•6

903 243 27
                                    

|Why We Should Break Up|

***

Siapa sangka saat sampai di MOBB Lisa justru berakhir seorang diri. Rose ditarik entah kemana oleh June, kekasihnya. Sedangkan Yena, perempuan bertubuh mungil itu izin kekamar mandi tapi sampai lima belas menit pun dirinya belum juga kembali.

Meninggalkan Lalisa terduduk sendiri di counter bar cafe MOBB. Beruntungnya barista kali ini adalah Bobby, salah satu pemilik MOBB yang dengan senang hati melayani pesanan Lisa dan kawan-kawannya yang saat ini tak tau dimana.

"Nih, Caramel machiato with less ice less sugar, Strawberry latte more ice and the last Americano." Ucap Bobby menyodorkan ketiga pesanan Lisa.

Lisa tersenyum, "Thank's Bob, sering-sering kayak gini ya. Hehe... Oh iya, congrats ya. Bisa juga naklukin si kelinci yang suka lompat kesana-kemari."

"For your information, namanya Naya ya Lis. Yang boleh bilang dia bunny itu cuman gue." Kata Bobby. Lisa ingin sekali mengeluarkan tampang muntahnya, tapi dirinya sadar diri. Bobby sudah berbaik hati memberi gratisan untuknya dan kawan-kawannya hari ini.

Baru saja Lisa ingin menyesap americano miliknya, Yena datang dari arah yang tak disangka-sangka. Mengguncang lengan kanannya hingga membuat kopi yang akan ia minum tumpah sebagian dari gelasnya.

"Lis, sumpah..." Yena berhenti saat menyadari apa yang telah ia perbuat, "Oops... Maaf! Tapi seriusan deh, lo harus ke lantai dua. Damian ada disana."

Lisa mengernyit heran mendengar pengakuan Yena. Pasalnya chat Damian pun belum dibalas sedari kemarin. Damian yang menjanjikan akan menjemputnya siang ini pun ingkar dan tak ada kabar sama sekali saat Lisa menghubunginya siang tadi.

Dan tiba-tiba saja, Yena datang entah darimana membawa kabar bahwa Damian ada dilantai dua MOBB. Kebetulan macam apa ini.

"Jangan bercanda Yen. Mood gue jelek siang ini dan gue mau perbaikin ini mood dengan cara main bareng kalian."

"Sumpah ya Lis. Lo cek sendiri keatas, gue lihat ada Jeffrey juga sama dua cowok lagi kayaknya sih anak baseball. Tapi mana gue tau lah." Jelas Yena panjang lebar.

Segera Lisa menaruh gelas kopi miliknya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Menggeser layar dan menekan satu nama yang sedari tadi menjadi topik utama pembicaraan mereka.

Terdengar bunyi nada dering tanda panggilan yang Lisa buat telah tersambung. Namun, detik berikutnya terdengar bunyi operator yang mengatakan bahwa panggilan terputus.

Yena yang melihatnya nampak gemas sendiri. Sedangkan Bobby, laki-laki tersebut kini lebih memilih mengalihkan atensinya pada gelas-gelas di balik counter bar miliknya. Nampak tak ingin ikut campur untuk urusan kali ini. Meski Bobby mengenal Lisa dan sudah ia anggap seperti teman dekatnya.

Lisa beranjak dari tempat duduknya. Kali ini bergegas pergi kelantai dua seperti saran dari sahabatnya. Sedangkan Yena, mengekor di belakang Lisa. Ponsel Lisa tetap tersambung kenomor tujuan awal, meskipun mati berulangkali Lisa tetap menghubunginya lagi. Entah kenapa perasaannya bercampur aduk saat ini. Kesal, bingung, kecewa bahkan marah. Kenapa Damian terkesan seperti mempermainkan perasaannya seenaknya.

**

Di lain sisi, Damian menghembuskan nafasnya keras-keras sebelum melemparkan bola basket dalam genggamannya menuju ring basket dihadapannya. Pandangannya tertuju pada satu titik didepan sana. Damian yakin tembakannya kali ini tak akan meleset dan sekali ia melemparkan bola basket dalam genggamannya. Bisa ia yakini skor sempurna akan tercetak pada papan skor digital yang tergantung di dinding sebelah kanan Damian.

✔ Why - We Should Break Up (?)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant