nightmare (35)

Mulai dari awal
                                    

Bagaikan tamu tak diundang.

Taehyung membuat dia benar-benar mati kali ini. "Karena kau aku kehilangan ibu dan adikku, MATILAH KAKAK AKU MEMBENCIMU!" sekali lagi senjata hitam teracungkan di depannya, tepat di dahinya. Tinggal menunggu tarikan pelatuk itu maka semua sudah usai. Dia menangis dengan sudut mata mengeluarkan cairan bening, degup jantung berdetak keras dan cepat.

"Selamat tinggal, hiduplah di neraka selamanya!"

DOORRR!

.

"TAEHYUNG!"

Seokjin terbangun ketika mimpi buruk terjadi pada dirinya. Dimana seluruh keringat di badannya keluar, bukan karena efek dia olahraga atau apa. Tapi mimpi buruk seperti menggantungkan kehidupannya, dia melihat bagaimana Hoseok masih terlelap tidur walau bermodalkan tikar semata. Dia yang tidur dengan kasur lipat saja tidak merasa nyaman dan akhirnya membutuhkan air untuk membasahi kerongkongannya.

Ponselnya berada di dekat meja saat tangan itu meraihnya, "pukul satu pagi. Astaga aku mimpi buruk, kenapa baru pertama kali aku seperti ini Tuhan?" Mendongak ke atas dan melihat langit kamar sederhana ini. Rasanya sangat gerah hingga dia memakai kaus oblong putihnya. Celana pendek menghiasi kakinya, dia tidak peduli dengan penampilan meskipun ini di desa tapi suhu udara bukan sebuah permainan menebak. "Aisshhhh... Mana habis lagi, sepertinya aku harus ke dapur." Sejujurnya dia merasa malas, tapi mau bagaimana lagi rasa serak di kerongkongan nya mengalahkan dirinya dari kemalasan ini. Kedua telapak kakinya merasa lantai dingin lembab.

Dia mengumpulkan nyawanya setelah bangun akibat mimpi buruk. Dia tersenyum picik ketika melihat bagaimana Hoseok terlalu lelap. "Kurasa dia harus cuti, aisshhh... Dasar dia bilang jangan ngorok tapi dia sendiri melakukan nya." Sedikit menendang kaki itu karena terasa sangat menyebalkan jika kaki itu menghalangi langkah kakinya untuk lewat. Dia juga menjulurkan lidah sebagai tanda ejekan, meski dia tersenyum sebagai tanda lucu. Rasanya sangat menyenangkan karena dia lupa akan ketakutannya mengenai mimpi buruk itu.

Langkah kaki itu tak terasa sudah sampai di dapur. Saat dia melihat seseorang juga ikut masuk ke dalam dapur dia menoleh ke arahnya dan melihat seseorang sedang mengambil camilan juga. Tak disangka pemuda itu juga menyapanya di tengah cahaya lampu tidak terlalu terang. "Oh ternyata kau Jin Hyung, aku kira siapa. Kenapa malam begini kau bangun?" Jungkook mengambil beberapa biskuit kelapa itu dari toples dan memasukkannya ke dalam kepalan tangan. Dia suka lapar kalau malam dan biasanya di kamarnya suka ada camilan tapi karena ini di tempat kakek makanya dia menerima apa adanya.

"Hahahaha iya karena sebenarnya aku haus dan mau minum teh? Aku akan buatkan juga. Kurasa kau butuh camilan tengah malam." Disodorkannya gelas di tangannya dan Jungkook hanya melihat air putih di balik kaca itu. "Tapi aku lihat kalau Jin Hyung tidak ikut minum juga. Aku rasa lebih baik aku makan saja hehehe...." Dia menjadi canggung. Mungkin karena dia tidak terlalu dekat, bukan berarti keduanya saling membenci. Jungkook juga tidak terganggu dengan kehadiran nya juga.

Dia duduk di kursi dapur dan mengunyah cookies rasa susu itu. Lumayan enak dan tidak begitu buruk di lidah. Seokjin rasa kantuknya tidak muncul dan membuat dia untuk duduk juga di dekatnya, dia mengambil biskuit yang sama dimakan oleh Jungkook. Hingga yang muda membantunya untuk mengambilnya. "Enak loh, aku juga suka." Dia mengangguk semangat, seperti kelinci yang pamer dua giginya yang manis dan membuat Seokjin terkekeh.

"Boleh, aku jadi penasaran bagaimana rasanya. Kebetulan makan camilan sendiri juga enak. Ngomong-ngomong bagaimana dengan Taehyung. Apakah dia tidur seperti babi yang bersuara hahahaha..." Jahat memang saat dia mengatakan hal itu, tapi bagi Jungkook hal itu lucu juga. Apalagi dia sendiri baru melihat bagaimana Taehyung tidur seperti anak kecil. Dia fikir dalam keadaan tidur saja dia nampak keren tapi ekspetasi tak seindah realita. "Cukup berantakan untuk satu orang seperti dirinya. Aku merasa punggungku ditendang kakinya. Tapi, aku tidak marah karena aku sudah terlanjur senang satu kamar dengan kakak.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang