“Heh manusia setengah lemper, suka sembarangan kalo ngomong. Tampan rupawan begini dibilang kolor ijo.” Ujar Aksa seraya mengetuk kepala Lukman menggunakan kipas kain milik Netta.

“Lagian Si Netta pergi sama cowoknya, kenapa lo yang ribet?” imbuh Aksa.

“Bukan ribet, tapi kita itu lagi ada misi jauhin Si Netta dari jangkauan buaya buntung kayak lo. Udah cukup ya temen gue disakitin mulu.” Sahut Sania.

“Ya elah, yang harusnya diwaspadain itu manusia yang satu ini. Dia mah sengaja dilembek-lembekin biar bebas deketin cewek. Modus itu modus.” Ujar Aksa seraya menepuk-nepuk punggung Lukman.

Sontak Lukman langsung bereaksi tidak suka. “Heh tolong jaga ya itu tangan. Bukan muhrim tau gak?” ujarnya seraya menghempaskan tangan Aksa.

Mendapat respon seperti itu membuat Aksa menggelengkan kepala. “Lagu-laguan lo, namanya aja Lukman tapi kelakuan kayak siluman. Astaghfirullah akhir zaman.” Aksara mengelus dadanya.

“Kalian gak pesen makanan?” tanya Netta menghentikan perdebatan antara temannya dengan Aksa yang sama-sama tidak mau mengalah.

“Pesen, San.” Ujar Lukman kepada Sania.

“Kok gue? Lo aja, sana cepet.”

Lukman mengedarkan matanya melihat situasi kantin yang cukup penuh, “iyuh, gak mau ah desek-desekan, ntar keringetan lagi gue.”

Mendengar itu membuat Aksa kembali mencibir. “Makin hari makin jadi aja lo Lukman-Lukman.”

“Diem ya, gue gak ngomong sama lo.” Delik Lukman membuat Aksa mendecih tidak suka.

“Gini nih kalo nutrijel dikasih nyawa.” Gumam Aksa yang mampu di dengar oleh yang lainnya.

“Aksara.” Tegur Netta tidak suka.

Aksa menatap Netta. “Emang bener kan? Buktinya dia jadi lembek begini. Harusnya laki itu otot kawat tulang besi, bukannya otot sekarat tulang jeli.”

Aksara dengan mulut rumpinya memang cocok kalau disandingkan dengan Lukman. Membuat suasana menjadi ramai.

Netta menggelengkan kepalanya. “Udah kalian pesen aja cepet, biar Aksa yang bayar.” Ujarnya kepada Sania dan Lukman.

“Dih, sembarangan.” Sahut Aksa.

“Udah sih, Sa. Sekali-kali lo traktir kita jangan cewek lo doang.” Ujar Sania yang disetujui oleh Lukman.

“Bener-bener gak tau diri.” Ujar Aksa seraya menggelengkan kepala. Tadi saja mereka menyuruh Netta untuk menjauhinya.

Tanpa mendengar ucapan Aksa akhirnya mereka berdua pergi ke stand makanan.

“Uang bulanan gue sisa dua ratus ribu lagi, Netta. Astaga.”

“Bentar lagi juga di transfer.” Sahut Netta dengan santainya.

“Aduh udah deh, lemah gue sama lo.” Ujar Aksa seraya mengangkat kedua tangannya. Sedangkan Netta hanya tersenyum, melihat itu berhasil membuat Aksa melebarkan senyumnya.

Lagi-lagi dia jatuh cinta kepada orang yang sama.

******

DIA AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang