07: Making Friends is as Hard as Making Loans

96 25 0
                                    

Part 7: Making Friends is as Hard as Making Loans

"Bagaimana hari pertamamu, Jean?"

Pertanyaan dari Brian membuka percakapan di makan malam hari ini.

"Ya, bagaimana hari pertamamu? Apakah menyenangkan? Teman-temannya baik?" Suzy menimbrung.

Aku buru-buru mengunyah daging steak yang menjadi makan malam hari ini. Sesaat setelah menelan makananku, aku langsung meneguk segelas air sembari memikirkan kata-kata yang akan aku ucapkan untuk menjawab pertanyaan kedua orangtuaku.

"Uhm... Baik? Ya, baik-baik saja." Jawabku sekadarnya.

Laudine yang duduk di seberangku menghela nafas, "Pa dan Ma ingin kau menceritakan hari pertamamu, Jean."

Ck. Memangnya apa yang harus diceritakan?

Pelajaran Biologi yang memusingkan? Atau kelas kalkulus yang membuatku hampir muntah? Apa mungkin mereka mau dengar cerita mengenai tanganku yang dibedah oleh seorang amatir?

"Aku tidak tahu harus menceritakan apa karena ini baru hari pertamaku. Tapi, sejauh ini, semuanya baik-baik saja. Ma dan Pa tidak perlu khawatir. Aku akan menyesuaikan diri sebisa mungkin."

Tangan Suzy yang duduk di sebelahku bergerak mengelus kepalaku. "Baguslah."

"Oh, iya. Kau ingat dokter Sanchez? Dia bilang bahwa anaknya sekolah di tempat yang sama denganmu. Kalau tidak salah anaknya perempuan, namanya... Siapa ya? Yazmi? Yezmin? Ya—"

"Yazmine, Pa." Potongku.

"Kalian saling kenal?"

"Kami berkenalan di sekolah tadi. Sepertinya dia juga tahu aku anak keluarga Everett yang pernah ditangani ayahnya."

"Benarkah? Apa dia baik? Cantik?" Pertanyaan terakhir yang dilontarkan Suzy membuatku tersedak salivaku sendiri. "Pertanyaan Ma sepertinya membuatmu gugup, ya?"

"Ti-Tidak! Maksudku—Ya, dia baik. Aku tidak tahu! Aku baru berkenalan dengannya!"

Percakapan di makan malam itu diakhiri dengan tatapan penuh arti yang diberikan ketiga anggota keluargaku. Sepertinya mereka memilih untuk tidak percaya dengan alasanku.

---

Hari keduaku sebagai siswa SMA di Lincoln Hill.

Masih sama seperti kemarin. Masih Jean yang kaku dan tidak tahu bagaimana caranya memulai percakapan.

Aku sudah berusaha membangunkan jiwa Jeno-ku untuk meminjam kepribadiannya hari ini, tapi sepertinya ia enggan membantuku.

Tapi, setidaknya, kini aku punya satu orang yang kukenal dan bisa kuandalkan di sekolah ini.

Yazmine.

"Jean!" Sang pemilik nama melambaikan tangannya kepadaku dari ujung koridor.

Aku menggangguk sebagai respons sebelum berjalan menghampirinya. Menembus lautan manusia yang seperti semut di koridor yang rasanya lebih sesak dari tempo hari.

Yazmine langsung menarik tanganku ke depan lokernya yang kebetulan berjarak satu loker dari milikku.

"Kau tampil beda hari ini." Tukas gadis Sanchez itu sembari menaruh tab nya di dalam loker.

"Beda? Beda apanya? Tidak ada yang berubah kok."

"Maksudku, pakaianmu tidak sepayah kemarin."

Aku mengedarkan pandangan ke sekitar, memastikan tidak ada orang yang memerhatikan kami.

debacle of emotionsWhere stories live. Discover now