13 || Bahu Lingga

Start from the beginning
                                    

"Misi kak, Kakak yang bawa mobil berplat xxxx ini ?"

Tara langsung saja menengok ke bawah ke arah tablet yang tersambung dengan cctv parkiran dan melihat mobil warna merah miliknya ternyata menghalangi mobil lainnya.

Tau maksud pelayan, Tara pun langsung pergi meninggalkan pelayan itu tanpa menjawab apa-apa.

Pele yang melihatnya itu hanya mendengus, lalu menatap pelayan yang masih melihat ke arah Tara pergi.

Tampaknya pelayan wanita muda itu terpesona, karena sedari tadi begitu Tara memperlihatkan wajahnya dia langsung melihat tanpa kedip.

Pele langsung mendekat dan menepuk keras pundak pelayan itu sampai membuatnya tersentak dan langsung merona begitu melihat wajah Pele, sedangkan Pele melihatnya tidak berarti.

"Lo nganggur kan?, Bisa bilangin ke manajer tempat, Perdi Diandra Mahesa anak Frans udah Dateng"

Pelayan yang terpesona itu seketika membulatkan matanya kaget dan langsung saja ia  membungkuk dengan cepat.

"Baik pak saya akan segera beritahukan, dimohon bapak untuk menunggu. Mari saya antar ke ruangan yang sudah disiapkan"

"Gak usah, disini ajah ruang tertutup bikin sesak"

Pelayan itu kembali mengangguk patuh.

"Baik, kalau begitu. Dimohon tunggu"

Sebelum pergi pelayan itu sempat membisikkan sesuatu ke bartender yang ada di bar  yang saat ini Pele dan Oka tempati.

"Lo mau?"

Tawar Pele kepada Oka yang sedari tadi diam di pojokan. Oka melirik sebentar ke arah minuman yang tampaknya dibuatkan khusus oleh bartender dan beberapa menu dessert juga disediakan dengan banyak.

Oka menggeleng.

"Kayaknya Lo tamu penting"

Ujarnya karena melihat perlakuan yang langsung berbeda dari bartender setelah mendapatkan bisikan dari pelayan tadi, dan Oka juga menebak jika itu isinya tak lain adalah instruksi.

"Gak juga, Lo sendiri tumben?"

Oka tersenyum kecil, lalu dia menggeleng. Ketimbang dengan Tara Pele lebih baik, karena anak itu bukanlah seseorang yang mengusik seperti Tara.

"Gue lagi ngilangin stress"

"Ternyata anak sempurna kayak Lo,bisa stress juga ya"

Timpal Pele dengan bercanda, Oka hanya tersenyum sambil berpangku dagu. Lalu tangannya yang satu lagi dia gunakan untuk menggerak-gerakkan gelas yang berisi alkohol itu, menatapnya nanar.

"Gue juga manusia kali Pel"

Ucapnya pelan, dan bukan hal aneh jika Oka sering disebut sebagai manusia sempurna karena selain pintar, Oka juga seorang pianis muda berbakat dan langkanya walaupun ia berbakat dalam seni Oka juga pintar dalam bidang olahraga, bahkan saking bakatnya. Oka pernah meraih medali emas di Olimpiade Renang Solo dan mendapatkan juara pertama di ajang perlombaan piano di tahun yang sama. Oh dan jangan lupakan dia adalah pemegang sabuk hitam karate, dan merupakan siswa terbaik di jurusan IPA yang juga termasuk ke dalam juara kedua Siswa terpintar diangkatannya sesudah Zevan.

"Ya kita emang manusia Ka, yang hidupnya penuh  banyak dosa tapi, Lo tau sendiri. Jatuh karena kesalahan setelah buat keputusan itu, bukan salah orang lain. Kan Lo sendiri yang nentuin langkah macam apa yang Lo ambil sementara orang lain cuman mempengaruhi. Gue gak tau masalah apa yang Lo hadepin dan seberat apa. Tapi satu hal yang gue yakinin. Narkoba gak bakal bantu apa-apa"

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now