"Sana!?"

"Tzuyu!?"

Nayeon dan Jeongyeon saling bersitatap bingung dan heran melihat dua orang didepan mereka. Seperti saling mengenal satu sama lain.

"Kalian saling kenal?" Tanya Jeongyeon memastikan kebingungannya

Tzuyu menoleh lalu mengangguk "Iyah, Sana Tunanganku" Katanya menatap sedih perut Sana

Sana menunduk dengan mata berkaca-kaca. Tak menyangka akan bertemu dengan Tzuyu secepat ini "Iyah, Tzuyu Tunanganku" Jawabnya jujur

Jeongyeon dan Nayeon mengangguk mengerti kemudian saling memberi kode "Kalau begitu, kalian bicara saja dulu. Berkas kerja sama kita akan aku bawah untuk aku pelajari. Bicaralah dengan Sana dulu" Kata Jeongyeon

Tzuyu pun mengangguk "Terima kasih"

Jeongyeon dan Nayeon berdiri lalu pergi meninggalkan kedua insan tersebut.

"Sana? Apakah kau benar Sanaku?" Tanya Tzuyu memastikan penglihatannya. Di kedua bola matanya tersirat kilatan rindu dan kecewa.

Sana mendongak dengan mata berkaca-kaca "Maaf. Maafkan aku" Katanya terisak kemudian menunduk kembali

Tzuyu berpindah duduk disamping Sana. Memeluk erat wanita hamil itu dengan penuh rasa rindu. Sana pun membalas pelukan Tunangannya tak kalah erat.

"Aku merindukanmu"

"Aku juga, aku merindukanmu" Balas Sana disela tangisannya

Tzuyu menghirup rakus aroma strawberry dileher jenjang Sana. Aroma yang sudah dia rindukan selama 9 bulan "Kau sudah menikah?" Tanyanya dengan nada yang begitu pasrah

Sana menggeleng "Aku tidak akan menikah, kalau bukan denganmu. Yang baru saja kau lihat nanti akan aku jelaskan semuanya. Sekarang, aku ingin memelukmu dulu. Aku begitu merindukanmu, sayang" Ucapnya mengeratkan pelukannya ditubuh besar Tzuyu

Tzuyu pun mengangguk dengan helaan napas lega. Namun, di benaknya ada ribuan pertanyaan untuk wanita pujaan hatinya. Kalau memang Sana belum menikah. Kenapa perutnya bisa membuncit? Apakah Sana hamil atau kanker perut? Tzuyu menggeleng untuk alasan terakhir. Dan alasan pertama mungkin benar.

Setelah acara saling berpelukan. Sana mengajak Tzuyu pergi ke belakang Mansion, ditaman Favoritnya. Keduanya duduk saling bersitatap penuh rindu.

"Jadi? Coba jelaskan kenapa bisa perutmu membesar seperti ini. Apakah kau benar-benar hamil?" Tzuyu mengelus sayang perut buncit Sana tanpa merasa marah atau pun emosi. Malah pria itu terkikik geli saat Bayi didalam perut Sana menendang kuat

Sana menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya secara perlahan "8 bulan yang lalu. Malam itu aku berniat keluar untuk makan malam di restoran hotel yang aku tempati. Saat aku keluar, aku tidak sengaja melihat seorang pria yang sedang kesusahan membuka pintu kamar hotelnya. Aku pun membantunya, membuka password kamarnya. Namun, saat aku ingin pergi. Pria itu mencegah tanganku dan menarikku ke masuk ke dalam. Dan... Yah dia memperkosa aku. Hikss..." Sana menangis mengingat malam dimana dia diperkosa oleh Dahyun

Tzuyu mengepalkan kedua tangannya. Amarahnya pun langsung menguar kuat "Brengsek! Pria sialan!!!" Umpatnya tak Terima atas perlakuan yang didapat oleh Sana

"Dan pria itulah Ayah dari anak yang sedang aku kandung ini. Malam itu dia diberi obat perangsang oleh jalang diBar. Dia pria baik dan akhirnya bertanggung jawab. Dan akan mengambil anaknya setelah aku melahirkan" Sana menghapus airmatanya kasar. Menatap sedih wajah tampan Tunangannya.

"Aku sudah tidak suci lagi untukmu. Aku juga sudah menghianati cinta tulusmu. Jadi, kau boleh memutuskan pertunangan kita. Kau juga boleh pergi meninggalkan aku. Karena aku sudah tidak pantas untukmu" Katanya menangis kembali

Depend On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang