PROLOG

441 15 19
                                    

Seorang anak kecil berumur sembilan tahun sedang menikmati sarapan pagi ini. Dengan seragam berwarna merah putih yang melekat pada tubuhnya.

"Masakan Mbok is the best," katanya kemudian memasukkan sendok berisi sayur wortel ke dalam mulut. Dia sarapan sayur sop pagi ini. Tak ada sejarah hanya makan roti dan minum susu di kamusnya saat sarapan.

"Iya, cepet habisin!" balas asisten rumah tangganya itu.

"Udah selesai?" suara tak asing akhirnya menggema di ruang makan pagi itu. "Kita berangkat sekolah sekarang, bisa?" lanjutnya

"Papa gak mau makan dulu?" tanya anaknya.

Ayahnya menggeleng, "Gak, papa ada urusan mendadak di kantor. Papa bisa sarapan di kantor nanti."

Dia memutar bola matanya malas, "Oke, bro!" jawabnya.

Rachel Kadelyn, anak pertama dari sepasang suami istri. Dia tinggal bersama seorang Ayah dan seorang asisten rumah tangga, sejak kecil. Ibunya meninggal karena melahirkan dirinya, bahkan dia tidak pernah bertemu dengan Ibunya. Yang ia tahu, Ibunya adalah orang yang baik. Tak kurang Ayahnya bercerita tentang perempuan yang dia cintai sampai saat ini.

"Udah sampe," kata Ayahnya setelah sampai di depan gerbang sekolah.

"Thankyou bro," balasnya.

"Jangan nakal, ya! Papa capek cariin kamu sekolah terus. Jangan bikin masalah lagi!" tegas Ayahnya. Gadis kecil itu cukup bosan dengan kalimat yang sering di ucapkan Ayahnya.

"Don't worry, dad! Everything is gonna be okay. Trust me!" balasnya sambil mengangkat jempol. Ayahnya mengangguk mengerti.

***

Seorang perempuan paruh baya masuk ke kelas setelah bel masuk berbunyi.

"Selamat pagi, anak-anak. Siap untuk ulangan semester hari ini?"

Semua menjawab, "Siap!" dengan riang, tanpa beban. Biasa anak kecil.

Pengawas membagikan kertas soal, meletakkannya di setiap meja. "Kerjakan sendiri, ya! Usahakan untuk tidak menyontek!" pesannya. Dia mengangkat telepon setelah selesai membagikan kertas ulangan.

"Ibu akan segera kembali setelah urusan ibu selesai," katanya, kemudian keluar dari kelas.

Waktu terus berjalan, 30 menit telah berlalu. Tak butuh berjam-jam bagi seorang anak pintar dalam mengerjakan 60 soal. "Yes, selesai!" gumamnya gembira. Siapa lagi jika bukan Rachel. Tokoh utama dalam cerita ini.

"Siapa yang udah selesai?" Rachel mengangkat wajahnya, suara itu yang membuatnya sering naik darah.

Seorang anak laki-laki berdiri dari duduknya dan langsung berjalan ke arah meja Rachel. "Eh, anak pintar. Sini aku mau liat jawabannya," katanya, enteng.

"Enak aja. Kerjain sendiri, gak bisa? Makanya, kalo bodoh jangan di pelihara." jawab Rachel, meremehkan.

"Kamu berani bilang aku bodoh?" tanya anak laki-laki itu tak terima. Ruang kelas empat menjadi tak hening lagi.

"Itu fakta. Gak capek apa, aku bilang bodoh terus? Belajar dong!" jawab Rachel angkuh. Kertas ulangan Rachel ditarik olehnya. Nya yang dimaksud adalah laki-laki yang Rachel benci selama ini.

EL!Where stories live. Discover now