9 || France Angelfish

Start from the beginning
                                    

Saat di dalam perjalanan Bara melihat ke arah belakang lewat kaca depan, memastikan Lingga disana.

Dia tersenyum begitu melihat Lingga tertidur dengan posisi badan yang meringkuk ke samping.

Setelah kejadian kotak bekal, Bara merubah pandangannya terhadap Lingga dan sedikit demi sedikit dia ingin menerima Lingga walaupun dia juga tidak bisa terlalu banyak berinteraksi karena waktu Bara yang benar-benar sibuk dan juga Lingga yang masih sulit didekati jadi Bara memutuskan untuk pelan-pelan saja, dan begitu mendapati suruhan Mamahnya Bara bersyukur, karena dengan begini dia bisa punya waktu untuk Lingga, begitupun dengan Tara yang Bara harap juga memiliki pemikiran yang sama.

Memikirkan Tara, Bara pun memutarkan pandangannya ke arah samping, dan Bara langsung menatap geli pada adiknya.

Ketika ia melihat Tara yang biasanya selalu dipuji karena penampilannya, kini tertidur dengan posisi yang lain dari yang lain.

Lihat saja posisi tidurnya yang berantakan tidak ada rapih-rapihnya itu, Kaos Channel yang katanya mahal seharga motor sudah tersingkap sampai memperlihatkan perut, kemudian dapat ia lihat juga salah satu tangan adiknya masuk ke dalam boxer bermotif zebra , yang entah di mana-mananya pastinya tangan itu berasa, karena yang pasti Bara sendiri juga sudah bergidik jijik duluan memikirkannya. Lalu juga ditambah posisi kepala Tara ke arah samping dengan mulut yang terbuka lebar, membuatnya dapat membuat pulau walau hanya berbekal air liur.

Melihat itu membuat Bara berkeinginan untuk mencuci mobilnya segera setelah selesai pergi dari pasar.

Sesampainya di pasar, Bara dan Tara langsung ternganga. Ketika disuguhkan dengan suasana yang amat ramai di Pasar Perikanan yang memiliki satu jam tempuh dari rumahnya, ternyata kondisinya penuh sesak dengan berbagai macam manusia apalagi begitu melihat beceknya tanah disana, membuat keduanya bergidik ngeri. Bara juga tidak pernah menyangka akan separah ini.

"Gue gak mau, Lo ajah yang beli Bar!" Kata Tara tiba-tiba, memecah keheningan, yang dibalas cepat tatapan tidak setuju dari Bara.

"Enak ajah! gak bisa begitu dong, pokoknya Lo juga kudu ikut biar adil!"

"Lo gak liat sendal gue hah?!"

Tara menunjukkan sendal putihnya yang bermerek havavians pada Bara. Bara pun melirik ke bawah sebentar sebelum akhirnya kembali menatap Tara.

"Ya terus?" Balasnya, merasa tidak ada yang aneh.

Tapi Tara langsung meresponnya dengan begitu berlebihan, tampaknya Bara tidak mengerti. mulutnya terbuka lebar secara dramatis seolah-oleh tak percaya dengan apa yang telah Bara katakan.

Ia kemudian memekik heboh "Dua juta Bar!! Dan Lo nyuruh gue nginjek lumpur dengan sendal gue yang mahal ini?"

"Ya kan emang gitu fungsinya kan?"

Tara menggeleng "Gak-gak, pokoknya gue gak bakal mau. Pokoknya Lo ajah yang beli titik!"

Melihat perdebatan yang tak ada habisnya, Lingga yang dari tadi hanya diam, mendekati Bara dan Tara.

"Kak biar Lingga ajah yang belim" Tawar Lingga yang membuat keduanya kompak berhenti dan sama-sama menatap ke arah Lingga tapi dengan tatapan dan respon yang berbeda.

"Gak usah sok-sokan deh Lo!" Timpal Tara yang menatap sinis ke arah Lingga.

Membuat Lingga refleks memundurkan diri memberi jarak pada Tara yang terlihat tampak begitu sebal dengannya.

"Tara! Apaan sih Lo!" Tiba-tiba saja Bara menariknya membawa Lingga pada balik punggungnya yang lebar, menyembunyikan tubuh kurus itu dari hunusan tajam tatapan Tara.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now