HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH

91 76 13
                                    

***

Pagi yang cerah menyambut kedatangan saya di sekolah SMA NEGERI JAYAPURA. Akhirnya saya kembali di tempat sekolah favorit saya dari dulu dan di mimpikan oleh kedua orang tua saya. Saya bersyukur atas kesempatan terakhir ini yang diberikan oleh bapak dan ibu guru di sini, yang telah memberikan kesempatan agar saya bisa bersekolah lagi di tempat ini.

***

Alasan saya mundur selama 1 bulan, karena saya ingin membantu keseharian ibu saya dan ayah saya berjualan. Tapi keputusan saya salah. Ibu dan ayah saya menyarankan untuk saya agar bersekolah dan melanjutkan mimpi saya. Dengan itulah saya bertekad memberanikan diri, saya nggak peduli dari keluarga apa. Yang penting bagi saya jika ilmu ada pada diri saya, maka orang lain dan keluarga kita akan juga menyatu dalam ilmu itu.

***

Saya pun langsung masuk kelas. Saraswa dan Popi melihat kehadiran saya dengan tatapan mata yang tajam. Saya tidak peduli dengan pemikiran mereka, saya hanya bersyukur kalau saya bisa kembali ke kelas ini lagi.

"Pop... Kok bisa dia kembali lagi?" tanya Saraswa ke Popi sambil melirik saya.

"Mana gue tahu Saraswa"

Mereka adalah sepasang sahabat yang selalu kompak di kelas saya. Sehingga persahabatan mereka membuat saya inginkan dari dulu. Tapi saya sadar, sekolah di tempat ini. Paling banyak orang dari keluarga yang kaya raya. Jadi saya merasa tidak apa-apa walaupun saya merasa sendiri, tapi saya yakin tidak semua orang berpikir seperti itu. Orang kaya juga dulunya merasakan perjuangan di awal.

***

Tak lama kemudian jam pembelajaran berakhir, bel bunyi istirahat pun berbunyi kringggg!!!! Saya menuju ke kantin. Tiba-tiba saya tidak sengaja menabrak seseorang.

"Eh, maaf saya tidak sengaja..."

Saya tidak bisa melihat wajah dia, karena saya pemalu. Dan itu belum waktunya untuk melihat lawan jenis kita, menurut saya. Tapi saya tahu kalau dia adalah cowok.

"Oh ya, nggak apa-apa. Btw Lo, anak baru di sini?"

Saya pun tidak menjawabnya, karena pada waktu itu saya merasa tegang dan gugup kalau saya berhadapan dengan lawan jenis saya. Oleh karena itu saya menutup diri saya dan iman saya dengan hijab.

"Maaf, saya permisi"

"Tunggu!!!" teriak cowok itu.

Ternyata cowok itu mencegat saya di hadapannya. Saya terkejut dan saya menghindarinya, karena jaraknya terlalu sejak untuk di buat obrolan.

"Em.... Maaf, gue nggak niat jahat kok cegat Lo. Gue cuman tanya doang, tapi Lo nggak jawab?"

Saya hanya diam dan tidak menjawabnya. Karena saya merasa orang itu baik apa jahat.

"Oke... Kalau Lo nggak jawab. Gimana Lo, duduk di taman? Lebih nyaman?" tanya cowok itu ke saya kedua kalinya.

"Maaf, saya harus ke kantin"

"Kalau Lo ke kantin... Tolonglah jawab pertanyaan gue. Jujur gue orang baru di sini, kita aja udah di akhir-akhir kelulusan. Kok, gue baru sadar ada cewek yang hijab di sekolah ini"

Akhirnya saya pun menerima permintaan dia, untuk menjelaskan di taman sebelah sekolahan.

"Baik.... Kalau kamu memaksa, untuk kenalan dengan saya. Silakan, kalau gitu kita di taman aja bicaranya"

***

Sesampainya di taman sebelahnya sekolah, cowok itu seperti memandang saya dengan tatapan aneh. Tapi bagi saya juga aneh, dia anak baru. Saya juga belum kenal dengan dia, walaupun saya nggak punya teman selama sekolah di sini. Kenapa dia selalu ingin mendekati saya, mungkin dia belum tahu asal-usul saya.

"Oke silakan jawab, pertanyaan gue tadi? Lo anak baru di sini?" tanya cowok itu.

