12 || Radio Mobil Bara

Depuis le début
                                    

Wanita itu kembali lagi tertawa ,dan langsung berubah menjadi raut sedih begitu Iky kembali memunggunginya. Membuatnya bisa melihat jelas tato bergambar sayap hitam sangat besar di punggung Iky, yang mana diantara lukisan tato itu juga terdapat banyak memar yang tersamar ikut menghiasi punggung Iky.

"Mba Iky kan udah pernah Bilang, kalo aku itu kuat. Badai sekencang apapun gak akan bisa goyahin aku,," Ucap Iky menenangkan, saat dia tidak mendengar tawa orang yang telah mengasuhnya itu sejak kecil.

Tapi wanita yang dipanggil Mbak itu malah menutup kedua matanya, ia tak kuat lagi menahan.

Iky yang selepas memakai baju seragamnya berbalik. Panik sekali begitu mendapati lagi-lagi dia telah membuat menangis wanita hebatnya.

"Tuh kan, pasti gini nih. Kan udah dibilang jangan terlalu dipikirin mbak." Ucap Iky sambil membuka tangan yang menutupi mata sembab mbaknya itu dan segera menghapusnya.

"Gimana gak bisa berhenti mikirin, kalo tiap kali liat kamu masih dipukulin. Pokoknya kalo mbak udah kekumpul uang, kamu gak usah tinggal disini lagi, nanti mba cariin tempat."

Iky menarik kedua sudut bibirnya, ia tersenyum tulus menghargai niat mbaknya.

"Mana bisa, masa mbak tega Iky tidur sendiri kan Mbak tau Iky paling gak bisa tidur kalo gak ada orang disamping Iky. Lagipula Iky gak mau pergi kalo mbak juga gak pergi."

"Denger Iky. Ada atau enggak mbak. Iky harus tetep keluar dari tempat ini." Ucapnya sambil menangkup wajah Iky sayang.

Iky menggeleng-geleng,menolak "Gak mau. Pokoknya Iky keluar Mbak juga harus keluar."

*****

Siang harinya saat istirahat kedua, karena waktunya yang lebih lama dari jam istirahat pertama.

Membuat Saga yang biasanya selalu pergi ke tempat biasa untuk merokok, kini malah sudah duduk anteng di atas karpet piknik milik Genta.

Sama halnya juga dengan yang lainnya yang biasa sendiri-sendiri menghabiskan waktu istirahatnya. Kini sudah duduk melingkar.

Entah ide dari mana asalnya, tapi yang pasti saat semenjak melihat Lingga yang selalu membawa kotak bekal dan memakannya sendiri. Membuat keempat lainnya kompak ikut membawa kotak bekal. Tak kecuali Iky yang hanya membawa sebungkus nasi tanpa lauk.

"Nah kan kebiasaan, Lo makin lama di enakin jadi ngelunjak ya!"

Omel Erlang begitu tangan Iky sudah mencomot nugget ayam miliknya tanpa izin.

"Bagi lah Tan, masa Lo tega biarin gue makan nasi doang. Entar kalo kurang gizi gimana?" Ucap Iky dengan raut sesedih mungkin, tapi tetap menyuapkan nugget itu ke mulutnya.

"Gak kasian gue, Ky- Sumpah!!"

Lingga yang mendengar itu. Langsung saja melirik ke kotak bekalnya yang isinya ada sayur capcay dengan udang.

Dan tanpa pikir panjang Lingga membagi dua semuanya, menaruhnya tepat di kertas nasi milik Iky.

Erlang mendadak merasa jahat, Iky tertawa haru, Genta melihat iri padahal kotak bekalnya paling banyak isinya diantara yang lain.

"Lingga tukeran yuk gue mau udangnya, Lingga ntar dikasih sayur. Gimana ? tawaran yang menguntungkan bukan?"

Lingga yang baik hati tentu saja setuju, tapi keburu disela oleh Erlang.

"Mata lu, itu buntung namanya!"

Saga yang dari banyak diam, langsung saja memberikan steak daging sapinya yang telah dia potong ke dalam kotak bekal bekas margarin punya Genta itu.

"Wohh, ini buat gue?"

Tanya Genta tak percaya sekaligus senang secara bersamaan, maklum sudah sebulan lamanya ia libur makan daging sapi.

Erlang lagi-lagi merasa jahat, kalo Iky malah sedang khusyuk-khusyuknya memakan lauk sumbangan Lingga dengan nasinya, jadi dia tidak akan berkomentar apapun.

Saga mengangguk-angguk , lalu juga menaruh potongan lainnya ke kotak bekal Lingga.

"Biar ada gizinya."

"Makasih."

"Saga gue gak dikasih?"

Iky yang sedang sibuk mengunyah, begitu melihat Lingga juga dikasih langsung menatap penuh harap Saga.

Saga kembali memberikan dagingnya ke pada temannya itu, dan begitu dia menyodorkan potongan lainnya ke arah Erlang. Anak itu menolaknya.

"Gak usah, udah kenyang gue, liat si Iky makan. Nih sekalian Lo abisin punya gue juga."

Titahnya sambil menyodorkan sisa makannya kepada Iky, yang tentunya disambut dengan senang hati.

Tapi tak lama Iky langsung meringis saat punggungnya terkena dorongan pintu.

"Loh kalian pada ngapain makan di lab? udah jam masuk ini! Cepetan habisinnya saya mau pake labnya buat praktek." Ucapan seorang guru Kimia di luar pintu membuat mereka semua seketika berhenti dan menghadap ke arah pintu.

Dan lagi ternyata di dibelakangnya juga sudah ada murid-murid yang lain mencuri-curi lihat.

Mana, pas depan pintu masuk.

******


Tara dan Pele yang datang telat, langsung menatap tanya begitu kelasnya tak kunjung masuk dan malah menunggu di koridor.

"Wi, Napa Lo gk masuk?"

Tanya Tara kepada Dewi salah satu temannya sekelasnya itu.

"Ada orang lagi hajat Tar."

Bukan Dewi, melainkan Farhan yang menjawab dari arah belakang pemuda itu ikut nimbrung.

"Lah kawinan siapa?"

"Ih orang lagi ada yang makan-makan, mana si Pak Herman ikutan lagi kan makin lama"

Kali ini Dewilah yang menjawab.

Pele dan Tara menatap wajah satu sama lain dan tak lama tersenyum penuh arti.

"Nah kalo gitu, cabut ajah."

"Nah iya, mending ngadem di kantin."

Dewi menggeleng kepala, sementara Farhan tertawa kecil.

"Oh iya, ngomong-ngomong emang mahluk belahan mana yang lagi ngadain piknik di lab itu?" Tanya Tara sambil tersenyum setengah geli.

"Itu Kak Erlang sama anggota klubnya." jawab Dewi.

Pele yang tadinya sudah berjalan langsung mundur kembali.

Dan tersenyum lebar, berbeda dengan Tara yang malah memasang wajah masam begitu mendengar jawabannya.


23 Juli 2022

Rumah Untuk Lingga (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant