epilogue

5.1K 485 83
                                    

Empat bulan kemudian.

Kau menjenguk Wonwoo ke rumah sakit dengan membawa sebuket bunga untuk kau pajang di nakas tempat tidurnya. Wonwoo masih koma, namun ia telah dipindahkan ke ruangan inap. Kau tak masalah jika ia memang tak ingin kembali ke dalam tubuh Wonwoo, karena selama ini kau selalu bertemu dengannya di dalam mimpi. Meski memang tidak setiap hari bertemu, tapi kau tetap menghargai setiap mimpimu.

Setelah diantar oleh Seokmin sampai di rumah sakit, kau tak sengaja melihat Heeyoung yang berdiri di depan pintu ruang rawat Wonwoo sembari membawa sekantung apel di tangannya. Ia terlihat ragu sampai sesaat ia memutuskan untuk pergi, kau memanggilnya.

"Heeyoung-ah!"

Ia menoleh ke arah belakang dan mendapatimu berdiri diujung lorong. Kau pun berjalan mendekatinya. Agak kesulitan karena perutmu yang sudah sangat besar. Seokmin bahkan sampai membantumu.

"Kenapa tidak jadi menjenguk Wonwoo?" Tanyamu.

Ini adalah interaksi pertama kalian setelah kau keluar dari pekerjaanmu. Wajar jika ia merasa canggung.

"Maafkan saya, Nyonya Jeon." Tunduknya.

Kau menghela napas sebelum memukul lengannya pelan.

"Aaughh! Kau masih menganggapku seperti itu? Sampai kapan huh?! Sampai aku mati, iya?!" Pekikmu.

Kau lantas meminta Seokmin untuk mendahuluimu ke kamar Wonwoo karena kau ingin berbicara dengan Heeyoung.

"Kau tak tahu ya, betapa aku merindukanmu? Aku tak bisa terlalu sering pergi ke kantor karena merasa tak nyaman dengan panggilan kalian. Tapi kau... sahabatku, bahkan tak memberiku pesan setelah aku pergi dari kantor? Aku memang sudah menjadi istri atasanmu, tapi apa aku bukan lagi sahabatmu? Kenapa kau jahat sekali padaku!" Kesalmu.

Heeyoung tak bisa berkata-kata. Ia hanya diam namun hidungnya mulai memerah diiringi dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Maafkan aku, (y/n)-ya. Huaaaa!"

Ia menangis dan memelukmu hangat. Akhirnya kau bisa mengutarakan apa yang kau rasakan. Kau merasa lega karena sepertinya Heeyoung akan kembali menjadi sahabatmu.

"Hiks... apa kita bukan lagi sahabat?" Tanyamu yang entah mengapa ikut menangis karena melihatnya menangis.

"Bukan begitu. Kita masih sahabat. Selamanya akan begitu. Maafkan aku yang juga ikut menjauhimu. Aku memang wanita paling bodoh. Maafkan aku ya, (y/n)?"

"Selamanya?"

"Iya, selamayanya." Balas Heeyoung.

"Huaaa! Youngie-yaa."

Setelah menangis bersama, kau mengajak Heeyoung untuk menjenguk Wonwoo. Ternyata di dalam sana sudah ada ayah dan ibu Wonwoo.

Heeyoung tentu saja merasa canggung, hingga kau meminta ijin kepada kedua orang tua Wonwoo yang ditemani Seokmin, untuk berkeliling rumah sakit bersama Heeyoung.

"Astaga! Ini pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Presdir. Rasanya jantungku mau copot." Ujar Heeyoung.

"Kau pikir kau saja yang begitu huh? Bagaimana denganku? Kau tahu, saat sebelum aku meninggalkan kantor, aku bertemu dengannya di ruang rapat sebagai sekretaris Kepala Divisi HRD. Tapi malam harinya, aku harus bertemu dengannya sebagai calon menantunya." Balasmu

Heeyoung terkekeh.

"Aku tak menyangka kau bisa menaklukan pria setingkat Jeon Wonwoo dalam waktu yang cukup singkat." Balasnya.

"Sebenarnya itu tidak singkat karena aku pernah bertemu dengan Wonwoo waktu kecil. Dia terobsesi padaku, maka dari itu begitu ia melihatku, ia langsung mengajakku untuk menikah." Ucapmu dibubuhi sedikit kebohongan.

Uncontrolled Lust [M] ✔Where stories live. Discover now