"Saya bukan anak baru, saya sudah lama di sini. Namun saya sempat memundurkan diri untuk membantu kedua orang tua saya berjualan. Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan satu kali lagi, walaupun di akhir-akhir kelulusan ini"

Cewek ini sopan banget ya, sudah pakai hijab, hatinya lembut, dan dia aja, nggak berani menatap lawan jenisnya. Bicara pun, dia menundukkan kepalanya. Duduk sekali pun, dia berjarak sama gue. Astaga... Kenapa gue baru tahu dia ya, Kata hati cowok itu.

"Oh... Jadi selama ini Lo, sudah di sini. Em... Maaf boleh tahu, kenapa tadi Lo ke kantin sendirian? Kamana teman Lo?"

"Teman saya banyak, tapi... Saya ingin menyendiri itu aja. Jadi selama saya di sekolah ini 3 tahun itu, saya selalu sendiri, karena mungkin asyik"

***

Tidak terasa obrolan sedikit-demi sedikit waktu pembelajaran pun kembali lagi. Saya nggak sempat ke kantin dan cowok itu buru-buru masuk ke kelasnya. Walaupun saya dan dia belum sempat berkenalan.
Tiba-tiba cowok itu masuk ke kelasnya, berpikir ada sesuatu yang aneh ternyata
Oh ya, gue lupa. Tadi itu, dia kan mau ke kantin sampai masuk dia nggak ke kantin. Apa gue ajak dia makan habis sekolah ya... Oke nanti gue cari dia, kata hati cowok itu.

***

Beberapa jam kemudian, jam pembelajaran semuanya berakhir. Saya bergegas untuk berpulang. Ternyata cowok itu menemukan saya lagi dan terkejutnya, dia mengajak saya untuk makan. Namun saya menolaknya.

"Hai... Maaf ya, gue lupa. Tadi Lo ke kantin, tapi keburu masuk kelas. Gimana tanda maaf gue, Lo gue ajak makan pulang sekolah ini?" kata cowok itu dengan rasa malu.

"Bisa salam dulu baru, hai" jawab saya dengan mengajarkan dia agar kebiasaan.

Apa!!! Baru pertama kali gue ketemu cewek yang selalu ingatkan salamnya.

"Oh... Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam....Maaf saya nggak bisa. Lain kali aja. Lagi pula gitu aja kok kamu minta maaf, nggak apa-apa kok"

Tiba-tiba datanglah Saraswa dan Popi, karena mereka melihat saya berdekatan dengan orang lain. Sehingga mereka menatap saya dengan tatapan yang nggak suka.

"Hai Zil... Lho Lo sama siapa nih? Em... Memang ini ada apa ya?" kata Saraswa.

Saya pun mencoba mengingatkan Saraswa untuk bersalam dahulu saat menyapa orang. Walaupun saya tahu kalau mereka berdua menganggap saya berlebihan.

"Saraswa... Kalau bertemu itu salam dulu ya?"

"Apaan sih Lo, sok-sok ajari gue. Memang Lo suci banget ya"

"Saraswa... Yang dikatakan oleh zillea itu benar, kita kayaknya harus terbiasa untuk berucap salam. Lagi pula kita selama ini kenapa sih, jahat banget sama orang. Katanya Lo mau..." kata Popi.

"Popi!!!!! Sekali lagi Lo sama, Lo juga. Pakai ceramahi gue, awas Lo berdua. Lo berdua bikin gue kesel. Sekarang yuk ikut gue pop. Ayuk!!" jawab Saraswa dengan raut wajah marah.

Cowok itu pun bertanya tentang sikap Saraswa yang aneh tadi.

"Itu tadi dia kenapa sih. Diingatkan, malah dia jahat sama Lo. Padahal sahabatnya tadi dia kayaknya baik. Tapi cewek satunya tadi kok jahat banget ya, gue baru tahu lho. Apa gue selama ini di kelas doang ya, yang nggak tahu apa-apa, hahahahah" kata cowok itu sambil tertawa.

Saya pun tersenyum tipis.

Baru kali ini, gue lihat Lo tersenyum tipis. Walaupun dihadang oleh hijab Lo, kata hati cowok itu.

TERIMA KASIH
🌼

Jangan lupa vote, follow dan komen kak. Semoga kakak suka dengan cerita yang kedua ini🤲😊

Sekedar info, jangan lupa beli novel Certainty Is Valuable di Tokopedia, Shopee dan Bukalapak


The Mystery Behind The Greeting (SUDAH TERBIT) Di, Tokopedia, Shopee, BukalapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang