XXIV. Snare

250 35 128
                                    

Yuk bisa yuk Votenya, pencet ya bintangnya biar aku semangat lanjutinnya.

Btw, TACENDA sebentar lagi tamat 💜

Saat ini, bahkan dia sendiri tidak yakin akan siapa dan bagaimana bisa dia kembali percaya akan seseorang yang kembali menempati hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat ini, bahkan dia sendiri tidak yakin akan siapa dan bagaimana bisa dia kembali percaya akan seseorang yang kembali menempati hidupnya.
Setiap yang singgah, selalu berusaha menutupi sebuah rahasia dibalik topengnya.

Jimin memandang lurus jauh ke arah sebuah kawah dengan lambaian kobaran api menggila yang menari-nari di atas tumpukan lelehan lava pijar merah menyala nan pekat yang menggenang memenuhi beberapa kawah di sekelilingnya. Kedua manik matanya sesekali bergerak tak menentu merasakan getaran berupa sakit penuh pilu yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Padahal dia hanya merasakan panas yang mengganggu kinerja tubuhnya, tapi entah kenapa ada sakit di titip lain dalam hatinya yang dia bahkan tidak ketahui apa penyebab pastinya.

Terdapat seorang gadis jelita memakai pakaian hitam menjuntai nan anggun sedang berdiri menghadap ke arahnya dari kejauhan. Seringai dan tatapan matanya yang tajam terlihat penuh akan intimidasi dan ambisi yang menggebu. Dia yakin dengan jelas, wanita ini bukan wanita sembarangan. Bagaimana bisa ada orang yang mampu hidup dalam kondisi mengenaskan seperti ini. Bahkan Jimin sendiri merasa oksigen disekelilingnya menipis tertutup oleh kabut pekat dari uap panas disekelilingnya.

Gadis itu jauh, tapi dia bisa melihat dengan jelas apa yang dia lakukan disana.

Hendak melangkah untuk sekedar memastikan, tetapi gadis dengan gaun hitam itu sudah melangkah lebih dahulu menyeret sesuatu yang tidak dia ketahui dalam jarak sejauh itu. Tapi bisa Jimin pastikan dengan keyakinan diri, bahwa yang gadis itu bawa berupa jasad seorang manusia "Berhenti, jangan coba-coba kau kembali melangkahkan kakimu. Atau seluruh api dan lava disekitarmu akan membakar hangus tubuhmu" katanya dengan suara nan lantang dari kejauhan, terdengar seperti ancaman dan peringatan yang sama sekali tidak bisa untuk dielak oleh Jimin yang langsung bergeming, terpatri pada posisi semula.

"Apa maksudmu, siapa dirimu? Dan... Siapa yang kau sedang bawa didalam genggaman tanganmu itu? Jangan bertindak macam-macam"
Jimin kembali mengedarkan pandangannya, memastikan hal yang sungguh menakutkan untuk menjadi realita ditangkap oleh akalnya.

Tapi gadis itu malah memberikan senyumannya pada Jimin, lebih ke arah senyum remeh. Melempar sesuatu yang sejak tadi gadis itu seret tepat di hadapan Jimin. Sesosok tubuh kecil nan rapuh dengan banyak lebam disekujur tubuhnya langsung menubruk sepatu hitam yang Jimin pakai saat itu juga.

Pemandangan yang dia terima di depannya membuat dirinya, bahkan dunianya hancur secara cepat tanpa ampun. Melebur bersamaan dengan cairan bening yang tumpah begitu saja dari kedua netra kembarnya.

"Menghabisi penghalang yang bisa saja mengancam kebahagiaanku memanglah hal yang menyenangkan" gadis itu mendekat, mengusap lembut pipi kanan Jimin. Menghapus jejak air mata yang tertinggal dan masih basah disana "inikah yang kau mau? Lihatlah, ini yang akan kau dapatkan jika menolak takdir yang sudah digariskan untuk kita berdua"

DEV[k]ILL [M] ✔️Where stories live. Discover now