kembali dan pergi meninggalkan rumahnya menuju apartemen , ah ralat. Maksudnya rumah sebenarnya.

Karena bahkan rumahnya yang sekarang tidak menganggapnya sebagai salah satu penghuninya.

Maka jika sudah begitu yang bisa Saga lakukan adalah berpura-pura memiliki rumah yang lain.

*****

Iky yang baru pulang diantar Erlang langsung berjalan menuju tempatnya,seperti biasa. Tapi sebelum benar-benar mencapai tempatnya Iky berhenti sebentar di gang sempit dan masuk ke dalamnya.

Lalu mengambil ikatan rambut dari dalam saku jeansnya, menguncir rambutnya yang biasa ia dibiarkan mencuat kemana-mana ke dalam satu kepalan. Membuka bajunya, melepas dalaman baju hitam tangan panjang yang selalu ia kenakan untuk menutupi tato di tubuhnya. Setelah itu ia kembali memakai baju lengan pendeknya. Dan memakai anting-antingnya kembali.

"Nah kan gini baru bebas !". Pekik Iky senang. Lalu ia pun keluar dari gang dengan tampilan yang berbeda, jika Erlang melihatnya bisa habis Iky diolok-olok. Erlang memang tau dengan tampilan Iky yang sebenarnya tapi ada satu rahasia lagi yang tidak pernah Erlang tahu.

"Wesss , anaknya kesayangan si Serlin nih dah balik. Woyyy!". Begitu Iky masuk bukan wajah para wanita dewasa yang biasa menunggunya dengan antusias, malahan wajah menjijikkan dari seorang pria tambun yang menatapnya mengejek. Iky tahu jika kedatangan pria itu tidak pernah pertanda baik, maka dengan cepat mata tajamnya langsung mengawasi gerak-gerik orang didepannya dan mengedarkan ke sekeliling mencari-cari Serlin mbanya itu.

Dan matanya seketika membola begitu menangkap Serlin sudah terkulai lemas di sudut pojokan, dengan memar di bibirnya. Iky yang melihat itu tanpa aba-aba lagi segera dengan cepat berlari mendekati. Tapi tidak terburu karena sudah di hadang oleh dua orang laki-laki berbadan kekar lainnya yang ada disana.

"Eits, mau kemana bocah Lo masih ada urusan dengan Boss!" Ujar pria tambun tadi, Iky sempat mendorongnya menjauh lalu memberontak dan memukuli dengan membabi-buta.

Tapi kemudian pergerakannya tertahan oleh dua orang kekar yang menunggu ikut memeganginya . Iky yang sudah melakukan berbagai cara untuk melepaskan diri , lalu berteriak dengan kencang.

"ANJING!. LEPASIN GUE BANGSATTT!!!"

Serlin yang tersadar akibat teriakan Iky langsung menangis meraung-raung. Meminta Iky untuk kembalikan padanya. Tapi tidak ada yang menggubrisnya sama sekali bahkan ketika tubuhnya dia seret paksa untuk mengejar, semuanya tampak sia-sia.

"Iky maafin mba. Mba janji ini yang terakhir! Jadi tolong,,, bertahan sebentar lagi"






_______

Beberapa chapter lagi menuju tragedi 👀

Rumah Untuk Lingga (Completed)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