BAB 8

1.5K 132 1
                                    

Hampir pukul 11 malam Dita sampai di apartmennya dengan selamat. Diantar oleh Mr.J, supir Bara yang baru diketahui namanya oleh Dita. Laki-laki paruh baya yang katanya sudah mengabdi pada keluarga Bara lebih dari separuh umurnya. Laki-laki yang enggan menyebutkan namanya dan lebih suka dipanggil dengan sebutan Mr. J karena merasa menjadi keren dan misterius ketika dia dipanggil dengan nama itu.
 
"Thankyou Mr J, hati-hati dijalan ya," ucap Dita kali ini tulus.
 
Dita berpamitan, kemudian memasuki apartmentnya. Namun, langkahnya terpaksa terhenti ketika melihat Tian yang berdiri tepat di lobby apartment. Hendak mengabaikan namun Tian menghadangi jalannya.
 
"Kita perlu bicara," ucapnya..
 
Dan disinilah mereka, disebuah coffe shop tak jauh dari apartmentnya, menikmati 2 cup cappucino yang sudah mulai dingin. Keduanya terdiam tanpa ada yang bisa memulai pembicaraan seperti seseorang yang baru mengenal pertama kali.
 
"Aku minta maaf," ucap Tian
 
"Untuk?"
 
"Tidak sepantasnya aku berucap seperti itu."
 
Dita enggan memandang Tian dan memilih mengalihkan pandangannya ke arah luar jalan.
 
"It's okey."
 
"Dita please, aku hanya .... aku hanya sadar dengan tempatku, akan selalu ada batasan untuk kita ketika kita berhubungan dan aku hanya tidak mau melanggar batasan itu."
 
Dita terdiam namun untuk saat ini pandangan sepenuhnya jatuh kepada manik mata laki-laki dihadapannya. Mencoba menyalurkan kegusaran, namun justru Dita melihat kerapuhan di mata laki-laki itu.
 
"Kalau boleh aku sedikit bercerita, ayahku adalah orang kepercayaan Tn. Widaguna, kakek Tn. Evan! Dan aku sudah dididik oleh beliau sebagai pengabdi di keluarga Widaguna, sejak kecil itulah yang ditanamkan kepadaku, aku hanya -."
 
"Setidaknya kita bisa berteman."
 
Tian terdiam dalam kebisuan, pikirannya mengembara mencoba mencari-cari pengandaian yang akan terjadi. Bagaimana ketika dia melanggar sesuatu, mencoba mencari skenario-skenario yang membuatnya bisa menerima tawaran Dita, namun semua mengabur. Untuk saat ini Tian tidak bisa menawarkan apapun kepada Dita selain sebatas tuan dan abdi.
 
Melihat kebisuan Tian, Dita menyerah! Hendak berdiri mengakhiri perbincangan yang Dita sudah tau arahnya kemana.
 
"Kita coba, aku akan berusaha," janji tian
 
Mereka pulang tanpa menyentuh sedikitpun cappucino . Berjalan beriringan tanpa ada perbincangan. Dan Dita menyerah, setelah berpikir kuat, Dita merutuki dirinya sendiri yang menyalahkan Tian dalam hubungan mereka yang tidak jelas apa yang diperdebatkan. Mereka seperti mempermasalahkan sesuatu yang tidak nyata jelas adanya.
 
"Kak Tian sudah makan?" Dita mencoba mencarikan suasana, mengembalikan akalnya untuk mencoba menjadi teman yang baik bagi Tian.
 
"Belum."
 
Dita melihat Tian, mencondongkan sedikit badannya agar bisa melihat wajah laki-laki itu. Mendesak laki-laki itu untuk menjawab lebih.
 
"Belum makan, tapi nanti akan makan setelah sampai apartment, aku sudah menyiapkan makan malam buat kita."
 
"Yaah sayang, aku udah kenyang tadi udah makan." Tian ingin bertanya dengan siapa Dita makan? Apakah seorang laki-laki? Apakah laki-laki itu yang membuat Dita sering pulang malam? Namun urung, Tian tidak boleh menghancurkan hubungan baiknya dengan Dita yang sudah susah payah mereka rajut kembali.
 
"Nanti Kak Tian makan ya? Aku mau langsung istirahat" Dita tidak berbohong, saat ini dia hanya ingin mandi dan langsung istirahat. Melupakan sejenak masalah-masalah hidup, dan kasur adalah tempat ternyamannya untuk melepas penat, berharap esok dia akan terbangun dengan penuh semangat. Sia-sia sudah rencananya untuk lembur menyelesaikan tugas akhirnya ketika dua manusia bernama Bara dan Tian sukses membuatnya terjaga sampai malam.
 
"Tidurlah," ucap Tian ketika mereka sudah sampai di apartment.

"Selamat malam kak," ucap Dita yang dihadiahi Tian dengan usapan lembut di kepalanya.
 
Dita yang sebelumnya berniat mandi, urung ketika merasakan hawa dingin menusuk tubuhnya. Memilih untuk hanya membersihkan muka, sikat gigi dan sedikit mengelap badannya yang lengket dengan tissue basah yang selalu dia persiapkan di tasnya dan melemparkan dirinya kuat-kuat ke ranjang. Memainkan ponselnya sebentar sebelum beranjak tidur, Dita teringat ketika dia harus memaksa bara membawakan oleh-oleh untuknya. Memulai mengetik pesan untuk dikirimkan ke Bara, laki-laki itu harus pulang membawa oleh-oleh untuknya.
 
Me :
Jangan lupa pesanan oleh-olehku :
-          Gudeg besek
-          Keripik balado
 
Sent..

HOODIE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang