9

12 2 0
                                    

Kota Santri, 12 Mei 2k__

   "Aku tahu aku salah. Tapi aku sudah mencoba memperbaiki kesalahpahaman ini. Tapi mengapa kamu tetap saja bersikap lain? Tidak seperti kamu yang dulu aku kenal. Aku sudah cukup berjuang memperbaiki semua ini.
   Ku mohon, bukalah sedikit celah di hatimu. Maafkan kesalahanku. Kesalahan yang benar-benar tidak pernah aku ketahui. Aku harap, kamu lebih dewasa lagi supaya bisa memahami tentang semua ini.
   Tapi, semua sudahlah terjadi. Ingin dibuat gimana lagi sepertinya sudah mustahil. Nasi telah menjadi bubur. Keceriaanmu yang dulu, kini tak lagi terlihat. Aku sangat menyesal."

   Seorang gadis berambut sepinggang itu bola matanya lekat memandangi secarik kertas ikal yang terpampang di jemarinya. Syifa duduk termenung sembari memutar memori masa lalu yang sedari terus berputar am di otaknya. Memori itu seolah menari-nari di benaknya. Kenangan pahit masa lalu, sukses membaut darah Syifa berhenti berdesir kala mengingatnya.
   "Vin, dua tahun yang lalu. Saat hujan di Bulan Desember. Saat cerita antara aku dan kamu harus berakhir begitu saja. Bak hujan yang awalnya deras tiba-tiba terhenti. Vin, aku menyadari bahwa aku belum bisa melepasmu seratus persen dari relung hati. Meski sekarang sudah ada dia_Udin yang menggantikan posisimu. Tetap tak bisa ku pungkiri, kamu dan dia adalah penunggu hati kecil ini" Ucapnya ringan di dalam hati.
   Sepulang dari kedai, Syifa merasa kejadian di sore tadi hanyalah mimpi. Sesuatu yang sudah dianggapnya mustahil, faktanya sukses ia dapatkan kembali. Kembali baikan dengan seseorang yang pernah menorehkan luka di hatinya selama bertahun-tahun_Kevin. Sesuatu itu hadir begitu saja, dalam sekejap. Tak terduga, nyaris Syifa melaluinya hanya sebatas di alam bawah sadarnya.
   Jemari Syifa dengan lihai mengotak-atik puluhan bahkan ratusan Keluang yang sudah lagi tak berbentuk lembaran. Ada yang terlipat rapi, juga ada yang sangat ikal. Juga ada yang tersimpan di dalam sebuah amplop berukuran mini berwarna merah.
   Syifa tak punya banyak waktu luang untuk membaca semua kenangan pahit di masa lalunya. Ia selalu sibuk dengan urusan sekolahnya. Juga dengan kesibukan lain di luar jam sekolah_ajang ekstrakurikuler.
   Jemarinya kini meraih lipatan kertas ikal yang terletak di sudut kardus berbentuk b.alok itu.
  
                                                      
                                                      29 Mei 2k__
   Dear Malam...
   Kau hadirkan dia untukku...
   Terimakasih atas semuanya untukku...
   Aku hanya dapat menyebut namanya di
     setiap do'a dan menulis namanya di tangan    
     kiriku sebelum tidur...
   Malam...
   Aku rindu pada makhluk Sang Pencipta...
   Kevin Putra Bagaskara...
   Aku rindu kepadanya...
   Entah rasa apa yang hadir kepadaku malam
      ini?...
   Membuat ku dilanda rindu secara berlebihan
       padanya...
   Setidaknya aku sudah mencoba perlahan
       melupakannya...
    Tetap saja Sang Pencipta belum merestui ku
       tuk benar-benar melupakannya...
   
                                                                @vin_bgskr
@syf_ydywt

   "Vin, mengapa kamu baru hadir sekarang? Kenapa nggak dari dulu? Kenapa kamu hadir setelah aku berjalan cukup jauh bersama Udin? Vin, andai saja aku tau bahwa kamu bisa kembali bersikap biasa_seperti dulu, nggak bakal aku susah payah belajar melupakanmu. Kalau sudah sepeti ini, harus gimana lagi. Aku sudah terlanjur nyaman juga bahagia dengan orang lain. Dengan alasan apa aku menjauhi nya demi kembali lagi bersamamu? Dengan alasan aku ingin kembali lagi denganmu, tentunya bukan alasan yang sempurna. Vin, sepertinya takdir berkata lain. Karena dia, aku menjadi seperti ini saat ini. Dia sudah membantuku banyak. Dia sudah mengukir keceriaan setelah keterpurukan ku, setelah kamu waktu itu tiba-tiba menghilang." Rasa penyesalan jelas tergambar dari raut wajah gadis yang tengah menyibak buku-buku tua juga jeluang-jeluang di depan nya.
   .
    

                          

Antara Senja dan KehilanganΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα