Chapter XIV : Ucapan Terima Kasih

8 3 0
                                    

Sepulang sekolah, Adit mengajak Adisa ke sebuah taman yang benar-benar belum pernah Adisa kunjungi. Membuat gadis itu terbelalak kagum ketika sampai di taman itu. Dengan alasan sebagai ucapan terima kasih karena gadis itu menungguinya selesai bermain futsal.

Sesampainya di taman itu, Adisa takjub melihat betapa ramainya taman itu. Namun, bukan pemandangan taman itu yang membuat Adisa kagum, tapi para pedagang kaki lima yang berjejer memenuhi taman. Karena taman ini baru-baru terbentuk sehingga mengundang banyak pedagang dan masyarakat sekitar untuk berkunjung ke sana.

Adit mengajak Adisa berkeliling, sambil mencoba beberapa jajanan yang dijual pedagang kaki lima di sana. Setelahnya Adisa meminta Adit membelikannya gulali untuk ia bawa pulang. Bukan hanya satu, tapi Adit membelikannya empat gulali berbagai warna.

Adisa awalnya menolak, tapi kata Adit supaya kelurga Adisa juga dapet, jadi beli empat sekalian.

Adisa mengiyakan saja, toh Adit yang maksa bukan dia yang minta dibeliin gulali sekeluarga.

Di saat keduanya sibuk menunggu pesanan gulali, Adit mencuri kesempatan untuk membeli bunga mawar yang terbentuk dari daun jagung di ujung sana.

Ia meninggalkan Adisa yang memperhatikan gulali itu dibuat. Saking fokusnya, ia tidak menyadari Adit yang sudah berada di ujung sana membeli bunga itu.

Sekembalinya Adit, Adisa masih tak mengalihkan pandangan dari mesin pembuat gulali itu. Membuat Adit bernapas lega dan segera menyembunyikan bunga itu di saku jaketnya yang lumayan besar. Mirip kantong doraemon kalo kata Adisa tadi.

Setelah mendapatkan gulalinya, Adisa kembali mengajak Adit berjalan-jalan. Namun, Adit sudah punya rencana lain. Ia mengajak Adisa ke sisi taman yang rimbun dengan tanaman bambu.

Di sana ada rumah ibadah yang sudah lama tidak terpakai. Entah rumah ibadah agama apa, karena Adit tak tahu jelas. Tapi bukan rumah itu tujuan Adit. Tujuannya adalah duduk santai di undakan mirip tempat duduk di depan rumah ibadah itu.

Undakan itu terbuat dari batu yang mirip bentuknya dengan yang biasa terdapat di kolam-kolam ikan. Dengan bentuk setiap ujung undakan seperti bagian dalam bambu yang baru dipotong.

"Dit, kenapa ke sini?" tanya Adisa melihat sekitarnya tidak seramai di tempat tadi. Adit tak menjawab, ia terus melangkah.

"Heh jangan macem-macem ya kamu!" ancam Adisa membuat Adit terkekeh saja tanpa menanggapi lebih lanjut.

"Tuh kan tuh kan! Aku mau pulang," rengek Adisa sembari berbalik ingin meninggalkan Adit. Namun, Adit segera menarik lengannya membuat Adisa hampir terhuyung ke belakang jika saja Adit tak segera meraih pinggang Adisa.

Adit segera melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu, takut khilaf. Dan juga tak ingin terjebak ala-ala sinetron pasaran yang dikit-dikit saling tatapan lama.

Berbeda dengan Adisa yang merasakan pipinya memanas. Membuat gadis itu segera mengalihkan wajahnya dari radius pandangan Adit.

"Makanya jangan ngeyel," sindir Adit membuat Adisa hanya mencibir dan kembali berdiri tegak.

Adit kembali berjalan menuju undakan itu, diekori Adisa yang kali ini menjaga jarak dari Adit karena merasakan jantungnya cukup berdetak gila.

Sampai akhirnya keduanya pun duduk, dengan Adit yang mengeluarkan bungkusan makanan yang tadi mereka beli di sana. Mereka menyantapnya dalam diam.

