Chapter IV : Bolos

17 5 3
                                    

Hari ini mungkin menjadi hari kesialan bagi Adisa sekali lagi. Karena hari ini ia telat lagi dan dihukum membersihkan sampah dedaunan di taman belakang sekolah. Namun, Adisa tak sendiri, melainkan bersama kembali dengan Adit yang memang hari-harinya selalu telat jika ke sekolah.

"Kamu tiap hari telat ya, Dit?" tanya Adisa di sela-sela ia memasukkan daun kering ke tong sampah.

Adit menoleh, "ya begitulah. Kenapa?" tanyanya balik. "Mau ikutan?" lanjutnya membuat Adisa mendecih. Dan Adit tertawa menanggapi.

"Eh ini tong sampahnya udah penuh, mau dibuang ke mana?" Adisa mengernyit melihat Adit yang sudah tak memunguti dedaunan.

"Adit mau ke mana?" Adit menyampirkan tasnya di pundak kanan. "Saya mau bolos, ikut?" jawabnya sekaligus menawarkan.

Adisa yang mendengarnya menggeleng pelan, tapi kemudian berpikir. Sedangkan Adit sudah melangkah meninggalkannya.

Karena terpikir akan membersihkan dedaunan ini sendirian, Adisa menghela napas sejenak kemudian mengambil tasnya dan mengejar Adit yang mulai jauh.

"ADIIIIIIT!"

Hosh ... hosh ....

Adit berhenti, membalikkan tubuhnya menghadap Adisa yang membungkuk sambil memegangi lututnya. "Ikut bolos?" tanya Adit membuat Adisa mendongak kemudian mengangguk.

Adit terkekeh, "ya udah ayo!" ajaknya seraya menarik tangan Adisa dan mulai melangkah. Adisa hanya bisa terseret pasrah mengikuti ke mana Adit akan membawanya bolos.

***

"Dit, ini tempat apa?" tanya Adisa setelah turun dari boncengan sepeda milik Adit.

"Kamu bakal tau nanti Dis kalo udah masuk. Ya udah ayo masuk!" Adit sudah melangkah masuk diekori Adisa di belakangnya.

"Assalamualaikum *Inak." Adit berteriak sembari terus melangkah mencari seseorang.

Note: *Inak = sebutan ibu dalam bahasa Sasak (Lombok).


"Kak Adit!" Sebuah suara menghentikan langkah Adit dan menoleh ke arah suara, begitupun dengan Adisa.

"Hei, mana Inak?" tanya Adit pada gadis kecil yang baru saja memanggilnya.

"Di dapur, Kak." jawabnya sembari berlari kecil hendak menunjukkan di mana orang yang dipanggil Inak itu berada.

"INAAAAAK KAK ADIT DATENG NIH!" teriak gadis itu saat memasuki pintu dapur.

"Ya?" Wanita dengan ciput di kepalanya menghampiri gadis kecil itu yang sudah duduk di balik meja panjang.

"Eh?!" kejutnya melihat siapa yang duduk bersama dengan gadis kecil itu. "Adit kan?" Adit mengangguk sambil menunjukkan senyum tulusnya, kemudian berdiri.

"Ya Allah ... kamu kok tumben ke sini? Inak udah kangen banget loh!" ujar wanita itu sudah memeluk Adit penuh haru. Adit dengan santai membalas pelukan wanita yang dipanggil Inak itu.

"Ekhem." Adisa berdehem, merasa hanya menjadi pot hidup.

"Eh iya, Inak ini kenalin Adisa temen Adit di sekolah," kata Adit memperkenalkan Adisa. Adisa hanya mengangguk menganggapi sembari tersenyum canggung. Beda dengan Inak yang malah antusias mendekat ke arah Adisa dan memeluknya hangat.

"Aaa Inak masak apa?" tanya Adit mengalihkan perhatian Inak untuk melepas pelukannya dari Adisa, karena melihat Adisa seperti tidak nyaman.

Inak berjalan ke arah kompor, kembali mengaduk masakan yang dirasa sudah siap untuk diangkat. "Sebentar ya."

 Sang Masa Lalu [END]Where stories live. Discover now