3. Optimis

255 18 0
                                    

Nama : Nur Rizqiana
Akun ig:@nrzqna_25
Akun wp: 3second_
Tema: Motivasi

Zahran Ainun Ramadhani, gadis cantik yang bercita-cita menjadi seorang dokter ahli bedah. Ia selalu berambisi bahwa cita-citanya akan tercapai. Selalu belajar, belajar, dan belajar, walau ia sulit untuk memahami. Tetapi ia yakin bahwa ia bisa seperti orang lain yang memiliki akal cerdik. Selalu Optimis adalah prinsipnya, pantang mundur jika belum mendapat apa yang diinginkan nya.

Zahran berusia 17 tahun. Ia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, di SMA Nusantara, salah satu SMA terfavorit dikotanya. Ia mengambil jurusan IPA. Ia masuk IPA bukan karena pandai, bukan. Ia bahakan memiliki nilai yang pas-pasan. Ia bersekolah di sekolah favorit karena pada waktu itu menggunakan sistem zonasi, dan jarak rumahnya yang begitu dekat serta biaya yang cukup. Keluarga Zahran tidaklah kaya, tidak pula miskin. Namun sederhana dan biasa saja dan terlihat harmonis.

Namun tak seperti kelihatan nya. Keluarga Zahran hancur, setelah Papa nya meninggal dunia dua tahun silam. Perlahan kehidupan Zahran yang tercukupi mulai menurun. Mama nya terkadang stress, karena harus menghidupi dirinya sendiri dan putri semata wayangnya.

Namun dengan berjalan waktu, apakah akan selalu disi dengan kesedihan? Buat apa bersedih lama-lama? Apa yang harus disesali? Semuanya sudah berakhir, ikhlaskan lah saja. Perlahan tapi pasti, Zahran dan Mama nya berusaha mengikhlaskan kepergian Papa tercinta dan memulai menjalani kehidupan normal seperti biasanya.

Ibunya yang bernama Rahma, bekerja di toko kue milik tetangga nya. Dengan gaji yang tak seberapa, namun cukup untuk menghidupi dirinya dan Zahran. Rahma pun menjalani pekerjaan tersebut dengan ikhlas dan tekun.

Sekarang Zahran kelas 12 IPA 1, pertengahan semester. Itu artinya ia akan segera lulus, dan harus memikirkan apa untuk ke depan nya. Sikap Zahran berubah drastis setelah kematian Papa nya. Ia sering dibully habis-habisan oleh beberapa teman nya, banyak yang menghina Zahran karena miskin, dan juga bodoh. Tapi mau dikatakan bodoh, ya tidak terlalu, mau dikatakan pintar? Ngitung aja masih belum khatam, yaa sedang lah. Tapi entah mengapa banyak orang yang tidak menyukainya.

***

"Heh, upik abu!"

Zahran mendongak, tenyata yang memanggilnya ialah Lisa---orang yang biasa membully dirinya.

"Cihh, bercita-cita jadi dokter, tapi bacanya novel dilan, ha ha ha," ujarnya yang kemudian diiringi gelak tawa oleh tiga teman lain nya.

Lisa merampas novel ditangan Zahran dan dilemparkan nya ke sembarang arah.

"Beliin gue bakso Pak Mardi sekarang!" perintahnya dengan nada garang.

"Pake duit lo!" lanjutnya oleh cewek berambut pirang disamping Lisa yang bernama Naura.

"4 porsi ya ...," ujar cewek disamping Naura yang bernama Vina.

Zahran memghela napasnya, "Tapi uang Zahran enggak cukup, Lisa."

"Bodoh!"

"Cepetan!"

Akhirnya Zahran mengalah, ia pun beranjak dari sana, menuju ke sang penjual bakso dengan uang sakunya yang tersisa, terpaksa ia gunakan.

***

Zahran berjalan menuju kelasnya, ia sudah menyediakan uang yang cukup, waspada jika gengnya Lisa merampasnya lagi. Semoga hari ini tidak seperti kemarin, Zahran membelikan bakso yang kurang pedas, alhasil baksonya ditumpahkan ke mejanya Zahran sendiri.

"Zahran!"

Zahran menoleh ke sumber suara, terlihat Ali teman kelas sebelah berlari kecil ke arahnya.

Kumpulan Cerpen Anak Literasi AwWhere stories live. Discover now