Beberapa menit kemudian, keduanya selesai bersantap. Adisa memandangi gulalinya membuat ia jadi ngiler ingin membukanya sekarang. Adit yang melihat itu terkekeh pelan, lantas meraih gulali dan membukanya untuk Adisa.

Adisa mengernyit heran, dengan mulut yang iya-iya saja menerima suapan gulali dari Adit.

"Udah makan aja, entar kita beli lagi." Adisa tersenyum menanggapi. Membuat Adit ikut tersenyum samar.

Adisa mengambil alih gulali di tangan Adit. Memilih menyuapi gulalinya sendiri membuat Adit menggeleng pelan memandanginya.

Sampai Adit teringat sesuatu. Ia menatap Adisa yang sibuk mengunyah gulalinya. Dengan tangan kanannya menyembunyikan bunga buatan itu di balik punggungnya.

Adit memejamkan mata sejenak, membukanya kemudian mengembuskan napas pelan. Entah mengapa ia tiba-tiba merasa grogi.

Ia berdeham membuat Adisa menoleh ke arahnya. "Kenapa Dit?" tanya Adisa sambil memasukkan gula kapas itu ke dalam mulutnya.

Adit tersenyum penuh arti, kali ini Adisa yang menatap itu jadi mengernyit tak paham.

"Dis," panggil Adit yang mendapat gumaman dari Adisa.

"Kalo kamu pacaran gimana?" tanya Adit membuat Adisa tak lagi memakani gula kapasnya.

"Gimana mau pacaran, Dit, kalo gak ada calonnya," kekeh Adisa seraya kembali memasukkan gula kapas itu ke dalam mulutnya.

"Kalo kamu udah ada calon pasti mau kan?" tanya Adit dan seperti dugaannya Adisa mengangguk.

"Kalo calonnya ganteng kayak saya gimana? Mau?" tanya Adit lagi, kali ini Adisa mengangguk cepat.

"Kalo begitu, kamu mau sama saya dong?" Adisa mengangguk lagi tanpa mencermati kalimat Adit. Membuat ia seketika membeku, menyadari anggukannya tadi.

Adit tertawa melihat ekspresi Adisa. Sementara gadis itu menatapnya sinis karena ia pikir Adit mengerjainya. Namun, sedetik kemudian malah tersenyum senang karena Adit menyodorkan bunga buatan itu di hadapannya.

"Kamu nembak aku?" tanya Adisa tak percaya.

"Kalo saya nembak kamu, kamu bakalan mati Adisaaa" jawab Adit membuat Adisa seketika cemberut. "Tapi saya itu menyatakan perasaan saya ke kamu," lanjutnya membuat wajah gadis itu merekah dengan senyum manisnya menatap Adit.

Adit tertawa lebar melihat Adisa yang sudah salah tingkah melupakan gulalinya.

Tanpa berlama-lama lagi, Adit menjulurkan tangannya dengan Adisa yang menyambutnya.

"Ingat ya, sekarang tanggal 12 April 2016. Tahun besok saat kita anniversary, kamu harus janji kalo kita bakal selalu sama-sama." Adisa mengangkat kelingkingnya, "janji?"

Adit mengangguk, kemudian mengangkat kelingkingnya. Setelahnya menyatukannya dengan kelingking Adisa.

Keduanya tertawa menyadari tingkah konyolnya. Selanjutnya keduanya berdiri dengan tangan saling menggenggam.

Beberapa saat saling pandang sambil melempar senyum. Kemudian mulai melangkah riang kembali melanjutkan acara jalan-jalannya.

Kamu tahu, Dit? Hari itu aku tak percaya jika aku ternyata mendapatkan hatimu. Mendapatkan cintamu. Dan mendapatkan segala hal tentangmu.
Adit, hari itu aku sangat bahagia hingga pulangnya aku pergi ke gereja dan bersyukur atas segalanya.

.

.

.

.

.

● Diikutsertakan dalam #challangenovelet45hari yang diadakan oleh KomunitasCIA

 Sang Masa Lalu [END]Where stories live. Discover now