1. Nothing Is Impossible

619 17 2
                                    

Nama : NURFADLI SRIYANA
Ig : @vnusmaze & nurfadli_751
WP: vnusmaze
Tema: Motivasi

'Satu ... dua ... tiga!'

Kringg!

Suara bel istirahat berbunyi nyaring membuat semua siswa di kelas XII-RPL mengehela nafas. Suasana tegang dan udara tipis yang sejak tadi membuat mereka hampir pingsan, akhirnya kembali normal. Bukan apa-apa, hanya karena mata pelajaran kali ini adalah matematika. Pelajaran mematikan dengan guru yang menjadi salah satu tabungan dosa. Bagaimana tidak, jika melihat guru itu saja membuat mereka memaki, mengumpat dan mencibir dalam hati.

"Akhirnya!"

"Bebas!"

"Merdeka!"

Suara mereka menggema setelah Bu Dewi yang merupakan guru matematika mereka keluar kelas. Ibu itu tidak terlalu berkomentar dengan sikap mereka. Walau begitu, entah mengapa tatapannya selalu bisa membunuh sikap sok hebat setiap orang. Sekali menatap matanya bakal langsung ciut.

"Gila ya, nyebelin banget tu guru," ujar Devan yang merupakan anak paling bandel di kelas.

Pakaian Devan tidak pernah rapi, bahkan ia sering keluar masuk ruang BK karena ketahuan cabut saat jam pelajaran.

"Banget malah, udah mata pelajarannya susah. Otak gua langsung mati rasa tau gak liat angka-angka di papan tulis," balas Rinda dramatis.

"Itu sih lu yang bodoh," ujar Raka yang merupakan teman Devan cabut.

"Kalian kenapa sih? Perasaan bu Dewi gak diam aja, kenapa kalian selalu kesal sama beliau?"

"Ha? Bagas yang pintar anak emas bu Dewi, mending gak usah sok belain deh. Lagian gak usah sok pintar banget, ingat sekarang ini yang penting uang, bukan kemampuan. Asal lu punya uang, semua jalan bisa lu buka," ujar Rindu sinis pada Bagas.

"Anak orang susah kayak dia, mana mungkin tahu. Dia ini bentuk orang yang harus merangkak buat sampai di atas. Kasihan banget ya," ujar Aknes yang tiba-tiba muncul dari belakang Bagas.

"Setidaknya... aku masih berusaha dan berdoa. Mungkin benar aku harus merangkak, tapi itu akan menjadi kesuksesan mutlak jika aku berhasil nanti. Bukan keberhasilan semu," ujar Bagas kemudian berlalu dari hadapan teman-temannya.

Bagas hanyalah anak seorang tukang becak. Keluarganya hidup dengan pas-pasan. Untuk sekolah ia memanfaatkan beasiswa dari sekolahnya. Walau ia orang susah, tidak pernah sekali pun ia merasa malu dengan keadaannya.

"Gas! Nasi uduknya masih ada gak? Laper nih."

"Telat banget sih, Ren. Udah habis dari tadi," ucap Bagas pada Reno yang merupakan teman terdekatnya.

"Lagian buatnya dikit banget sih? Gua males ke kantin lagi."

"Gak usah manja! Cowok Kan?"

"Gak! Aku lapar, Gas," rengek Reno sembari memeluk legan Bagas.

"Apaan sih, Ren. Jijik tahu," ujar Bagas buru-buru menarik tangannya dari pelukan Reno. Alhasil Reno tertawa geli mendapati ekspresi Bagas yang sangat lucu.

"Lu mau kemana?"

"Perpustakaan, mau ikut?"

"Kagak dah, gua mau tidur aja."

Bagi bagas tidak ada tempat lain untuk dirinya selain perpustakaan. Karena hanya tempat itu yang benar-benar bisa menerimanya dan memberinya banyak pengetahuan. Karena kebiasaannya yang suka membaca inilah yang membuatnya unggul dalam mata pelajaran apapun.

Hari semakin sore, dengan langkah cepat Bagas berjalan menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung membersihkan diri kemudian menuju jalan raya untuk menjemput ibunya. Ia membantu ibunya membereskan sisa dagangannya

Kumpulan Cerpen Anak Literasi AwWhere stories live. Discover now