Chapter 30

31.4K 5.1K 142
                                    

🎶 Puter mulmed : Mahalini feat Nuca - Aku yang salah 🎶

___

Chapter 30 —

Kita saat ini itu; layaknya orang yang saling berpapasan, tapi tidak kenal satu sama lain.

----

Sayup-sayup terdengar suara seseorang masuk ke dalam pendengar Naya. Suara itu semakin terdengar jelas seraya Naya membuka matanya perlahan. Kini Naya kenal itu suara siapa, suara itu milik Malik. Adik laki-lakinya itu terus memanggil namanya.

"Kak Naya? Kak?" Malik melambaikan tangannya di depan wajah Naya. "Lo bisa lihat gue, kan?"

"Gue di mana?" tanya Naya lemah. Matanya menatap sekitar. Nuansa putih ini sangat familiar bagi Naya, dia tahu ini di mana. "Gue di rumah sakit, ya?" tanyanya.

"Iya. Lo gak sadarkan diri tiga hari tahu gak? Bikin khawatir aja!" seru Malik sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Tiga hari?" ulang Naya. Pantas saja tenggorokannya sangat kering. Haus sekali. Ditambah kepalanya agak sedikit pusing. "Gue haus, Lik."

"Yaudah gue ambilin minum dulu, sekalian mau panggil dokter." ujar Malik lalu pergi dari ruangan itu. Selang beberapa menit, Malik kembali dengan membawa minum dan dokter yang selama ini merawatnya. Dokter itu memeriksa Naya, lalu kembali setelah selesai memeriksa.

"Mama papa mana?" tanya Naya.

Malik menghela napas pelan, "Mama kerja, papa di rumah. Gantian jagain lo, kemarin papa yang di sini." jelas Malik.

Naya nyengir, "Gue repotin kalian, ya?" Naya mencolek-colek lengan Malik. "Maafin ya..."

"Lo kenapa sih bisa kayak gini?"

Keano! Naya baru teringat soal Keano. Apa cowok itu sudah sadar dari masa koma-nya? Atau cowok itu masih terjebak di sana? Naya berharap, apa yang dilakukannya dapat membantu Keano.

"Woy!" Malik menguncang bahu Naya pelan. "Kenapa sih?"

Naya menggeleng cepat, "Enggak, gue gak apa-apa. Cuman lapar aja, makan yuk ke kantin!" ajak Naya.

Malik menghela napas pelan, "Masalah makan aja lu gak pernah lupa! Yaudah ayo gue anter."

Naya tersenyum lebar. "Makasih adikku!" ucap Naya, sedikit membuat Malik ingin muntah.

**

"Ini kenapa rumah sakit banyak wartawan gini?" tanya Malik bingung seraya mendorong kursi roda yang diduduki Naya.

Naya mengangkat kedua bahu, "Gak tahu gue juga."

Malik dan Naya menghentikan perjalanannya sebentar, menatap keluar rumah sakit yang kini terdapat banyak wartawan. Orang-orang di lobi heboh membicarakan orang yang menjadi penyebab datangnya wartawan ke rumah sakit ini.

Naya menajamkan pendengarannya, mencoba menangkap apa yang mereka bicarakan.

"Katanya ada artis yang lagi ngehits itu loh mau keluar rumah sakit ini!"

"Sakitnya udah lama, baru keluar sekarang!"

"Siapa sih, gue lupa namanya?"

Jantung Naya berdegup kencang. Badannya tiba-tiba saja lemas. Jangan-jangan, orang yang dibicarakan orang-orang itu... 

"WAH ITU ORANGNYA!!!!" teriak salah satu orang yang ada di lobi, seraya menunjuk seseorang yang baru saja datang naik kursi roda yang sama seperti Naya.

Semua orang refleks menoleh ke arah yang ditunjuk orang itu, termasuk Naya. Wartawan mulai ricuh saat seseorang yang ditunggunya akhirnya keluar juga.

Naya meremas bajunya. Tatapannya terkunci pada sosok laki-laki yang kini tengah duduk di kursi roda bersama seorang perempuan cantik yang mendorongnya. Di samping perempuan itu juga ada dua orang laki-laki yang Naya kenali betul siapa mereka.

Keano?

Pandangan Keano lurus ke depan. Tak menoleh ke arah mana pun, termasuk ke arah Naya. Jangankan menatap, melirik pun tidak. Seolah Naya ini orang asing yang tidak pernah dikenalnya. Ya, orang asing. Dia melewati Naya begitu saja tanpa melirik sedikit pun. Luisa yang mendorong kursi roda Keano saja tidak menggubris keberadaan Naya, dia sama halnya dengan Keano. Naya hanya melihat sekilas Samuel tersenyum kecil ke arahnya.

"Wihh gila ada SKY! Gue harus foto nih, temen-temen gue suka banget sama mereka!" Malik heboh mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Parah banget Nay liat, Luisa cakep banget ya!" hebohnya sambil terus memotret SKY yang baru saja melewati mereka.

Naya menunduk menatap tangannya yang meremas ujung bajunya. Hatinya sesak dan sakit. Matanya mulai memanas. Dengan mati-matian Naya menahan air matanya jatuh begitu saja. Tetapi semakin ditahan, kenapa dadanya semakin sesak?

"Wah wah! Untung juga gue nganter lo ke kantin kak." ujar Malik terus mengoceh.

"Balik ke kamar, ayo." ajak Naya pelan.

Malik berdecak, "Bentar napa ah! Ini gue mau foto-foto lagi nih,"

Naya memejamkan matanya jengah. Dia sudah tidak kuat lagi berada di sini. "Gue bilang balik ayo balik!" seru Naya terlihat marah dengan air mata yang sudah jatuh.

"Lo kenapa nangis, Kak?" tanya Malik bingung melihat kakaknya yang tiba-tiba menangis begini. Dia salah apa?

Naya menggeleng pelan, "Ayo balik ke kamar." kata Naya serak.

Malik mengangguk cepat. Tidak mau kakaknya semakin menangis. Bisa ribet kalau sampai nangisnya kejer-kejer. Malik juga yang malu. "Yaudah ayo, kita balik ke kamar!" ucapanya lantas mendorong kursi roda Naya kembali.

Naya menundukkan kepalanya dalam. Air matanya terus berjatuhan tanpa permisi. Sebelah tangannya memukul-mukul dadanya yang sesak. Sesak sekali.

Keano, gak inget gue.

***

a.n; Wah parah banget si Keano gak tahu diri:')

Deasm

Sukabumi, 14 Februari 2021

IDOL GHOST [SELESAI]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon